Jumat, 15 April 2016

NEW PAPER
Part 9
"Taa, kamu tidur ga?" Firra mengetuk pintu kamar Nagita
"Engga kok mbak, masuk aja" sahut Nagita dari dalam
Firra pun masuk ke dalam kamar dan menghampiri Nagita yang tengah duduk dilantai dengan kertas origami yang berserakan didepannya.
"Lagi ngapain Ta?" Tanya Firra ikut duduk dilantai bersama Nagita.
"Ini mbak lagi nyoba bikin yang lucu-lucu gitu dari origami buat diajarin sama anak-anak nanti"
"Ini bagus Ta, kaya kupu-kupu beneran gitu"
"Mbak mau buat?" Tawar Nagita sembari menyodorkan selembar kertas origami
"Mau sih Ta, tapi dari dulu mah aku ga pernah bisa bikin begian gagal terus"
"Di coba dulu mbak" bujuk Nagita.
Firra pun akhirnya mengambil kertas yang diberikan Nagita dan mengikuti Nagita melipat-lipat kertas itu dengan serius. Namun setelah selesai hasil Nagita dan Firra terlihat sangat berbeda. Kupu-kupu kertas milik Nagita terlihat seperti aslinya sedangkan milik Firra, uh dia sendiri juga tidak bisa menjabarkannya.
"Tuh kan Ta, aku ga bisa" Firra memanyunkan bibirnya kesal sedari dulu dia memang paling tidak bisa mengerjakan yang seperti ini.
"Tapi ini lumayan kok mbak hehe"
"Boongin aku heh?"
"Hehehe" Nagita hanya tertawa saja menimpali perkataan Firra.
"Akh ia Ta, bentar ya ada yang mau ambil bentar ya" ucap Firra langsung keluar dari kamar Nagita.
Sekitar sepuluh menit kemudian Firra kembali dengan kotak yang cukup besar hingga menutupi separuh tubuhnya. Melihat itu Nagita langsung bangkit membantu Firra yang sebenarnya sama sekali tidak terlihat kesusahan.
"Aduh mbak, bawa apaan sih? Mbak kan lagi hamil jangn ngangkat yang gitu-gitu" ucap Nagita meletakkan kotak besar itu di lantai.
"Ga papa ko ta, jangn kaya Raffi gitu. Lagian ini ga berat kok isinya kertas semua" ucap Firra sembari membuka kotak itu perlahan.
"Nih banyak hasil origami Ta"
"Ya ampun banyak banget mbak, keren-keren lagi" mata Nagita menelisik semua hasil origami didalam kotak itu dengan mata berbinar.
"Ini siapa yang buat mbak?" Tanya Nagita tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ini yang buat Mama, Anya istrinya Raffa, sama Raffa juga, mereka jago banget buat beginian"
"Keren-keren banget ini Mbak, aduh aku boleh minta ga?" Tanya Nagita.
"Boleh kok Ta, ambil aja kamu mau yang mana"
"Makasih mbak, aduh Mama nya Mbak kreatif banget ya"
"Wah kalo mama mah udah jangan ditanya lagi, kalau dirumah ini mah cuma segini tapi kalo rumah yang di Jakarta tuh penuh ama beginian sampe kadang Raffi tuh BT sangkin banyaknya. Tapi nih ya Ta, Raffi tuh lucu kalo lagi misuh-misuh gitu jarang banget sih liat dia gitu, tapi beneran deh itu lucu banget" ucap Firra sambil tertawa sambil membayangkan wajah Raffi
"Misuh-misuh gimana mbak?"
"Ya gitu dia ngegrutu-grutu gitu, tapi nanti kalo ditanya dia diem aja gitu dan diemnya itu bisa sampe seminggu"
"Yah berarti kalo ngambek ribet ya mbak"
"Ya gitu deh, oia Ta kamu umurnya berapa sih? Sekitaran 20-an gitu ya?"
"Aku udah tahun ini 25 mbak"
Firra ber oh ria "berarti beda 6 tahun ya, hmmm masih pantes lah ya ga ampe 10 tahun" Firra mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum penuh arti
"Beda 6 tahun sama siapa mbak?" Tanya Nagita bingung
"Hah? Ooh engga, itu aku sama kamu beda 6 tahun hehehe" Firra gelagapan menjawab pertanyaan Nagita.
"Udah punya pacar Ta?"
Nagita terdiam sesaat, dia kembali mengingat bagaimana pacarnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri dan itu membuat Nagita begitu membencinya.
"Engga mbak" jawab Nagita kemudian
"Lagi deket sama siapa gitu ga ada Ta?"
"Engga mbak, kok jadi nanyain itu sih?" Tanya Nagita.
"Engga papa Ta, cuma nanya aja. Oh ia Ta aku mau tanya sama kamu Raffi itu menurut kamu gimana sih Ta? Jangan mikir gimana-gimana loh aku cuma nanya doang, abis heran kenapa sih ga ada cewek yang nempel sama Raffi dari dulu"
"Ya pak Raffi baik kok mbak, kalo sekali liat gitu juga pasti banyak yang suka mbak, cuma kaya susah dijangkau gitu mbak jadi mungkin mereka cuma mengagumi doang tanpa berniat ngedeketin, lagian gengsi juga sih mbak kalau cewek ngedeketin duluan, pak Raffinya juga cuek gitu" jawab Nagita panjng lebar
"Ia juga sih Ta, pantes dia ga nikah-nikah sampe sekarang. Tapi nih ya Ta kalo kamu sendiri gimana sama Raffi?"
"Hah?"
"Ia kamu gimana sama Raffi?"
"Ya ga gimana-mana mba"
"Yakin?" Firra menaik-naikkan alisnya menggoda Nagita
"Yakin lah mbak, mbak apaan sih?" Nagita menundukkan kepalanya melihat kearah origami-origami yang lucu-lucu itu untuk mengendalikan dirinya yang tiba-tiba menjadi gugup
"Kalau Raffi suka sama kamu gimana Ta? Kamu mau ga sama Raffi?" Tanya Firra
"Apaan sih mbak?" Ucap Nagita lebih terdengar seperti bisikkan. Entah kenapa pipinya menjadi panas, Nagita yakin sekarang pipinya sudah semerah tomat.
"Lah kok blushing gitu ta?"
Nagita semakin menundukkan kepalanya mendengar perkataan Firra yang disusul dengan tawa kecilnya.
☆☆☆☆☆
Hari ini mungkin menjadi hari terpuas untuk Firra karena berhasil menjahilin kembarannya yang selama ini selalu susah untuk dijahilinya. Firra mengingat-ingat kejadian tadi siang saat dia mengganggu Raffi kemuadian mengganggu Nagita dan berhasil membuat pipi Nagita semerah tomat karna ulahnya. Merasa belum puas mengganggu Raffi malam ini Firra berniat untuk kembali membuat Nagita merona namun kali ini didepan Raffi. Firra sudah memikirkan hal ini sejak dia mengganggu Nagita siang tadi dan sekarang dia akan menjalanjan rencananya.
Setelah selesai makan malam mereka bertiga berkumpul diruang TV karna permintaan Firra, Firra beralasan dia sedang tidak mau sendirian dan juga sedang kangen dengan kembarannya itu. Alasan kedua Firra membuat Raffi mendengus kesal mereka bertemu setiap hari apa yang harus dirindukan? Pikirnya. Namun Firra bersikeras agar tak ada yang sibuk dengan urusannya sendiri malam ini.
Firra dan Nagita duduk disofa yang berada diruang TV sedangkan Raffi tiduran dibawah dialaskan karpet dengan posisi terlentang sambil membaca berita online di ponselnya, dia malas menonton acara TV yang ditonton kedua orang diatas yang menurutnya tak begitu penting.
"Fi besok kan minggu kita jalan-jalan ya? Kemanna gitu Fi" ucap Firra menenda-nendang kecil kaki Raffi yang tepat dibawahnya
"Emmm" Raffi hanya bergumam menjawab permintaan Firra
"Mau kan Fi? Jangan cuma emmm emmm doang!"
"Sama Nagita aja" jawabnya acuh.
"Ia sama Nagita juga jadi kita bertiga perginya. Biar sekalian lo bisa PDKT sama Nagita Fi"
"Ukhuk ukhuk ukhuk" Nagita tersedak cemilan yang sedari tadi dimakannya.
"Ya ampun Ta, pelan-pelan" Firra menepuk-nepuk pundak Nagita
Raffi mendengus tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya lalu berujar "dikasih minum Fir, bukan dipukul-pukul"
'Tuh kan matanya banyak' batin Nagita namun masih terbatuk-batuk
"Hah? Ia" Firra mengambil minum entah milik siapa yang berada dimeja kecil tepat disebelahnya lalu memberikannya pada Nagita masih terbatuk-batuk.
Nagita langsung meminum minuman yang diberikan hingga tandas kemuadin menghapus air matanya yang keluar karna tersedak ucapan Firra tadi.
"Kamu kalau makan pelan-pelan Ta, sampe nangis gitu gara-gara kesedak" Ucap Firra
"Maaf mbak" ucap Nagita lalu melirik Raffi yang sam sekali tak peduli.
Setelah memastikan Nagita tak apa-apa, Firra kemabali menyenderkan tubuhnya dan menendang-nendang kaki Raffi lagi. "Mau kan Fi?"
"Males Fir, lagian mau kemana?"
"Ya kemana aja asal jangan dirumah bosan Fi" ucap Firra berbohong. Sebenarnya dia lebih suka diam dirumah bercanda bersama keluarganya atau menghabiskan seharian penuh dikamar. Dari pada keluar hanya sekedar jalan-jalan baginya itu sangat melelahkan namun ini dilakukannya demi mendekatkan kedua orang saat ini berada didekatnya yang sama-sama tak menyadari perasaan mereka masing-masing.
Sejak awal Firra sudah menduga kalau kembarannya itu mempunyai rasa yang berbeda dengan Nagita, dari cara dia menatap dan berbaik hati mau menolong Nagita. Namun kembarannya itu terlalu bodoh untuk menyadari hal itu membuat Firra gemas sendiri. Firra mengenal Raffi sedari kandungan dia tau semua tentang Raffi dan daripada kedua kembarannya Firra lah yang paling peka terhadap perasaan sesorang berbanding terbalik dengan Raffi yang sangat-sangat tidak peka.
Tak jauh dari Raffi, Firra juga dapat melihat rasa ketertarikan Nagita pada Raffi namun Firra rasa sesuatu hal membuat Nagita menutup dirinya untuk orang lain terutama laki-laki.
"Kita dirumah aja, lo juga ga boleh capek-capek" ucap Raffi
"Ia mbak, kasian dedenya kalau mbaknya capek" ucap Nagita yang sedari tadi hanya diam.
"Tapi Fiiii......" 
Belum sempat Firra melanjutkan perkataannya Raffi memberikannya tatapan mematikan yang berhasil membuat Firra mendecak sebal.
"Ya udah deh gue kamar dulu, ntar lagi balik jangan ada yang bergerak" ancam Firra lalu bergegas menuju kemarnya.
Raffi dan Nagita hanya diam hingga beberapa saat, mereka tidak terlalu dekat hingga tak tau apa yang harus mereka bicarakan.
"Hmm pak, soal yang tadi pagi, maaf saya benar-benar tidak sadar, maaf" ucap Nagita mengingat kejadian tadi pagi saat dia tidur dengan menggenggam tangan Raffi.
"Bukan masalah, lupakan saja" ucap Raffi acuh dan masih membaca berita di ponselnya.
"Tapi saya tetap ngerasa ga enak pak, sekali lagi maaf"
"Ya terserah"
"Hmm pak"
"Ya?"
"Hmm Bang Tian aaa itu maksudnya Restian beneran ketangkap ya?" Tanya Nagita tanpa berani menatap Raffi
"Ya dia dan beberapa orang yang terlibat berhasil diamankan, anda mau menjenguknya?"
Nagita menggeleng dengan cepat dan kuat. Mata dan gesture tubuhnya pun menunjukkan jika dia begitu ketakutan. Entah apa yang membuatnya menjadi seperti itu tapi yang Nagita tahu pasti saat ini dia tak berani bertemu dengan Restian. Dia takut kalau-kalau Abangnya itu kembali berbuat kasar padanya. Nagita takut menatap Tian yang sedang marah dengannya dia benar-benar takut.
"Jika anda ketakutan memang lebih baik tidak perlu" ucap Raffi
Nagita menatap Raffi tak percaya, bagaimana Raffi tau apa yang dirasakannya. Apa dia cenayang seperti Tian? Seperti Tian yang selalu bisa membaca fikikirannya.
"Bapak seperti cenayang" gumam Nagita pelan
"Saya polisi bukan cenayang"
"Hah?" Nagita tak mengira Raffi mendengar Gumamannya. "Maaf pak" ucap Nagita tak enak.
"Sudahlah kembali kekamar" perintah Raffi ke Nagita.
"Tapi pak, Mbak Firra...."
"Firra tidak akan kembali kesini, istirahatlah" ucap Raffi
"Mmm baiklah, permisi pak"
"Emm" Nagita pun bangkit dari duduknya namun baru selangkah dia berjalan kakinya tak sengaja tersandung kaki Raffi hingga dia terjatuh tepat menimpahi Raffi.
Mereka berdua sama-sama terdiam, mata mereka saling mengunci satu sama lain. Raffi menatap mata dalam mata Nagita, matanya terlihat sipit namun pas untuknya, dengan bola matanya hitam pekat yang membuatnya tambah indah. tepat dibawah mata Nagita, Raffi dapat melihat dengan jelas kantung mata Nagita yang seolah menunjukkan jika sipemiliknya kurang tidur. Mata Raffi turun ke hidung Nagita, hidung itu terlihat begitu mungil, tidak mancung tidak juga pesek tapi cocok untuk wajah Nagita. Dan terakhir pandangan Raffi turun kebibir Nagita yang tipis dan sedikit terbuka membuat Raffi menahan nafasnya untuk sesaat, dia tak dapat mengalihkan pandangannya dari bibir Nagita.
Deringan ponsel Raffi membuyarkan fikiran mereka berdua. Nagita yang pertama tersadar langsung bangkit dari tubuh Raffi dan berdiri dengan canggung sementara Raffi langsung duduk dan menerima panggilannya setelah menghembuskan nafas gusar.
"Ya ada apa?"
"......"
"Tidak ada, jangan bertele-tele! Cepat apa mau mu?"
"......"
"Oh sh...." Raffi melirik ke arah Nagita yang masih berdiri canggung sambil menatapnya. Oh Raffi tak mungkin mengumpat didepan Nagita.
"Sudah besok saja hubungi aku lagi" Raffi menutup panggilan itu secara sepihak setelah mendengar orang diujung sana menertawakkannya.
Raffi kembali menatap Nagita yang terus menundukkan kepalanya dia benar-benar canggung dan tak berani melihat Raffi sekarang.
"Lupakan saja, dan cepat kembali kekamar" Raffi berdiri dari duduknya dan berjalan melewati Nagita sambil sesekali mengumpat. Dia butuh air dingin saat ini!
Sementara itu sepeninggalnya Raffi, Nagita langsung berlari menuju kamar, mengunci pintu kemudian menyembunyikan wajanya yang sudah seperti kepiting rebus di balik bantal. Dia merutuki dirinya sendiri Bagaimana dia bisa terjatuh tepat diatas Raffi? Dan lebih bodohnya lagi kenapa dia tak langsung bangkit. Dia malah memperhatikan keseluruhan wajah Raffi mulai dari matanya yang Nagita duga akan hilang jika laki-laki itu tertawa, memerhatikan hidung Raffi yang mancung berbanding terbalik dengan hidungnya. kemudian memperhatikan rahang Raffi yang terlihat kokoh dan ditumbuhi rambut-rambut halus membuat Nagita ingin mengelusnya. Belum lagi tadi jantungnya yang berdetak abnormal, Raffi pasti bisa merasakan jantungnya yang sedang berdisco disana
Nagita memukul-mukul kepalanya pelan namun berkali-kali 'ini gila!' Rutuk Nagita kepada dirinya sendiri. Dia sudah benar-benar punya muka lagi untuk bertemu Raffi mungkin besok dia akan pulang saja kerumah Reinka agar tak sering-sering bertemu Raffi.
Nagita menutup matanya rapat-rapat berharap semua ini mimpi dan saat dia bangun nanti semuanya ingatannya tentang ini akan hilang. Semoga saja!
☆☆☆☆☆
"Raffi sini sayang" Wanita itu melambaikan tangannya memanggil Raffi. Suaranya begitu lembut dan suara itu begitu dirindukan oleh Raffi. Raffi benar-benar merindukan suara itu.
Raffi berjalan kearah wanita yang duduk ditaman belakang rumahnya sambil tersenyum, senyuman yang selalu dapat menenangkan Raffi. Senyuman yang selalu membuat Raffi tenang dalam keadaan apapun. Saat Raffi sudah begitu dekat dengannya, wanita itu memberi isyarat dengan menepuk-nepuk pahanya agar Raffi berbaring disitu. Dengan senang hati Raffi menurutinya berbaring dipangkuan wanita yang paling sempurna untuknya, wanita yang telah melahirkan dan merawatnya hingga dua tahun lalu.
Begitu Raffi meletakkan kepalanya dipangkuan sang mama, Qianta mengelus lembut kepala anaknya itu dengan sayang. Membuat Raffi merasakan rasa bahagia yang membucah, mengobati rasa rindu yang selama ini dipendamnya sendiri.
"Menikalah nak, mama ingin memiliki cucu" Qianta mengucapkannya sambil tersenyum
"Mama sudah mempunyai cucu dari Raffa dan sebentar lagi dari Firra, Dia sedang mengandung. Mama akan memiliki dua cucu" jawab Raffi lembut
"Karna itu mama menginginkan cucu dari kamu sayang agar semuanya lengkap"
Raffi hanya diam tak menjawab atau membantah perkataan mamanya.
"Dia cantik, baik dan cocok untuk kamu. Cepat kenalkan dia ke Mama"
"Siapa ma?" Tanya Raffi bingung
"Kamu tau siapa yang Mama maksud. Percayalah cinta itu akan mendatangkan kebahagiaan bukan kesakitan seperti yang selana ini kamu fikir"
Raffi kembali diam, dia tak ingin membicarakan hal ini. Dia hanya ingin seperti ini, selalu berada didekat mamanya. Merasakan kelembutan yang didunia ini hanya bisa didapatkan dari Mamanya seorang.
Perlahan Raffi memejamkan matanya, ditempat yang paling nyaman didunia baginya yaitu dipangkuan ibunya.
☆☆☆☆☆
Pagi ini mereka bertiga kumpul dimeja makan untuk makan bersama seperti biasa. Namun Nagita sama sekali tak berani menatap langsung kearah Raffi dia benar-benar begitu malu karna kejadian semalam. Berbeda dengan Nagita, Raffi terlihat bersikap seperti biasa, seolah kejadian semalam tak berarti baginya. Dia begitu lihai mengatur ekspresi wajahnya agar terlihat tenang tapi siapa yang tau kalau sebenarnya didalam hati dia mengeluarkan segala umpatan terbaiknya karna sejak semalam dia terus memikirkan Nagita bahkan dalam mimpi pun mamanya mengingatkan pada perempuan yang kini duduk tak jauh darinya dengan kepala menunduk.
Firra melirik kearah Nagita, dia merasa ada yang aneh dengan Nagita sejak pagi tadi lihat saja sedari tadi Nagita terus saja menunduk.
"Ta kamu kenapa? Sakit?" tanya Firra akhirnya.
"Hah? Ngg engga kok mbak aku ga papa" Jawab Nagita.
Raffi hanya meliriknya sekilas lalu kembali berpura-pura acuh. Dasar!
"kok kamu nunduk terus sih Ta? Takut sama siapa? Raffi?"
"ngg enggak kok mbak"
"Kamu diapa-apain ya sama Raffi waktu aku tinggal semalam?"
"Hmmpp ukhuuuk ukhuuuk" jika semalam Nagita yang tersedak kini Raffi yang tersedak kopinya akibat ucapan Firra.
"Aduuuuh Fiii. Minumnya pelan-pelan"
"Ukhuuuk ukhuuk" Raffi terus terbatuk sambil memukul-mukul pelan dadanya.
"Minum dulu pak"Nagita menyodorkan gelas disampingnya kepada Raffi, yang langsung diterima Raffi dengan cepat.
Melihat itu Nagita sedikit meringis, pasti sakit fikirnya.
"Ekkhhmmm hhmmm" Raffi mulai bisa mengatur Nafasnya dan langsung memberikan tatapan sadisnya pada Firra.
"Apa? Mau nyalahin gue? Lo sendiri yang kesedek kopi, kenapa melototin gue?" Ucap Firra yang hapal benar dengan tatapan yang diperikan Raffi itu.
"Atau jangan-jangaaan? Lo bener-bener ngapa-ngapain Nagita ya Fi!" Ucap Firra sedikit emosi padahal dalam hati dia tertawa puas. Jangan kalian fikir dia tak tau kejadian semalam bahkan dia sempat mem-videokannya.
"Aduh enggak kok mbak beneran, pak Raffi ga ngapa-ngapain saya" ucap Nagita membela Raffi.
"Ya sudahlah. Akh ya Fi om Qeanu sama om Qeandra nanti mau kesini. Ada yang mau dia omongin sama lo katanya mumpung lagi di Semarang"
"Ya" jawab Raffi acuh dia masih kesal karna tuduhan Firra. Dia sama sekali tak melakukannya hanya memikirkannya. Akh Raffi benar-benar merasa sudah gila sekarang!
"Ya sudah gue mau kekamar jangan diganggu. Ta kalau polisi satu itu macem-macem teriakin aja"
Nagita hanya mengangguk mengiyakan perkataan Firra sedangkan Raffi mendengus kesal mendengarnya.
"Awas lo ya Fi! Inget nanti om kembar mau dateng" ucap Firra lalu berlalu pergi menuju kamarnya.
Raffi menggelengkan kepalanya tak percaya akan sifat aneh kembarannya. 'Mau apa dia pagi-pagi mengurung diri dikamar?' Batin Raffi lalu bangkit dari duduknya menuju taman belakang. Dia butuh ketenangan saat ini.
Melihat Raffi yang ikut pergi Nagita menjadi bingung sendiri mau apa dia sekarang. Akhirnya Nagita memutuskan untuk membersihkan meja makan lalu kembali kekamarnya mungkin membuat origami lagi fikirnya.
Sudah hampir setengah jam dia berkutat dengan kertas origaminya namun tak ada satupun yang berhasil dia buat karna merasa sangat bosan dengan kertas-kertas didepannya. Akhirnya Nagita memilih untuk keluar kamar dan menuju taman belakang mungkin memberaihkan tanaman tidak akan membosankan, fikirnya.
Namun baru selangkah Nagita memasuki halaman belakang, Nagita dapat melihat Raffi yang sedang mengurus beberapa tanaman disana. Hal itu membuat Nagita mengurungkan langkahnya dan abergegas membalikkan badannya,namun belum lagi melangkah suara Raffi mengintrupsinnya.
"Ada apa?" Tanya Raffi.
'Tuh kan matanya dimana-mana!' Batin Nagita
"Hmm ga ada apa-apa kok pak, cuma tadi bosen aja ga tau mau ngapain. Boleh bantuin ga pak?" Ucap Nagita takut-takut. Mau bagaimana lagi dia sudah kepalang dilihat Raffi tidak mungkin dia bilang nyari kucing kan?
"Ya sudah sini"
Akhirnya dengan canggung Nagita mendekat kearah Raffi dan membantu Raffi yang terlihat begitu cekatan mengurus tanaman-tanaman itu seperti orang yang sudah terbiasa mengurusinya.
"Bapak sering gini ya?" Tanya Nagita disela-sela aktifitas mereka.
"Maksudnya?"
"Ya ngurusin taman gini? Biasanya kan cowok jarang ada yang mau ngurusin taman gini"
"Coba anda perhatikan, hampir semua tukang kebun itu laki-laki"
"Enngg ia juga ya pak, tapi bapak kan polisi bukan tukang kebun"
Menanggapi itu Raffi hanya melirik sekilas kearah Nagita lalu kembali merapihkan bunga yang ada didepannya. Membuat Nagita mendengus kesal karnanya. 'Emang salah ngomongnya?' Batin Nagita.
"Jangan panggil saya bapak, saya bukan bapak Anda"
"Hah? Apa pak?" Sebenarnya Nagita mendengarnya dengan jelas, hanya saja dia ingin memastikan sekali lagi. Ada apa orang disampingnya itu meminta hal itu, dari pertama bertemu hingga beberapa menit yang lalu Raffi tak mempermasalahkan dirinya yang memanggil Raffi dengan sebutan 'Bapak' nah kenapa sejarang Raffi jadi mempermasalahkannya?
"Lupakan saja" ucap Raffi
"Hah?" Nagita benar-benar tak percaya dengan jalan fikiran Raffi bagaimana bisa tadi bilang A kemudian menyuruh melupakannya. Dasar!
Detik berikutnya Nagita terperangah karna tiba-tiba Raffi membalikkan badannya menghadap ke Nagita.
"Sekali lagi kamu bilang Hah saya cium kamu!"
"Hah?" Kali ini diikuti dengan matanya yang membulat sempurna seakan ingin lompat dari tempatnya
"Kamu nantang saya?"
"Hah? Buk..."
Cup
Raffi mengecup bibir Nagita sekilas membuat Nagita tambah membesarkan matanya. Dan sialnya pipinya tidak dapat berkompromi langsung memanas Nagita yakin pipinya sudah memerah sekarang
"Saya sudah peringati kamu sebelumnya" ucap Raffi tak merasa bersalah dan kembali pada bunga yang tadi ditinggalkannya.
Sementara Nagita masih terdiam ditempatnya dengan mata mengerejap beberapa kali, pipi memerah dan mulut yang sedikit terbuka. Sungguh Nagita tidak bisa berfikir sekarang.
☆☆☆☆☆
"Om hanya mengingatkan saja, Mamamu mendatangi om hampir setiap hari belakangan ini. Semua sepupu yang seusiamu sudah menikah dan memiliki anak" Om Qeanu menepuk pundak keponakannya yang duduk disampingnya.
"Kalau memang Raffi belum memikirkannya, fikirkanlah dari sekarang nak. Umur Raffi terus bertambah, apa Raffi akan melajang selamanya hem?" Kini om Qiandra yang berbicara.
"Ya Raffi sudah memikirkannya" ucap Raffi.
"Jadi sudah ada calonnya? Kapan mau dikenalkan ke kami semua?" Tanya Qeanu sambil menaik-naikkan alisnya menggoda keponakannya itu
"Raffi bilang memikirkan untuk menikah om bukan bilang sudah memiliki calonnya"
"Ck lihatlah kau selalu menanggapinya dengan serius, apa semua polisi selalu seperti mu hem?" Kali ini Qiandra yang menggoda keponakannya.
"Om jauh-jauh dari Jakarta hanya ingin menyampaikan itu? Om bisa menelfon Raffi tak perlu jauh-jauh ke Semarang"
"Hey om mu ini kangen denganmu dan Firra. Akh mana anak itu?" Ucap Qeanu
"Ia mana kembaran manjamu itu, harusnya di berlari dari kamarnya untuk memeluk om-nya ini" ucap Qeandra
"Firra ada dikamar dan Raffi tak akan mengizinkannya berlari"
"Kenapa?" Tanya Qeanu dan Qeandra serempak.
"Firra hamil"
"Alhamdulillah, akhirnya dia kembali mengandung, sudah berapa usia kandungannya?" Tanya Qeanu terlihat bersemangat
"Jalan empat bulan om" jawab Raffi lalu melirik ke arah Qeandra yang entah mengapa ekspresinya langsung berbeda saat membicarakan kehamilan Firra.
"Ayo cepat panggil dia, om sudah tak sabar melihatnya" ucap Qeanu
"Sebentar Raffi panggilkan" Raffi pun langsung bergegas memanggil Firra kekamarnya. Dia tak mungkin meneriaki Firra dari ruang tamu, yang ada begitu melihat kedua om-nya Firra akan berlari seperti yang diucapkan Qeanu tadi dan Raffi tak akan membiarkan itu terjadi.
"Fir... Firra keluar dulu" Raffi mengetu-ngetuk pintu kamar Firra.
"Ya bentar" ucap Firra dari dalam kamarnya.
Dua menit kemuadian Firra keluar dari kamarnya dengan mata sembab yang ditutupinya dengan make-up membuat Raffi menyerit bingung.
"Kenapa Fi?" Tanyanya tanpa berani menatap Raffi.
"Ada yang mau ketemu dibawah, jalannya pelan-pelan jangan lari"
"Ya" jawab Firra lalu berjalan menuju ruang tamu diikuti Raffi yang jalan dibelakangnya.
Sesampainya diruang tamu dan melihat kedua om-nya Firra langsung berlari kecil dan memeluk kedua om-nya girang.
"Doubel Qeeeee kangeeeeenn" ucap Firra
"Huh sudah gue bilang jangan lari" ucap Raffi yang langsung duduk disofa.
"Hehe sory Fi, kangen banget muach muach" Firra mencium pipi kedua omnya bergantian
"Masih manja heh?" Om Qeanu mengacak-acak rambut Firra gemas.
"Bagaimana kondisi kandungan mu hem? Kenapa tidak memberitahu om kau sudah mengandung, mau menyembunyikannya hem?" Tanya Qeandra
"Bukan gitu om, Firra cuma ga pengen kaya kemaren-kemaren udah kasih tau sana-sini ternyata keguguran. Firra cuma ga mau gitu lagi"
"Huuss kau ini bicara apa? Sini duduk jangan mikir aneh-aneh. om kangen banget sama kamu" Qeanu merangkul keponakannya lalu ikut duduk bersama Raffi.
"Akh Firra kira double Qee sorean gitu datengnya, tau-tau udah disini aja"
"Ia. Ada hal yang om Qeandra ingin bicarakan pada Raffi, dia juga akan menginap nanti"
"Serius om?" Tanya Firra ke Qeandra yang dijawab anggukan kepala.
"Wah seru dong, om Qeanu ga nginep juga?"
"Om harus balik ke Jakarta, besok om harus terbang lagi"
"Yaaa, ga seru nih. Eh kita makan yuk om, tapi makan diluar Firra sama Nagita ga masak soalnya" ucap Firra
"Nagita? Siapa itu?" Tanya Qeandra
"Oh Nagita, calon istri Raffi om"
Qeandra dan Qeanu langsung menatap Raffi dengan tatapan minta penjelasan. Raffi yang di dilihati kedua om-nya mendelikkan matanya kearah Firra sementara Firra dia tersenyum senang.
"Dimana anak itu?" Tanya Qeanu ke Firra
"Dikamar tamu, sebentar aku panggilin" Firra langsung ngacir ke kamar Nagita menghindari tatapan kembarannya.
"Tadi kau bilang belum punya calon, tapi sekarang bahkan calonnya sudah tinggal dirumah ini, ck ck apa-apaan kau ini" Ucap Qeandra
"Bukan om, Firra hanya mengada-ada jangan di fikirkan"
☆☆☆☆
Sekarang mereka berlima sudah berada di sebuah restoran tak jauh dari rumah orang tua Raffi, mereka makan sambil selingi dengan aksi mengintrogasi Nagita yang membuat Nagita menahan malu selama disana sementara Raffi tetap dengan wajah datar yang membuat Nagita ingin mengubur dirinya hidup-hidup.
"Oh jadi nak Gita ini bukan calon istrinya Raffi, padahal om sudah senang tadinya" ucap Qeanu melirik kearah Firra yang cekikikan sendiri
"Firra lain kali jangan seperti itu, kau membuat pipi Nagita menjadi merah seperti itu" ucap Qeandra lalu tersenyum ramah pada Nagita.
Oh Nagita sedari tadi terus mengumpat dirinya sendiri karna sedari tadi pipinya yang terus saja memerah. Oh apa semua keluarga Raffi seperti ini? Bertingkah seperti Firra yang selalu berhasil membuat pipinya memerah karna ledekannya. Jadi berasal dari mana sifat Raffi yang dingin itu? Huh Nagita bingung memikirkannya.
"Setelah ini Firra dan Nagita pulang bersama Om Qeanu ya" ucap Qeandra
"Loh om sama Raffi?" Tanya Firra
"Om mau pergi dulu sama Raffi ada beberapa hal penting yang harus om bicarakan pada kembaran mu ini" ucap Qeandra dengan nada serius.
Firra melenan ludahnya sendiri, dia sadar ada sesuatu yang tak beres sekarang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar