NEW PAPER
Part 13
Setelah selesai mengunjungi makam kedua
orang tuanya, Nagita hanya diam. Tak lagi bertanya kemana Raffi akan
membawanya, bahkan dia tak peduli lagi dengan sinar matahari yang begitu
menyengat siang hari ini, padahal biasanya Nagita akan mengeluh
habis-habisan jikan berpanas-pans seperti ini. Raffi pun sama saja dia
bahkan jiga tak mengeluarkan sepatah kata pun begitu mereka keluar dari
TPU itu. Sekarang mereka jadi sama-sama pendiam!
Setelah
menempuh perjalanan sekitar 45 menit Raffi menghentikan motornya
disebuah rumah yang besar dengan tiga lantai serta halaman depan yang
sangat luas, dipenuhi dengan berbagai macam jenis tumbuhan. Ditengah
kota Jakarta yang begitu panas dan lekat dengan polusi disini terasa
begitu sejuk dan menenangkan.
"Tidak mau turun?" Tanya Raffi saat
motornya sudah berhenti sejak beberapa saat lalu namun tak ada
tanda-tanda Nagita akan turun dari motornya.
Namun tak ada
balasan dari Nagita dia hanya diam dengan pandangan kosong kesamping
kanan. Dia terlalu sibuk dengan fikirannya sendiri sehingga tak
sedikitpun mendengarkan perkataan Raffi.
"Nagita?" Raffi menyentuh kaki Nagita yang berhasil membuat Nagita kaget
"Eh iya. Apa Mas?" Tanyanya bingung
"Tidak mau turun?"
"Hah?"
"Ck cepatlah turun"
"Haa iya iya" Nagita pun segera turun dari motor Raffi. Lalu
memerhatikan kesekitarnya dengan seksama kemudian menyeritkan keningnya
bingung.
"Mas ini dimana?" Tanya Nagita pada akhirnya.
"Ayo masuk" Raffi menarik tangan Nagita agar mengikutinya masuk kedalam.
Begitu masuk kedalam rumah Nagita disuguhi dengan berbagai Frame Foto
dengan ukuran yang sangat besar, menempel pas didinding rumah yang
bercatkan warna cream. Namun sejauh mata Nagita memandang tak ada foto
Raffi disana.
"Ini rumah siapa Mas?" Tanya Nagita sambil masih terus berjalan mengikuti Raffi
"Rumah Papa" Jawabnya acuh. Ketika sudah sampai dapur Raffi segera
mengambil minum dan meneguknya hingga tandas tanpa melepaskan genggaman
tangannya pada Nagita.
Melihat Raffi yang minum seperti itu membuat Nagita jadi ikut haus.
"Mas haus" ucapnya persis seperti anak kecil minta dibelikan ice cream
"Minum" ucap Raffi tanpa menoleh ke Nagita
"Tangannya Mas" Nagita melihat kearah tangan kanannya yang masih digenggam oleh Raffi.
"Oh" Raffi melepaskan genggaman tangannya kemudian duduk dimeja bar sambil memijit pelan pelipisnya.
"Mas.."
"Hmm?"
"Mas"
"Hmm?" Raffi masih belum menatap Nagita, dia masih menundukkan kepalanya sambit memijit pelipisnya
"Mas, jangan hmm hmm terus!" Ucap Nagita yang kini sudah berdiri disamping Raffi.
Raffi menghela nafasnya pelan, kemudian menatap kearah Nagita "Apa?" Tanya Raffi pelan
Nagita melihat wajah Raffi yang sepertinya benar-benar sangat letih,
dan kantung matanya terlihat jelas disana. Uuhh kenapa Nagita baru
menyadari kantung mata Raffi sekarang padahal dia sudah bersama Raffi
dari tadi!
"Ada apa?" Tanya Raffi lagi melihat Nagita yang hanya diam memandanginya.
Nagita menggelengkan kepalanya pelan, tadinya dia ingin mengeluh lelah
pada Raffi tapi melihat Raffi seperti itu membuat Nagita mengurungkan
niatnya. Raffi terlihat lebih lelah dari padanya.
"Gapapa, Mas istirahat gih sana. Keliatannya capek banget gitu"
"Kita masih harus menemui Om dan Tante mu" Raffi melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah lima sore.
"Harus sekarang ya Mas? Capek" ucap Nagita dengan wajah memelas. Huh
mana sanggup lagi jika dia harus ketempat Om-nya, bayangkan saja begitu
sampai di Jakarta dia hanya istirahat untuk makan siang lalu Raffi
menganjaknya dari satu tempat menuju tempat lainnya. Belum lagi setelah
berziarah kemakam kedua orang tuanya semua tenaganya seolah terkuras
habis untuk merutuki dirinya sendiri dan menangisi kebodohannya karna
terlalu larut dalam kesedihannya sendiri sehingga melupakan kalau dia
seharusnya lebih sering berkunjung kemakam kedua orang tuanya.
"Ya sudah, Istirahatlah dulu. Ayo" Ucap Raffi lalu bangkit dari duduknya
dan berjalan menuju kamar tamu. Nagita hanya mengikutinya saja tanpa
membantah.
"Istirahatlah dulu sebentar, kita akan kerumah om atau tante mu malam nanti" Ucap Raffi saat didepan pintu kamar tamu.
"Harus ya Mas?"
"Kita harus kembali ke semarang, kamu haru ngajar dan Mas harus kerja"
Nagita hanya memanyunkan bibirnya namun tetap mengangguk.
"Mas juga istirahat" Ucap Nagita sebelum masuk kedalam kamar
Raffi hanya menggangguk kemudian berlalu dari hadapan Nagita menuju kamarnya. Dia butuh mandi dan istirahat sekarang!
☆☆☆☆☆
Hanya sekitar satu jam waktu yang mereka gunakan untuk Istirat
selepasnya, Sekitar pukul enam tadi Raffi dan Nagita berangkat menuju
rumah Dian, dan sekarang tepat pulul 8 malam saat Raffi menghentikan
mobilnya didepan pagar rumah Dian yang menjulang tinggi.
"Mas, kalau tante Dian marah gimana?" Tanya Nagita untuk kesekian kalinya sepanjang perjalan menuju rumah Dian.
"Kamu udah tanyain itu lebih dari sepuluh kali, kalau kamu lupa" Ucap
Raffi sambil membuka seat belt nya, lalu kembali menatap kearah Nagita
yang sedari tadi terus menilin ujung bajunya.
"Semuanya akan baik-baik saja, kalaupun Tantemu marah itu wajar, tapi percayalah itu tidak akan lama"
Nagita menganggukkan kepalanya, lalu menatap langsung ke mata Raffi.
"Kalau nanti Tante Dian bener-bener marah, jangan jauh dari aku ya Mas"
Raffi menganggukkan kepalanya pasti, lalu mengecup kening Nagita
sekilas dan segera keluar dari mobilnya untuk membukakan pintu untuk
Nagita.
"Ayo" Nagita hanya mengangguk dan menggenggam erat tangan Kanan Raffi.
Raffi mengetuk pintu rumah berwarna Coklat susu didepannya ini beberapa
kali hingga seorang wanita paruh baya membukakan pintu tersebut.
"Cari siapa Mas?" Tanya wanita paruh baya itu pada Raffi, lalu
menggeser pandangannya pada Nagita yang bersembunyi dibalik badan Raffi.
"Ibu Dian, ada?" Tanya Raffi
Nagita menggeser sedikit badannya agar dapat melihat dengan siapa Raffi berbicara.
"Ya ampun non Gita" pekik wanita itu begitu melihat sosok Nagita dibalik tubuh Raffi.
"Bi Rum, Tante ada?" Tanya Nagita canggung.
"Ada, ada non didalam. Lagi pada ngumpul semuanya. Ayo masuk Non"
Ucapnya terlihat senang dengan kedatangan keponakan majikannya.
"Didalem siapa aja Bi?" Tanya Nagita saat mereka akan berjalan menuju ruang keluarga.
"Semua Non, lagi pada ngumpul" mendengar itu Nagita meneguk salivanya
susah payah. Tadinya dia hanya berharap bertemu dengan Dian dan Bara
suami Dian namun siapa sangka kedua anak Dian yang sudah tak lagi
tinggal bersama Dian sedang berkunjung kesini?
"Siapa Bi?" Tanya Dian begitu mendengar suara derap langkah yang mendekat sambil membalikkan badannya.
Dian terdiam sesaat menatap tak percaya keponakannya yang sedang
berdiri sambil menundukkan kepalanya itu, seolah lantai dibawah sana
lebih menarik dari pada apapun.
"Ini Non Gita, Bu" jawab Bi Rum.
Jika tadi hanya Dian yang membalikkan badannya kini semua orang yabg
berada diruangan itu membalikkan badannya menatap Nagita, bahkan Gadiz
cucu Dian yang masih berumur kurang dari dua tahun pun ikut menatap
Nagita dan Raffi bergantian.
"Gita?" Akhirnya dari semuanya
Satrya yang terlebih dulu sadar dari keterkejutannya. Dia bangkit dari
duduknya dan berjalan menghampiri Nagita diikuti anggota keluarganya
yang lain.
"Lo kemana aja heemm?" Satrya dengan santainya memeluk sepupunya itu tanpa memperdulikan Raffi yang memasang wajah tak suka.
"Ya ampun Sayang, kamu kemana aja? Tante..... ya ampun" Dian menarik Satrya agar dapat memeluk Nagita.
Diperlakukan seperti itu membuat Nagita sedikit meringis, masihkah
Tante Dian mau memeluknya seperti ini jika tau bahwa kakaknya sudah
meninggal dan Nagita sama sekali tak memberitahunya.
"Ya ampun
kamu dari mana aja sih? Mama sama Papa kamu juga kemana? Tante sama Om
Adi sampai bingung mencari keberadaan kalian" Ucap Dian yang kini sudah
melepaskan pelukannya pada Nagita dan melirik kearah Raffi yang sedari
tadi seperti tak terlihat.
"Ini siapa?" Tanya Satrya setelah sadar ada orang lain yang bahkan tak dia kenal ada dirumah orang tuanya.
"Ia, ini Siapa?" Kali ini Bara yang menanyai.
"Hmm kenalin ini mas Raffi" ucap Nagita memperkenalkan Raffi.
"Ya ampun itu Nagita sama temennya disuruh duduk dulu kali Ma, kasian berdiri terus" ucap July anak tante Dian yang pertama.
"Akh ia, ayo duduk dulu, ayo nak Raffi" Raffi dan Nagita menganggukkan
kepalanya mengikuti Dian yang mengajak mereka duduk di Sofa ruang
keluarga.
Raffi dan Nagita duduk disatu sofa yang sama,
berhadapan langsung dengan Dian dan Bara. Satrya, July beserta suaminya,
mereka duduk tepat di sofa sebelah kanan Nagita. Sementara cucu-cucu
Dian dibawa oleh pengasuhnya agar bermain diruang bermain.
"Jadi nak Raffi ini siapanya Gita?" Tanya Bara setelah hening menyelimuti mereka beberapa saat.
"Saya ca....."
"Pacarnya Gita Om" ucap Nagita memotong ucapan Raffi. Nagita tau pasti
kalau Raffi tadi akan mengatakan bahwa dia calon suami Nagita, tak ada
yang salah memang tapi bagi Nagita mungkin mengaku pacaran lebih baik.
Toh Raffinya juga belum melamar Nagita kekeluarganya kan? Bisa-bisa
tante Dian berfikiran kalau mereka melakukan lamaran tanpa
memberitahunya terlebih dahulu.
"Pacar? Bukannya Pacar lo si Angga, Angga itu ya Ta?" Tanya Sarya
"Hmm udah enggak, kak" Cicit Nagita, sungguh dia malas jika harus membahas laki-laki br*ngs*k itu.
"Saaat!" Dian memberi plototan keanak bungsunya itu. Begitu melihat ekspresi tak suka dari Nagita saat Satrya membahas Angga
"Kan cuma nanya ma. Lagian Angga juga udah nikah sama Bunga ya kan Ta?" Ucap Satrya dengan santainya.
Nagita membelalakkan matanya kaget, dia tak tahu jika Angga dan mantan
sahabatnya Bunga sudah menikah. Namun detik berikutnya Nagita
menormalkan ekspresinya. Untuk apa dia kaget karna kabar itu, toh dia
sudah melihat sendiri apa yang mereka lakukan di appartment Angga. Dan
Nagita juga sudah melihat Bunga dengan perutnya yang sudah membesar
ditemani Angga di RS tempat Reinka dan Firra bekerja.
"Nak Raffi ini pekerjaannya apa?" Tanya Bara mengalihkan pembicaran anaknya.
"Saya polisi om"
"Ya ampun jadi nak Raffi ini polisi? Pantes badannya bagus. Tuh Satrya
apa Mama bilang polisi tuh cakep-cakep kamu sih ga mau nurutin perkataan
Mama buat jadi polisi" ucap Dian yang memang sedari dulu ingin sekali
Satrya menjadi polisi namun sayang Satrya lebih memilih jadi pegawai
kantoran. Katanya capek harus melewati tahapan seleksi yang panjang itu.
"Udah tua mah, ga bisa masuk polisi lagi" Ucap Satrya malas. Lihat saja
pasti sebentar lagi Dian akan menanyai Raffi macem-macem batin Satrya.
"Nak Raffi ini Bintara atau Perwira?" Nah bener kan!
"Perwira Tante" jawab Raffi kalem
"Wah lulusan AKPOL dong ya? Jabatannya apa sekarang? Ditempatin
dimana?" Satrya memutar bola matanya malas. Mamanya ini memang sungguh
berlebihan jika sudah menyangkut profesi Abdi Negara yang satu ini.
"Ia Tan. Sekarang AKP. Di Polda Semarang Tan"
"Di semarang? Kalian LDR dong? Kenal dimana Ta?" Kali ini July yang bertanya.
Nagita meringis sepertinya ini akan masuk kepembahasan utama yaitu tentang kedua orang tuanya.
"Enggak kak, Gita sekarang tinggal di Semarang" ucap Nagita pelan
Mendengar itu sontak semua yang ada disitu kecuali Raffi menatap Nagita
tak percaya. Bagaimana tidak hampir setahun mereka mencari keberadaan
Nagita dan keluarganya di Jakarta tau-tau Nagita menetap di Semarang.
"Jadi selama ini kalian tinggal Semarang? Astaga..... Jadi kenapa Mama dan Papa tidak ikut?" Ucap Dian
"Hmm Tan" Nagita tak melanjutkan perkaanya sungguh dia sangat gugup
sekarang. Bahkan diruangan ber-AC ini saya keringat mulcul di keningnya,
Nagita menautkan jari tangannya yang mulai basah, kebiasaan Nagita saat
gugup.
"Kenapa Ta?" Tanya Dian tak sabaran melihat Nagita yang menundukkan kepalanya sambil terus menautkan jari-jarinya.
"Hmm Ma... mama sama pa... pa" Nagita tambah menundukkan kepalanya
lebih dalam lagi. Jika tadi hanya keringat dingin yang menerpanya kali
ini tubuhnya sudah gemetaran. Raffi yang sadar akan hal itu merangkul
tubuh Nagita dari samping memberikan kekuatan pada Nagita.
"Mau Mas yang bilang?" Tanya Raffi pelan
Nagita menggelengkan kepalanya pelan, lalu mengangkat kepalanya menatap kearah Dian yang menatapnya penuh tanda tanya.
"Mama Papa sudah meninggal" Ucap Nagita pada akhirnya. Lalu kembali menundukkan kepalanya.
Nagita mengeratkan tautan tangannya menunggu reaksi dari semua orang
yang ada diruangan ini. Namun hingga beberapa saat merka hanya diam tak
ada yang bersuara. Nagita sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat
ekspresi Dian.
"Kamu bercanda kan Sayang?" Tanya Dian akhirnya
berharap Nagita segera menganggukkan kepalanya lalu berkata kalau
kakaknya sedang baik-baik saja disuatu tempat.
Namun sayang
yang dilihat Dian adalah Nagita yang menganggukkan kepalanya sambil
menahan air matanya. Seketika itu pula Dian merasakan nafasnya yang
mulai tercekat, nafasnya sudah tidak teratur lagi. Asmanya kambuh! Ini
dia yang ditakuti Nagita, Tantenya memiliki asma sejak kecil dia tak
bisa mendapatkan berita yang mengejutkannya kalau tak mau asma nya
kambuh.
"Maa" Panggil July yang mulai panik melihat keadaan mamanya.
"Kapan? Ka....pan Ta?" Tanya Dian terbata
"Ham...pir setahun" cicit Nagita
Kontan seluruh yang ada diruangan itu membelalakkan matanya tak
percaya. Dian langsung bangkit dari duduknya berjalan menuju kamarnya,
tak memperdulikan panggilan Satrya dan July, Nafasnya sudah terlalu
sesak untuk bicara lagi. Bara membantu istrinya untuk kekamar setelah
sebelumnya memberikan isyarat pada Nagita untuk tenang aja.
Melihat keadaan Dian yang seperti itu membuat Nagita tambah merasa sangat bersalah.
"Udah, Mama cuma syok. Mukanya jangan ketakutan gitu" Ucap Satrya yang kini sudah duduk disamping Nagita dan memeluknya.
"Hiks... tante Di... hiks... hiks..."
"Syuut. Mama cuma perlu nenangin dirinya lo jangan nangis gini dong"
Ucap Satrya lagi. Dia tak perduli dengan kaosnya yang sudah basah karena
air mata Nagita dan dia juga tak perduli dengan pandangan Raffi yang
seakan memangsanya hidup-hidup.
"Ia ta, udah jangan nangis ya" bujuk July.
Satrya dan July sebenarnya sangat kaget dengan berita meninggalnya
orang tua Nagita apalagi Nagita yang baru memberitahu mereka sekarang
setelah hampir satu tahun berlalu. Rasanya July ingin memarahi Nagita
karna hal itu namun melihat Nagita yang begitu ketakutan July mencoba
menahan emosinya dia yakin Nagita punya alasan tersendiri untuk hal itu.
Sekarang Nagita masih saja menangis dipelukan Satrya. Nagita selalu
seperti ini jika bukan pada Restian dia akan menangis kepada Satrya.
Namun Nagita tak menyadari saat ini ada laki-laki lain yang telah siap
menjadi tempat sandarannya ketika senang, susah atau pun dalam keadaan
terpuruk. Dan laki-laki itu sedang menatap tak suka pada Satrya.
"Sat" Panggil Yudha suami July pada Satrya
"Ya Mas?" Tanya Satrya tanpa melepaskan pelukannya pada Nagita.
"Liat mama gih sana, biar Nagitanya sama Raffi aja dulu" Ucap Yudha
yang sedari tadi sudah memperhatikan Raffi yang berusaha terlihat biasa
saja. Namun pandangannya jelas menyiratkan ketidaksukaan.
Bagi
Yudha sah-sah saja jika Raffi menatap tak suka pada Satrya yang tengah
memeluk pacarnya. Bahkan jika Yudha yang berada diposisi Raffi, Yudha
akan langsung menarik Nagita kedalam pelukannya bukan dipelukkan orang
lain sekalipun itu sepupunya sendiri.
Satrya yang seakan mengerti
maksud Yudha perlahan melepaskan pelukannya pada Nagita. Kemudian dia
menatap mata dan hidung Nagita yang memerah, perlahan Satrya menghapus
air mata Nagita dengan kedua ibu jarinya lalu menjawil hidung Nagita.
"Udah jangan nangis, Gue liat Mama dulu. Nanti kalau Mama udah ngerasa
baikkan lo bisa ngomongin semuanya sama Mama. Ok? Udah jangan nangis
lagi" Satrya bangkit dari duduknya, mengacak-acak rambut Nagita lalu
berlalu menuju kamar Mamanya.
Nagita menghapus sisa air matanya, lalu beralih memandang kearah Raffi yang sedari tadi hanya diam saja.
"Mas...?" Panggil Nagita
"Hmmm?"
"Kalau Tante Dian ga mau ngomong sama aku gimana?"
"Jangan berfikiran seperti itu"
"Kak?" Kali ini Nagita menatap kearah July dan Yudha
"Jangan khawatir oke? Kalian udah makan?" Tanya July mengalihkan topik
pembicaraan mereka, Sungguh July tak tau harus bersikap bagaimana
sekarang.
Raffi dan Nagita hanya menganggukkan kepalanya, mengiyakan Pertanyaan July.
"Udah July sama Nagita ngobrol-ngobrol aja dulu kan udah lama ga
ketemu, Mas sama Raffi mau kedepan dulu sebentar" Ucap Yudha lalu
berdiri dari duduknya. Yudha berfikir mungkin ada baiknya membiarkan
Nagita berdua dengan July. Mereka sama-sama perempuan mungkin akan lebih
nyaman bagi Nagita untuk menceritakan alasannya menyembunyikan semua
ini dari keluarganya.
"Ayo Fi" Ucap Yudha mengajak Raffi
Raffi hanya menganggukkan kepalanya lalu mengikuti Yudha setelah pamit pada Nagita.
"Rokok Fi?" Yudha menyodorkan sebungkus rokok dimeja kepada Raffi setelah dia mengambil satu untuknya sendiri.
"Gue udah ga nge-rokok" ucap Raffi santai.
Yudha menatap tak percaya pada Raffi salah satu teman dekatnya semasa SMA
"Kok bisa? Bukannya dulu paling ga bisa sehari aja ga nge-rokok?" Tanya
Yudha setelah menghembuskan asap rokoknya yang sekarang mengepul
diudara.
"Berhenti gitu aja, lo sendiri bukannya dulu paling anti sama rokok?"
Kedua orang itu lalu tertawa, menertawakan fakta tentang diri mereka
yang dulu dan sekarang. Jika dulu Raffi saat-saat SMA Raffi tak bisa
lepas dari rokoknya kini bahkan dia tak pernah lagi menghisap nikotin
itu. Sedangkan Yudha dulu adalah orang yang paling anti dengan roko
sekarang menjadi perokok aktif.
"Waktu ngubah semuanya, gue
nge-rokok karna pengaruh temen kuliah. Tapi satu yang gue ga nyangka
sampe sekarang" ada jeda sesaat sebelum Yudha melanjutkan perkataannya
"lo masih pengen jadi polisi bahkan lo udah mewujudkannya sekarang, dulu
gue kira setelah tamat SMA lo ngerubah keinginan lo yang satu itu.
Ternyata engga!"
"ck lo sendiri udah berhasil jadi pembalap F1" Raffi tersenyum geli mengingat cita-cita Yudha sedari dulu
"Gue ga minat lagi setelah dipaksa kuliah. Jadi ya gini sekarang gue
jadi karyawan bagian IT. Gajinya cukuplah buat ngidupin Istri dan dua
anak gue"
"Gue ga nyangka setelah belasan tahun ga ketemu, malah letemu dalam situasi begini"
"Gue lebih ga nyangka, gue kira itu tadi bukan lo cuma sekedar mirip
aja. Tapi setelah Gita nyebutin nama lo dan lo bilang kalau lo polisi
gue baru yakin kalau itu lo"
"gue lebih ga yakin lo udah punya anak"
"Gue lebih kaget saat lo belom nikah-nikah!"
Sementara itu didalam rumah, Nagita sudah menjelaskan apa yang terjadi.
Bagaimana dia tidak memberitahukan perihal meninggalnya kedua orang
tuanya. July yang mendengarkan penuturan Nagita hanya berusaha
membayangkan jika dia berada diposisi Nagita. Mungkin dia juga akan
melakukan hal yang sama atau malah melakukan hal yang lebih jauh lagi.
"Udah ya Ta, jangan nangis terus. Kakak ngerti kok, semua ini memang
terlalu berat untuk kamu jalani sendiri saat itu, nanti setelah kamu
jelasin Mama juga pasti akan ngerti kok. Kamu tenang aja ya" ucap July
menenangkan Nagita.
"Tapa kalo Tante Dian ga mau dengerin penjelasan aku gimana kak?"
"Mama pasti dengerin kamu, jangan berfikiran yang enggak-enggak. Karna
fikiran kamu itu, kamu jadi ketakutan pada hal yang belum tentu terjadi
seperti ini"
kelinci99
BalasHapusTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino