Jumat, 15 April 2016

NEW PAPER
Part 8
"Lembur lagi niih. Lembuuuur teroooooosss" ucap Azka begitu mereka masuk kedalam mobil, sedangkan para Komplotan itu dibawa menggunakan mobil lain yang sebelumnya memang sudah disediakan sebelumnya.
"Dari tadi juga udah lembur kali ka! Ga nyadar heh?" Ucap Sony dibalik kemudi
"Berisik kalian berdua, Kapt, Anda ga papa?" Tanya Arzia pada Raffi yang duduk dibangku depan bersama Sony.
"Ya" jawab Raffi singkat lalu membuka kemejanya, kemudian membuka baju anti peluru yang dipakainya sebelum berangkat tadi. Kalau saja tadi dia tak memakai baju itu mungkin sekarang dia sudah berada dikamar jenazah akibat tembakan Gerald tadi. Namun tanpa Raffi sadari Arzia sedari tadi terus melihat kearahnya tanpa berkedip.
"Berharap kapten topless disini heh? Ga akan!" Ucap Azka ke Arzia
"Hah? Apaan sih? Enggak aku bukan mikirin itu, cuma mikir kalian semua pake baju anti peluru ya?" Arzia menepuk perut Azka yang duduk disampingnya.
"Akh tuh kan, Azka pake anti peluru juga. Jadi cuma aku yang ga pake? Kalo tadi aku ketembak gimana?"
"Ya salah sendiri pake baju begitu, kalo pake baju anti peluru ya ketauanlah" Ucap Azka cuek lalu menyenderkan tubuhnya.
"Tumben tembakanmu tepat Ka biasanya juga meleset" ucap Sony mengalihkan pembicaraan sambil melirik Azka dari kaca spion.
"Heh kurang ajar banget ya, aku ga sepayah itu!" Ucap Azka tak terima, ya malaupun memang dika dibandingkan dengan Sony dan Raffi memang Azka pasti kalah tapi dia mampu membidik sasarannya dengan tepat walaupun kadang meleset itupun tak meleset banyak.
"Ya ya ya. Untung tadi ketembak tu Restian, kalo dia tadi berhasil kabur alamat ga kelar-kelar ini kasaus" ucap Sony
*****
Setelah sampai di kantor mereka sumua pun bergegas melakukan pekerjaan mereka selanjutnya apalagi Azka di benar-benar akan lembur panjang malam ini, karna dia yang harus memeriksa ketujuh orang-orang itu. Sedangkan Raffi baru menyelesaikan semuanya pukul 3 pagi tapi dia tetap harus pulang.
"Mau pulang juga kapt, ga disini aja, nanggung kalo pulang" ucap Sony yang disetujui oleh Arzia.
"Firra dirumah sendirian"
"Yaudah hati-hati kapt"
Raffi hanya menganggukkan kepalanya kemuadian bergegas menuju parkiran.
"Firra istrinya kapten ya?"
"Hah? Bukan, itu kembarannya" jawab Sony acuh lalu menyesap kopinya
Arzia mengangguk-anggukkan kepalanya lalu tersenyum.
****
"Gigi sayang udah dong nangisnya, kamu tuh harus nge-iklhasin bangTian, kasian dia kalo kamu tangisin gini terus, udah ya sayang" ucap Reta Mama Nagita
"Tapi ma, hiks hiks bang Tian hiks... dia hiks... ga ada lagi" ucap Nagita ditengah isak tangisnya. Sambil terus memeluk boneka pemberian Restian
Sudah seminggu Restian meninggal dunia akibat kebaran namun hingga saat ini Nagita belum dapat mengikhlaskan kepergian Abangnya itu, dia sudah terbiasa selalu bersama Restian hingga dia tak sanggup untuk ditinggalkan apalagi seperti ini.
"Dengerin mama sayang" Reta menangkup wajah Nagita agar mau melihat kearahnya.
"Kamu ga sendiri masih banyak yang sayang sama kamu masih ada mama, papa, Gilang pacar kamu dan masih ada sahabat kamu, Bunga. Kamu ga boleh terus-terusan sedih begini sayang, kamu harus kuat, kamu ga boleh cengeng gini ya sayang"
Cukup lama Nagita terdiam menelaah perkataan sang mama hingga akhirnya dia mengangguk-anggukkan kepalanya membenarkan perkataan mamanya, ya dia tak boleh terus seperti ini. Nagita menghapus air matanya lalu memeluk mamanya.
"Maaf-in Gigi ya ma, mama bener Gigi ga boleh gini terus"
"Ia sayang kamu harus kuat apapun yang terjadi"
Keesokkan harinya Nagita mencoba kembali memulai kehidupannya lagi, dia tak lagi menangisi kepergian Restian. Hari ini Nagita akan pergi ke Appartmen Gilang pacarnya semenjak meninggalnya Restian, Nagita tak pernah lagi bertemu dengan Gilang. Sesampainya didepan Appartmen Restian Nagita langsung membuka pintu dengan sandi yang memang diketahuinya.
Namun Nagita tak menemukan Gilang diruang tengah, mungkin dia masih tidur mengingat ini adalah hari minggu Gilang biasa bangun hingga jam 1 siang fikir Nagita. Nagita pun melangkahkan kakinya kearah kamar Gilang namun suara dari dalam kamar itu menghentikan langkahnya.
"Gimana kalau Gigi sampai tau?" Nagita terdiam, dia mengenal suara perempuan itu, itu suara Bunga sahabatnya dari kecil.
"Ck ngapain peduliin dia hem? Dia hanya sibuk dengan dunianya sendiri, dia tak pernah peduli dengan orang lain, jadi kamu jangan fikirin dia honey"
"Tapi Gilang dia hmmp mmm"
"Jangan fikirkan dia, dia hanya wanita yang sok suci. Jadi jangan fikirkan dia"
Entah sejak kapan air mata Nagita mulai mengalir membasahi pipinya yang mulus, perlahan Nagita membuka pintu kamar itu sambil menahan isak tangisnya namun ternyata keputusan Nagita untuk membuka pintu adalah kesalahan besar, disana Nagita melihat Bunga sahabatnya berada dibawah rengkuhan Gilang pacarnya tanpa sehelai benangpun yang menutup tubuh mereka, Nagita sudah tak tahan lagi dia kembali menutup pintu kamar itu dengan membantingnya lalu berlari keluar dari appartmen Gilang.
Nagita berlari sambil menangis dia tak perduli dengan orang-orang yang memandang aneh dirinya. Hatinya sudah begitu sakit sangat sakit hingga dia tak tahan lagi. Dia memukuli dadanya sendiri untuk menghilangkan rasa sakit yang begitu menyiksanya.
Begitu melihat Taxi yang lewat, Nagita langsung menaikinya dia tak memperdulikan pertanyaan sang supir Taxi yang menanyakan tujuannya dia terus menangis, menangis dan terus menangis dia tak perduli lagi dengan tampilannya yang benar-benar berantakkan, eyeliner nya sudah luntur hingga kepipinya, maskaranya pun tak jauh berbeda, Nagita benar-benar tak tahan lagi dengan rasa sakit yang dirasakannya.
Padahal awalnya Nagita mengunjungi appartmen Gilang agar Gilang membantunya mengikhlaskan Restian dan menjalankan kehidupan seperti semula namun yang didapatnya justru kebalikannnya belum lagi Bunga yang membuat hatinya tambah terasa sangat sakit.
Ponsel Nagita berdering nyaring hingga beberapa kali namun dia sama sekali tak memperdulikannya hingga akhirnya dia jengah sendiri dan mengangkat panggilan itu.
"Halo hiks"
"Selamat siang, kami dari kepolisian, apa Saudari mengenal Saudari Reta Armelia & saudara Jonathan Denen?" Tanya suara disebrang sana
"I.. iiaa mereka orang hiks.. tua sa saya"
"Orang tua saudari mengalami kecelakan dan sekarang tengah berada di Rumah Sakit XXX Apakah saudari bisa segera kemari"
Hening tak ada suara lain, selain isak tangis pilu dari Nagita.
"Kenapa? Kenapa seperti ini Ya Allah ? Kenapa aku harus mendapat cobaan seperti ini ya Allah? Kenapa? Kenapa?" Jerit Nagita dalam hatinya.
Entah kebetulan atau apa Taxi yang ditumpangi Nagita melewati Rumah sakit yang desebutkan pihak kepolisian tadi, Nagita langsung meminta diturunkan disitu dan dengan cepat mebayar argo taxi tersebut.
Setelah menanyakan dimana keberadaan orang tuanya, Nagita langsung menuju kesana dengan tangis yang tak mau berhenti walaupun Nagita sudah berusaha menahannya. Sedikit lagi saat Nagita akan tiba diruangan orangtuanya,pintu ruangan itu terbuka lalu keluar seorang suster dengan membawa seorang pasien yang tak sadarkan diri, suster itu berjalan dengan cepat. Nagita mendekati suster itu dan begitu terkejut mendapati papanyalah yang berbaring tak sadarkan diri disana, luka-luka terlihat jelas disekujur tubuhnya.
"Sus apa hiks apa yang hiks hiks sama papa saya hiks"
"Bapak ini harus segera dioperasi, permisi" ucap Suster itu melanjutkan langkahnya.
Saat Nagita akan mengikutinya pintu ruangan tadi kembali terbuka seorang suster keluar dari ruangan itu kali ini membawa seseorang yang seluruh tubuhnya sudah ditutupi kain putih, Nagita berusaha mengenyahkan pemikirannya tentang kemungkinan kalau orang yang berada disana adalah mamanya, namun rasa penasaran mengalahkan semuanya Nagita membuka kain putih itu dan yang dilihatnya selanjutnya adalah kenazah sang mama yang begitu disayanginya.
Nagita menggelengkan kepalanya dengan kuat "enggak! Enggak mama saya madih hidup! jangan ditutup! Mama saya masih hidup! MAMA SAYA MASIH HIDUP!! Cepat tolong mama saya!" Nagita mengguncang-guncangkan tubuh suster tadi sambil menangis dan merancau tak jelas dan lama-kelamaan mulai kehilangan kesadarannya.
Raffi baru tiba pukul 4 pagi dirumahnya, dua benar-benar sangat lelah sekarang. Dia ingin segera masuk kekamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya namun saat dia melewati kamar Nagita dia mendengarkan suara tangisan di ikuti jeritan. Raffi mengetuk pintu kamar itu namun hanya jeritan dan tangisan yang didengarnya. Karna takut terjadi sesuatu Raffi langsung membuka pintu kamar itu yang memang tak terkunci.
"Maaa Mamaaaa hiks Mamaaaaaaaaa" teriak Nagita madih dalam keadaan tertidur keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya
"Ada apa?" Tanyanya yang masih berdiri didepan pintu.
Nagita tarus menangis dan merancau memanggil orang tuanya, masih dalam keadaan tertidur
Karna bingung Raffi mendekat kearah Nagita yang terus saja merancau memanggil mama dan papa nya.
Rafi menangkup bahu Nagita dan sedikit mengguncangkannya untuk menyadarkan Nagita. "Hey tenang lah!" Ucap Raffi dengan nada memerintah.
"Aakkhh Ma hiks mamaaa"
"Hey lihat saya! Sadarlah!" Kali ini Raffi menangkup wajah Nagita agar bangun dan melihatnya.
Perlahan Nagita membuka matanya dan langsung memeluk Raffi begitu erat.
"Pa jangan tinggalin aku pa, aku mohon hiks.... Pa"
Raffi yang dipeluk Nagita secara tiba-tiba hanya terdiam tanpa membalas pelukan Nagita. Dia bingung harus bereaksi bagaimana sekarang.
"Pa mama pa, mama hikss" suara Nagita terdengar begitu parau namun semakin lama semakin memelan.
Raffi tak bergerak sedikitpun dia hanya diam seperti patung enggan untuk bergerak apalagi menyingkirkan Nagita dari pelukannya padahal biasanya Raffi paling anti jika dipeluk-peluk seperti ini oleh wanita kecuali Firra, Raffi seakan menikmati pelukan Nagita walaupun Raffi tahu Nagita menganggap dirinya Papa Nagita.
Beberapa saat kemudian Raffi dapat merasakan deru nafas Nagita yang mulai teratur disusul suara dengkuran halus. Perlahan Raffi melepaskan pelukkan Nagita dan membaringkan Nagita agar dia bisa tidur lebih tenang. Saat Raffi akan pergi Nagita menahan tangan Raffi.
"Pa jangan pergi, jangan tinggalin aku" ucap Nagita menggenggam tangan Raffi dengan begitu erat.
Beberapa kali Raffi mencoba melepaskan tangannya dari Nagita namun sepertinya sia-sia, akhirnya Raffi duduk dilantai dan membiarkan tangannya digenggam oleh Nagita. Awalnya Raffi hanya diam menatap Nagita namun lama-kelamaan dia mulai mengantuk dan akhirnya tertidur dengan posisi yang sangat tak nyaman. Raffi tidur dengan posisi duduk, menyenderkan kepalanya pada tempat tidur Nagita dan membiarkan tangannya tetap di genggam oleh Nagita.
****
"Ta... Nagita" Firra mengetuk-ngetuk pintu kamar Nagita yang terbuka sedikit.
"Taaa, mbak masuk yaa?" Ucap Firra karna tak ada jawaban dari Nagita.
"Ya ampun Ta, ayo bangun udah pagi ini" ucap Firra begitu masuk kekamar Firra
Nagita mengerejabkan matanya beberapa kali, mencoba untuk membuka matanya dwngn sempurna. "Hmmmmm" gumam Nagita lalu duduk dengan kepala menghadap Firra yang masih berdiri didekat pintu.
"Maaf ya mbak, aku lama bangunnya"
"Ia gapapa, tapi kamu kenapa kelihatan capek banget gitu sih Ta?"
"Ia nih ga tau kenapa kaya capek banget gitu mbak" Nagita akan membuka selimutnya namun dia baru menyadiri kalau dia menggenggam sesuatu.
"Eh?"
"Kenapa Ta?" Firra pun mendekat kearah Nagita karna penasaran karna Nagita yang terus melihat kebawah.
"Heh? Raffi? Kalian?" Mata Firra tertuju pada tangan Nagita yang menggenggam tangan Raffi.
"Hmm mbak, ini ga kaya yang mbak fikirin, ini... ini" Nagita bingung harus menjelaskan apa pada Firra karna dia sendiri masih bingung kenapa dia bisa menggenggam tangan Raffi seperti ini.
Sedangkan Raffi terus saja tidur seakan tak terganggu oleh apapun.
"Raffiiiiiiiii!!" Teriak Firra membahana didalam kamar Nagita.
"Firraaa jangan berisik! Sebentar lagi gue turun" ucap Raffi tanpa membuka matanya
Firra yang mendengar itu hanya diam sambil bedecak pinggang menatap Nagita dengan tatapan minta penjelasan.
"Aku... aku bener-bener ga ngerti mbak, aku juha binggung" ucap Nagita sedikit takut dan segera melepaskan genggamannya pada Raffi.
"Diam disitu sampai Raffi bangun" ucap Firra pada Nagita saat melihat Nagita akan beranjak dari kasurnya.
"Tapi mbak pak Raffi belum bangun"
"Dia bilang sebentar lagi dia akan turun berarti sebentar lagi dia bangun"
Nagita pun hanya diam menundukkan kepalanya sambil terus mengingat-ingat kenapa Raffi bisa dikamar ini dan bagaimana pula ceritanya sampai dia menggenggam tangan Raffi. Dan benar saja belum sampai lima menit Raffi perlahan membuka matanya dan merenggangkan otot-ototnya sambil memberikan tatapan bingung pada Firra dan Nagita.
"Udah bangun? Sekarang jelasin sama gue apa-apan ini?" Ucap Firra menatap sengit kearah Raffi yang masih duduk dilantai.
"Apanya?" Tanya Raffi mengusap wajahnya kasar.
"Kenapa lo bisa disini heh?"
Raffi melihat sekelilingnya dan baru sadar kalau dia tak berada dikamarnya melainkan dikamar tamu yang ditempati Nagita dan dalam sekejap pula dia mengingat kejadian semalam.
"Gue mau mandi lalu kekantor nanti gue jelasin" ucap Raffi dan bangkit dari duduknya.
"Raffi ini HA.RI.SAB.TU!!!" Ucap Firra penuh penekanan.
"Ada kasus ya........"
Hmmmpp hmmpp Firra menutup mulutnya karna tiba-tiba merasa begitu mual, dengan cepat Raffi berdiri disamping Firra dan memapahnya menuju kamar mandi.
Huuuwleek huuwlleekk begitu berada dikamar mandi Firra memuntahkan seluruh isi perutnya hingga dia merasa begitu lemas. Raffi yang berdiri dibelakang Firra dengan telaten memijat pelan tengkuk Firra.
"Sudah?" Tanya Raffi pelan lalu Dijawab dengan anggukan lemah oleh Firra.
Raffi pun menuntun Firra keluar dari kamar mandi dengan perlahan lalu membantu Firra duduk ditempat tidur Nagita.
Nagita menyodorkan air hangat untuk Firra yang fia ambil saat Firra dikamar mandi tadi.
"Diminum dulu mbak" ucap Nagita membantu Firra minum
"Makasih ya Ta" Firra tersenyum lemah.
"Lo udah sarapan?" Tanya Raffi yang dijawab gelengan lemah oleh Firra.
"Kenapa? Harusnya lo tu sarapan dulu"
"Ini masih setengah tujuh Raffi! Tadinya mau ngajakin sarapan bareng tapi.."
"Jangan mikir macem-macem, udah istirahat aja, Nanti sarapannya dipesan aja lo ga usah masak, Gue siap-siap dulu" Raffi bangkit dari duduknya kemudian keluar dari kamar Nagita.
Kini Nagita menduduki tempat yang diduduki Raffi tadi dengan sungkan.
"Maaf ya mbak gara-gara aku jadi gini" Nagita menunduk takut.
"Ngapain minta maaf sih Ta? Aku ga papa kok, belakangan ini emang aku sering mual-mual kalo pagi"
"Tapi mbak..."
"Udah jangan ngerasa bersalah gitu, aku rada aneh ya orang tuh diawal kehamilan yang mual-mual, lah aku udah masuk bulan ketiga baru mual-mual" ucap Firra tersenyum menenangkan Nagita.
"Udah aku gapapa, gih sana mandi setelah itu kita sarapan bareng" ucap Firra lagi.
Nagita pun mengikuti perkataan Firra dan langsung beranjak menuju kamar mandi.
****
"Pagi kapten" Sapa Arzia begitu Raffi tiba dikantor.
"Pagi" jawab Raffi kemudian langsung masuk kedalam ruangannya diikuti Arzia dan anggota timnya yang lain.
"Lapor kapt, ini hasil pemeriksaan semalam" Azka memberikan sebuah map ke Raffi.
Raffi langsung membacanya dengan seksama dan sesekali menyeritkan keningnya.
"Pelaku utama belum kita temukan, ini membuktikan bahwa komplotan itu sudah begitu besar dan banyak orang yang terlibat didalamnya, kita tinggal sedikit lagi untuk menangkap pelaku utamannya. Dan saya harap kamu Azka bisa terus mendesak mereka membuka siapa pelaku utama dalam kasus ini" Ucap Raffi
"Siap kapten" jawab Azka tegas.
"Arzia bagaimana hasil pemeriksaan mereka? Apa mereka semua positif menggunakan Narkoba?"
"Siap kapt, enam diantara tujuh orang-orang tersebut positif menggunakan Narkoba sedangkan satu orang dinyatakan Negatif" jelas Arzia
"Siapa?"
"Gerald Seka Dirnata"
Raffi mengangguk-anggukkan kepalanya entah apa yang difikirkanny namun kemudian menanyakan keberadaannya. "Dimana dia sekarang?"
"Di sel tahanan khusus, kapten"
"Baik, lanjutkan pekerjaan kalian"
"Siap kapten" lalu mereka pun membubarkan diri.
Tak hanya para bawahannya saja yang keluar, Raffi pun ikut keluar dari ruangannya menuju sel tahanan tempat Gerald berada, sesampainya disana Raffi kepada penjaga untuk memberikannya waktu berbicara kepada Gerald.
Sekarang Raffi dan Gerald sudah duduk berdua di tempat biasa para tahanan menerima kunjungan. Disana hanya ada mereka berdua karna ini memang bukan waktu kunjungan. Mereka berdua duduk saling berhadapan dan melemparkan tatapan mematikan, jika tatapan mata bisa melukai tubuh secara nyata mungkin saat ini tubuh mereka sudah dipenuhi sayatan-sayatan. Tak ada yang memulai pemibicaraan hingga 10 menit mereka hanya diam hingga Raffi mengeram kesal.
"Apa yang membuatmu sebodoh ini!!!" Geram Raffi tertahan.
"Lo! Lo yang buat gue seperti ini" Gerald tersenyum sinis kearah Raffi
"Itu semua keputusan Firra, dia yang memilih Abian...."
Ciihh Gerald meludah kesamping lalu menatap bengis kearah Raffi
"Jangan sebut nama baj*ng*n itu didepan ku!" Desis Gerald.
"Itu salah lo sendiri, Lo ga pernah ngungkapin apa yang lo rasain ke Firra"
"Tapi lo tau, lo tau perasaan gue sama Firra sejak kita SMP Raffi. SE.JAK S.M.P dan lo sama sekali tidak ngebantu gue sedikit pun dan yang lebih parah lagi lo memyetujui hubungannya sama si brengs*k itu! Dia brengs*k Raffi dia Baj*ng*n dan lo tau itu! Tapi lo ga ngelakuin apa-apa!"
"Tapi itu tidak ada hubungannya dengan keterlibatan Lo dikasus ini"
"Dengan gue gabung disini, gue ngedapetin semua yang gue mau, gue bisa keluar dari rumah sakit jiwa itu, gue masih tetap bisa ngawasin Firra, gue bisa ngawasin Baj*ng*n itu, gue bisa ngelenyapin dia dan ngerut Firra darinya"
"Lo GI.LA!!" Bentak Raffi
"Dan lo turut andil di dalamnya. Kalau aja lo bantuin gue, kalau aja lo ga setuju sama pilihan Firra ini semua ga akan terjadi! Dan janin yang dikandungan Firra sekarang itu anak Gue! BUKAN ANAK DIIAAA" Gerald menarik kerah baju untuk meluapkan emosinya wajahnya sudah memerah mungkin akibat aliran darahnya yang langsung mendidih jika membicarakan ini.
"Hey! Lepaskan tanganmu Bodoh!" Bentak Sony yang kebetulan lewat ditempat itu, saat Sony akan menyingkirkan tangan Gerald, Raffi mengangkat tangannya untuk menahan Sony dan menyuruh Sony meninggalkannya lewat gerakan tangannya pula.
Gerald melepaskan cengkramannya pada Raffi secara kasar dan kembali duduk dengan nafas terengah.
"Sadarlah rald, Firra bukan jodoh mu. Masih banyak wanita diluaran sana yang bisa lo jadiin pendamping. Dia sudah milik orang lain"
Gerald kembali meludah lalu metap Raffi dengan tatapan tak terbaca.
"Lo gampang ngomong gitu Fi, lo ga ngerasain rasanya jadi gue lo ga pernah tau! Lo ga ngerasain Fi"
Raffi menghela nafas panjang, dia memang mengetahui bahwa Gerald menyukai kembarannya sejak masih SMP namun dia memang tidak pernag mau ikut campur dengan percintaan kembarannya baik Firra ataupun Raffa baginya itu adalah masalah pribadi mereka masing-masing namun dia tak tau kalau sampai begini akhirnya.
"Gue bakal bawa Firra kesini buat nemuin lo, tapi cuma sebatas bicara biasa tidak lebih"
Mata Gerald langsung berbinar senang, melihat itu Raffi hanya mendecak sebal bagaimana bisa sahabatnya itu berbuat segila dan sejauh ini hanya karna mencintai kembarannya.
***
Sementara itu dirumah Firra dan Nagita disibukkan dengan mengurus taman rumah Firra. Sebenarnya yang bekerja hanya Nagita karna sedari tadi Firra hanya melihat-lihat karna tak tau harus melakukan apa namun saat Nagita akan memegang Bunga Anggrek ungu Firra dengan cepat menahannya.
"Yang itu ga usah Ta, nanti Raffi marah"
"Hah? Kenapa mbak?" Tanya Nagita bingung.
"Ya jangan aja, ga ada boleh nyentuh bunga itu selain Raffi dan Mama, bahkan Papa sekalipun ga pernah nyentuh bunga itu"
Nagita mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian kembali bertanya.
"Mamanya Mbak tugas juga ya?" Tanya Nagita karna seingatnya Mama Firra adalah pramugari.
Firra tak langsung menjawab kemudian tersenyum lemah "Mama udah ga ada" lirihnya.
"Maaf mbak, aku...."
"Ga papa, udah akh kita masak aja ya, tadi Raffi bilang jam makan siang dia pulang, sekarang udah jam 11 yuk buruan" Firra bangkit dari duduknya dan membersihkan celana bagian belakangnya karna mereka hanya duduk direrumpuntan. Nagita pun mengikuti yang dilakukan Firra kemudian mereka masuk kedalam.
☆☆☆
Raffi tiba dirumah tepat pukul satu, dia masuk dan langsung menanggalkan jaketnya dan hanya menyisakan V-neck hitam yang pas dibadannya.
"Kenapa belum makan?" Ucap Raffi begitu melihat belum ada yang memakan makanan yang ada dimeja makan.
"Nungguin lo lah, kenapa ganti baju?" Ucap Firra mengingat saat pergi tadi Raffi menggunakan pakain dinasnya.
"Gerah, udah sekarang makan" lalu mereka bertiga pun makan dalam diam hingga selesai Firra baru membuka suara.
"Semalam pulang jam berapa?" Tanya Firra ke Raffi.
"Jam 4"
"Gimana ketangkep?"
"Ya, dan salah satu dari mereka ingin ketemu ama lo"
"Hah? Gue?" Firra menunjuk dirinya sendiri bingung "buat apa? Gue ga mau berurusan sama gitu-gituan"
"Terserah" ucap Raffi pada Firra kemudian menatap kearah Nagita yang menundukkan kepalanya "dan Restian juga tertangkap"
Nagita langsung menatap Raffi dengan tatapan tak percaya.
"Sudah jangan difikirkan" Raffi mengibaskan tangannya dan bersiap meninggalkan meja makan namun suara Firra mengintrupsinya.
"Mau kemana heh? Duduk" Firra menunjuk Raffi jari telunjuknya yang lentik.
"Apa lagi?"
"Du.duk! Lo belom ngejelasin soal yang tadi pagi!" Ucap Firra sambil menyipitkan matanya kearah Raffi dan jari telunjuknya masih menunjuk kearah Raffi.
Raffi pun akhirnya kembali duduk menyenderkan tubuhnya dikursi, sungguh dia sangat lelah sekarang dia hanya tidur kurang dari tiga jam dan harus kembali berkutat dengan pekerjaannya dan sekarang apa lagi ini?
"Jelaskan?" Ucap Firra menatap Nagita dan Raffi bergantian minta penjelasan
Raffi menghela nafas lalu menceritakan semua hingga dia bisa tertidur disana. Nagita yang mendengarnya membuka mulutnya tak percaya dia memang ingat kalau dia memimpikan orang tuanya tapi dia sama sekali tidak ingat memeluk Raffi, bahkan sampai menahan Raffi agar tak meninggalkannya, ini gila! Batin Nagita.
Firra yang sedari tadi menahan nafas entah karna apa kini perlahan menghembuskan nafasnya menatap Nagita dengan tatapan yang sulit dimengerti ada kilatan kesedihan disana, dia memang tak mengetahui dengan jelas apa yang dimimpikan tapi Firra tau pasti mimpi itu sangat buruk melihat dari mimik wajah Nagita.
"Maaf ya pak, saya beneran ga sadar, maaf ya pak" ucap Nagita, dia menjadi tak enak dengan Raffi.
"Bukan masalah, sudahlah" Raffi bangkit dari duduknya dan berlalu menuju kamarnya.
"Udah Ta, ga usah ga enak gitu, Raffi gapapa kok. Kalau dia marah pasti udah marah dari tadi pagi" ucap Firra sambil tersenyum kearah Nagita.
"Aku cuma ga enak mbak, gara-gara aku pak Raffi tidurnya dilantai sambil duduk lagi"
"Udah gapapa, Raffi bahkan pernah tidur sambil berdiri jadi jangan difikirin ya. Ya udah kamu istirahat gih, dari pagi kan kita udah capek banget biar piringnya bibi yang bersihin"
Nagita pun mengiyakan perkataan Firra kemudian mereka beranjak kekamar masing-masing. Namun bukannya kekamarnya Firra malah masuk kekamar Raffi. Raffi yang baru saja akan memejamkan matanya mendengus sebal.
"Apalagi FIR.RA ?"
"Hehe lo mau tidur ya?" Bukannya menjawab pertanyaan Raffi, Firra malah balik bertanya membuat Raffi berdecak kesal.
Firra duduk di pinggir tempat tidur Raffi dan menatap kembarannya dengan intens
"Lo suka sama Nagita ya?" Ucap Firra tanpa tendeng alih-alih.
Raffi membulatkan matanya seketika mendengarkan penuturan kembarannya itu.
"Jangan ngaco!" Raffi menutup wajah dengan bantal dan memunggungi Firra.
"Tuh kan! Kalo engga ngapain lo gini? Biasanya gue ledekin lo biasa aja" namun Raffi hanya diam tak memperdulikan Firra yang menurutnya ngaco.
"Lo juga kenapa peduli banget sama dia, ngelindungi dia sampe bawa kesini, biasanya ga pernah. Gue tau lo ngederin gue Raffi ga usah pura-pura tidur."
"Raffi kalo lo suka sama Nagita ga papa kok, nanti gue bantuin ngedeketin lo sama dia tapi jujur dulu sama gue"
Raffi tak menanggapi perkataan Firra dia masih dalam mode pura-pura tidur.
"Tapi ya Fi gue tetap ga suka lo masuk kamar dia sembarangan, kalo lo tadi subuh khilaf trus ngapa-ngap...."
"Gue bilang jangan ngaco! Udah sanah keluar" Raffi bangkit dari tidurnya dan mendorong Firra pelan agar keluar dari kamarnya.
"Jangan bilang lo sempat mikir gitu tadi pagi"

"Firra keluar!" Raffi dengan cepat mengunci pintu kamarnya dan menggerutu tak jelas.

1 komentar:

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    BalasHapus