NEW PAPER
Part 9
Part 9
"Taa,
kamu tidur ga?" Firra mengetuk pintu kamar Nagita
"Engga
kok mbak, masuk aja" sahut Nagita dari dalam
Firra
pun masuk ke dalam kamar dan menghampiri Nagita yang tengah duduk dilantai
dengan kertas origami yang berserakan didepannya.
"Lagi
ngapain Ta?" Tanya Firra ikut duduk dilantai bersama Nagita.
"Ini
mbak lagi nyoba bikin yang lucu-lucu gitu dari origami buat diajarin sama
anak-anak nanti"
"Ini
bagus Ta, kaya kupu-kupu beneran gitu"
"Mbak
mau buat?" Tawar Nagita sembari menyodorkan selembar kertas origami
"Mau
sih Ta, tapi dari dulu mah aku ga pernah bisa bikin begian gagal terus"
"Di
coba dulu mbak" bujuk Nagita.
Firra
pun akhirnya mengambil kertas yang diberikan Nagita dan mengikuti Nagita
melipat-lipat kertas itu dengan serius. Namun setelah selesai hasil Nagita dan
Firra terlihat sangat berbeda. Kupu-kupu kertas milik Nagita terlihat seperti
aslinya sedangkan milik Firra, uh dia sendiri juga tidak bisa menjabarkannya.
"Tuh
kan Ta, aku ga bisa" Firra memanyunkan bibirnya kesal sedari dulu dia
memang paling tidak bisa mengerjakan yang seperti ini.
"Tapi
ini lumayan kok mbak hehe"
"Boongin
aku heh?"
"Hehehe"
Nagita hanya tertawa saja menimpali perkataan Firra.
"Akh
ia Ta, bentar ya ada yang mau ambil bentar ya" ucap Firra langsung keluar
dari kamar Nagita.
Sekitar
sepuluh menit kemudian Firra kembali dengan kotak yang cukup besar hingga
menutupi separuh tubuhnya. Melihat itu Nagita langsung bangkit membantu Firra
yang sebenarnya sama sekali tidak terlihat kesusahan.
"Aduh
mbak, bawa apaan sih? Mbak kan lagi hamil jangn ngangkat yang gitu-gitu"
ucap Nagita meletakkan kotak besar itu di lantai.
"Ga
papa ko ta, jangn kaya Raffi gitu. Lagian ini ga berat kok isinya kertas
semua" ucap Firra sembari membuka kotak itu perlahan.
"Nih
banyak hasil origami Ta"
"Ya
ampun banyak banget mbak, keren-keren lagi" mata Nagita menelisik semua
hasil origami didalam kotak itu dengan mata berbinar.
"Ini
siapa yang buat mbak?" Tanya Nagita tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ini
yang buat Mama, Anya istrinya Raffa, sama Raffa juga, mereka jago banget buat
beginian"
"Keren-keren
banget ini Mbak, aduh aku boleh minta ga?" Tanya Nagita.
"Boleh
kok Ta, ambil aja kamu mau yang mana"
"Makasih
mbak, aduh Mama nya Mbak kreatif banget ya"
"Wah
kalo mama mah udah jangan ditanya lagi, kalau dirumah ini mah cuma segini tapi
kalo rumah yang di Jakarta tuh penuh ama beginian sampe kadang Raffi tuh BT
sangkin banyaknya. Tapi nih ya Ta, Raffi tuh lucu kalo lagi misuh-misuh gitu
jarang banget sih liat dia gitu, tapi beneran deh itu lucu banget" ucap
Firra sambil tertawa sambil membayangkan wajah Raffi
"Misuh-misuh
gimana mbak?"
"Ya
gitu dia ngegrutu-grutu gitu, tapi nanti kalo ditanya dia diem aja gitu dan diemnya
itu bisa sampe seminggu"
"Yah
berarti kalo ngambek ribet ya mbak"
"Ya
gitu deh, oia Ta kamu umurnya berapa sih? Sekitaran 20-an gitu ya?"
"Aku
udah tahun ini 25 mbak"
Firra
ber oh ria "berarti beda 6 tahun ya, hmmm masih pantes lah ya ga ampe 10
tahun" Firra mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum penuh arti
"Beda
6 tahun sama siapa mbak?" Tanya Nagita bingung
"Hah?
Ooh engga, itu aku sama kamu beda 6 tahun hehehe" Firra gelagapan menjawab
pertanyaan Nagita.
"Udah
punya pacar Ta?"
Nagita
terdiam sesaat, dia kembali mengingat bagaimana pacarnya berselingkuh dengan
sahabatnya sendiri dan itu membuat Nagita begitu membencinya.
"Engga mbak" jawab Nagita kemudian
"Engga mbak" jawab Nagita kemudian
"Lagi
deket sama siapa gitu ga ada Ta?"
"Engga
mbak, kok jadi nanyain itu sih?" Tanya Nagita.
"Engga
papa Ta, cuma nanya aja. Oh ia Ta aku mau tanya sama kamu Raffi itu menurut
kamu gimana sih Ta? Jangan mikir gimana-gimana loh aku cuma nanya doang, abis
heran kenapa sih ga ada cewek yang nempel sama Raffi dari dulu"
"Ya
pak Raffi baik kok mbak, kalo sekali liat gitu juga pasti banyak yang suka
mbak, cuma kaya susah dijangkau gitu mbak jadi mungkin mereka cuma mengagumi
doang tanpa berniat ngedeketin, lagian gengsi juga sih mbak kalau cewek
ngedeketin duluan, pak Raffinya juga cuek gitu" jawab Nagita panjng lebar
"Ia
juga sih Ta, pantes dia ga nikah-nikah sampe sekarang. Tapi nih ya Ta kalo kamu
sendiri gimana sama Raffi?"
"Hah?"
"Ia
kamu gimana sama Raffi?"
"Ya
ga gimana-mana mba"
"Yakin?"
Firra menaik-naikkan alisnya menggoda Nagita
"Yakin
lah mbak, mbak apaan sih?" Nagita menundukkan kepalanya melihat kearah
origami-origami yang lucu-lucu itu untuk mengendalikan dirinya yang tiba-tiba
menjadi gugup
"Kalau
Raffi suka sama kamu gimana Ta? Kamu mau ga sama Raffi?" Tanya Firra
"Apaan
sih mbak?" Ucap Nagita lebih terdengar seperti bisikkan. Entah kenapa
pipinya menjadi panas, Nagita yakin sekarang pipinya sudah semerah tomat.
"Lah
kok blushing gitu ta?"
Nagita
semakin menundukkan kepalanya mendengar perkataan Firra yang disusul dengan
tawa kecilnya.
☆☆☆☆☆
Hari
ini mungkin menjadi hari terpuas untuk Firra karena berhasil menjahilin
kembarannya yang selama ini selalu susah untuk dijahilinya. Firra
mengingat-ingat kejadian tadi siang saat dia mengganggu Raffi kemuadian
mengganggu Nagita dan berhasil membuat pipi Nagita semerah tomat karna ulahnya.
Merasa belum puas mengganggu Raffi malam ini Firra berniat untuk kembali
membuat Nagita merona namun kali ini didepan Raffi. Firra sudah memikirkan hal
ini sejak dia mengganggu Nagita siang tadi dan sekarang dia akan menjalanjan
rencananya.
Setelah
selesai makan malam mereka bertiga berkumpul diruang TV karna permintaan Firra,
Firra beralasan dia sedang tidak mau sendirian dan juga sedang kangen dengan
kembarannya itu. Alasan kedua Firra membuat Raffi mendengus kesal mereka
bertemu setiap hari apa yang harus dirindukan? Pikirnya. Namun Firra bersikeras
agar tak ada yang sibuk dengan urusannya sendiri malam ini.
Firra
dan Nagita duduk disofa yang berada diruang TV sedangkan Raffi tiduran dibawah
dialaskan karpet dengan posisi terlentang sambil membaca berita online di
ponselnya, dia malas menonton acara TV yang ditonton kedua orang diatas yang
menurutnya tak begitu penting.
"Fi
besok kan minggu kita jalan-jalan ya? Kemanna gitu Fi" ucap Firra
menenda-nendang kecil kaki Raffi yang tepat dibawahnya
"Emmm"
Raffi hanya bergumam menjawab permintaan Firra
"Mau
kan Fi? Jangan cuma emmm emmm doang!"
"Sama
Nagita aja" jawabnya acuh.
"Ia
sama Nagita juga jadi kita bertiga perginya. Biar sekalian lo bisa PDKT sama Nagita
Fi"
"Ukhuk
ukhuk ukhuk" Nagita tersedak cemilan yang sedari tadi dimakannya.
"Ya
ampun Ta, pelan-pelan" Firra menepuk-nepuk pundak Nagita
Raffi
mendengus tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya lalu berujar
"dikasih minum Fir, bukan dipukul-pukul"
'Tuh
kan matanya banyak' batin Nagita namun masih terbatuk-batuk
"Hah?
Ia" Firra mengambil minum entah milik siapa yang berada dimeja kecil tepat
disebelahnya lalu memberikannya pada Nagita masih terbatuk-batuk.
Nagita
langsung meminum minuman yang diberikan hingga tandas kemuadin menghapus air
matanya yang keluar karna tersedak ucapan Firra tadi.
"Kamu
kalau makan pelan-pelan Ta, sampe nangis gitu gara-gara kesedak" Ucap
Firra
"Maaf
mbak" ucap Nagita lalu melirik Raffi yang sam sekali tak peduli.
Setelah
memastikan Nagita tak apa-apa, Firra kemabali menyenderkan tubuhnya dan
menendang-nendang kaki Raffi lagi. "Mau kan Fi?"
"Males
Fir, lagian mau kemana?"
"Ya
kemana aja asal jangan dirumah bosan Fi" ucap Firra berbohong. Sebenarnya
dia lebih suka diam dirumah bercanda bersama keluarganya atau menghabiskan
seharian penuh dikamar. Dari pada keluar hanya sekedar jalan-jalan baginya itu
sangat melelahkan namun ini dilakukannya demi mendekatkan kedua orang saat ini
berada didekatnya yang sama-sama tak menyadari perasaan mereka masing-masing.
Sejak
awal Firra sudah menduga kalau kembarannya itu mempunyai rasa yang berbeda
dengan Nagita, dari cara dia menatap dan berbaik hati mau menolong Nagita.
Namun kembarannya itu terlalu bodoh untuk menyadari hal itu membuat Firra gemas
sendiri. Firra mengenal Raffi sedari kandungan dia tau semua tentang Raffi dan
daripada kedua kembarannya Firra lah yang paling peka terhadap perasaan
sesorang berbanding terbalik dengan Raffi yang sangat-sangat tidak peka.
Tak
jauh dari Raffi, Firra juga dapat melihat rasa ketertarikan Nagita pada Raffi
namun Firra rasa sesuatu hal membuat Nagita menutup dirinya untuk orang lain
terutama laki-laki.
"Kita
dirumah aja, lo juga ga boleh capek-capek" ucap Raffi
"Ia
mbak, kasian dedenya kalau mbaknya capek" ucap Nagita yang sedari tadi
hanya diam.
"Tapi
Fiiii......"
Belum sempat Firra melanjutkan perkataannya Raffi memberikannya tatapan mematikan yang berhasil membuat Firra mendecak sebal.
Belum sempat Firra melanjutkan perkataannya Raffi memberikannya tatapan mematikan yang berhasil membuat Firra mendecak sebal.
"Ya
udah deh gue kamar dulu, ntar lagi balik jangan ada yang bergerak" ancam
Firra lalu bergegas menuju kemarnya.
Raffi
dan Nagita hanya diam hingga beberapa saat, mereka tidak terlalu dekat hingga
tak tau apa yang harus mereka bicarakan.
"Hmm
pak, soal yang tadi pagi, maaf saya benar-benar tidak sadar, maaf" ucap
Nagita mengingat kejadian tadi pagi saat dia tidur dengan menggenggam tangan
Raffi.
"Bukan
masalah, lupakan saja" ucap Raffi acuh dan masih membaca berita di
ponselnya.
"Tapi
saya tetap ngerasa ga enak pak, sekali lagi maaf"
"Ya
terserah"
"Hmm
pak"
"Ya?"
"Hmm
Bang Tian aaa itu maksudnya Restian beneran ketangkap ya?" Tanya Nagita
tanpa berani menatap Raffi
"Ya
dia dan beberapa orang yang terlibat berhasil diamankan, anda mau
menjenguknya?"
Nagita
menggeleng dengan cepat dan kuat. Mata dan gesture tubuhnya pun menunjukkan
jika dia begitu ketakutan. Entah apa yang membuatnya menjadi seperti itu tapi
yang Nagita tahu pasti saat ini dia tak berani bertemu dengan Restian. Dia
takut kalau-kalau Abangnya itu kembali berbuat kasar padanya. Nagita takut
menatap Tian yang sedang marah dengannya dia benar-benar takut.
"Jika
anda ketakutan memang lebih baik tidak perlu" ucap Raffi
Nagita
menatap Raffi tak percaya, bagaimana Raffi tau apa yang dirasakannya. Apa dia
cenayang seperti Tian? Seperti Tian yang selalu bisa membaca fikikirannya.
"Bapak
seperti cenayang" gumam Nagita pelan
"Saya
polisi bukan cenayang"
"Hah?"
Nagita tak mengira Raffi mendengar Gumamannya. "Maaf pak" ucap Nagita
tak enak.
"Sudahlah
kembali kekamar" perintah Raffi ke Nagita.
"Tapi
pak, Mbak Firra...."
"Firra
tidak akan kembali kesini, istirahatlah" ucap Raffi
"Mmm
baiklah, permisi pak"
"Emm"
Nagita pun bangkit dari duduknya namun baru selangkah dia berjalan kakinya tak
sengaja tersandung kaki Raffi hingga dia terjatuh tepat menimpahi Raffi.
Mereka
berdua sama-sama terdiam, mata mereka saling mengunci satu sama lain. Raffi
menatap mata dalam mata Nagita, matanya terlihat sipit namun pas untuknya,
dengan bola matanya hitam pekat yang membuatnya tambah indah. tepat dibawah
mata Nagita, Raffi dapat melihat dengan jelas kantung mata Nagita yang seolah
menunjukkan jika sipemiliknya kurang tidur. Mata Raffi turun ke hidung Nagita,
hidung itu terlihat begitu mungil, tidak mancung tidak juga pesek tapi cocok
untuk wajah Nagita. Dan terakhir pandangan Raffi turun kebibir Nagita yang
tipis dan sedikit terbuka membuat Raffi menahan nafasnya untuk sesaat, dia tak
dapat mengalihkan pandangannya dari bibir Nagita.
Deringan
ponsel Raffi membuyarkan fikiran mereka berdua. Nagita yang pertama tersadar
langsung bangkit dari tubuh Raffi dan berdiri dengan canggung sementara Raffi
langsung duduk dan menerima panggilannya setelah menghembuskan nafas gusar.
"Ya
ada apa?"
"......"
"Tidak ada, jangan bertele-tele! Cepat apa mau mu?"
"......"
"Oh sh...." Raffi melirik ke arah Nagita yang masih berdiri canggung sambil menatapnya. Oh Raffi tak mungkin mengumpat didepan Nagita.
"Sudah besok saja hubungi aku lagi" Raffi menutup panggilan itu secara sepihak setelah mendengar orang diujung sana menertawakkannya.
"......"
"Tidak ada, jangan bertele-tele! Cepat apa mau mu?"
"......"
"Oh sh...." Raffi melirik ke arah Nagita yang masih berdiri canggung sambil menatapnya. Oh Raffi tak mungkin mengumpat didepan Nagita.
"Sudah besok saja hubungi aku lagi" Raffi menutup panggilan itu secara sepihak setelah mendengar orang diujung sana menertawakkannya.
Raffi
kembali menatap Nagita yang terus menundukkan kepalanya dia benar-benar
canggung dan tak berani melihat Raffi sekarang.
"Lupakan saja, dan cepat kembali kekamar" Raffi berdiri dari duduknya dan berjalan melewati Nagita sambil sesekali mengumpat. Dia butuh air dingin saat ini!
"Lupakan saja, dan cepat kembali kekamar" Raffi berdiri dari duduknya dan berjalan melewati Nagita sambil sesekali mengumpat. Dia butuh air dingin saat ini!
Sementara
itu sepeninggalnya Raffi, Nagita langsung berlari menuju kamar, mengunci pintu
kemudian menyembunyikan wajanya yang sudah seperti kepiting rebus di balik
bantal. Dia merutuki dirinya sendiri Bagaimana dia bisa terjatuh tepat diatas
Raffi? Dan lebih bodohnya lagi kenapa dia tak langsung bangkit. Dia malah
memperhatikan keseluruhan wajah Raffi mulai dari matanya yang Nagita duga akan
hilang jika laki-laki itu tertawa, memerhatikan hidung Raffi yang mancung
berbanding terbalik dengan hidungnya. kemudian memperhatikan rahang Raffi yang
terlihat kokoh dan ditumbuhi rambut-rambut halus membuat Nagita ingin
mengelusnya. Belum lagi tadi jantungnya yang berdetak abnormal, Raffi pasti
bisa merasakan jantungnya yang sedang berdisco disana
Nagita
memukul-mukul kepalanya pelan namun berkali-kali 'ini gila!' Rutuk Nagita
kepada dirinya sendiri. Dia sudah benar-benar punya muka lagi untuk bertemu
Raffi mungkin besok dia akan pulang saja kerumah Reinka agar tak sering-sering
bertemu Raffi.
Nagita
menutup matanya rapat-rapat berharap semua ini mimpi dan saat dia bangun nanti
semuanya ingatannya tentang ini akan hilang. Semoga saja!
☆☆☆☆☆
"Raffi
sini sayang" Wanita itu melambaikan tangannya memanggil Raffi. Suaranya
begitu lembut dan suara itu begitu dirindukan oleh Raffi. Raffi benar-benar
merindukan suara itu.
Raffi
berjalan kearah wanita yang duduk ditaman belakang rumahnya sambil tersenyum,
senyuman yang selalu dapat menenangkan Raffi. Senyuman yang selalu membuat
Raffi tenang dalam keadaan apapun. Saat Raffi sudah begitu dekat dengannya,
wanita itu memberi isyarat dengan menepuk-nepuk pahanya agar Raffi berbaring
disitu. Dengan senang hati Raffi menurutinya berbaring dipangkuan wanita yang
paling sempurna untuknya, wanita yang telah melahirkan dan merawatnya hingga
dua tahun lalu.
Begitu
Raffi meletakkan kepalanya dipangkuan sang mama, Qianta mengelus lembut kepala
anaknya itu dengan sayang. Membuat Raffi merasakan rasa bahagia yang membucah,
mengobati rasa rindu yang selama ini dipendamnya sendiri.
"Menikalah
nak, mama ingin memiliki cucu" Qianta mengucapkannya sambil tersenyum
"Mama
sudah mempunyai cucu dari Raffa dan sebentar lagi dari Firra, Dia sedang
mengandung. Mama akan memiliki dua cucu" jawab Raffi lembut
"Karna
itu mama menginginkan cucu dari kamu sayang agar semuanya lengkap"
Raffi
hanya diam tak menjawab atau membantah perkataan mamanya.
"Dia
cantik, baik dan cocok untuk kamu. Cepat kenalkan dia ke Mama"
"Siapa
ma?" Tanya Raffi bingung
"Kamu
tau siapa yang Mama maksud. Percayalah cinta itu akan mendatangkan kebahagiaan
bukan kesakitan seperti yang selana ini kamu fikir"
Raffi
kembali diam, dia tak ingin membicarakan hal ini. Dia hanya ingin seperti ini,
selalu berada didekat mamanya. Merasakan kelembutan yang didunia ini hanya bisa
didapatkan dari Mamanya seorang.
Perlahan
Raffi memejamkan matanya, ditempat yang paling nyaman didunia baginya yaitu
dipangkuan ibunya.
☆☆☆☆☆
Pagi
ini mereka bertiga kumpul dimeja makan untuk makan bersama seperti biasa. Namun
Nagita sama sekali tak berani menatap langsung kearah Raffi dia benar-benar
begitu malu karna kejadian semalam. Berbeda dengan Nagita, Raffi terlihat
bersikap seperti biasa, seolah kejadian semalam tak berarti baginya. Dia begitu
lihai mengatur ekspresi wajahnya agar terlihat tenang tapi siapa yang tau kalau
sebenarnya didalam hati dia mengeluarkan segala umpatan terbaiknya karna sejak
semalam dia terus memikirkan Nagita bahkan dalam mimpi pun mamanya mengingatkan
pada perempuan yang kini duduk tak jauh darinya dengan kepala menunduk.
Firra
melirik kearah Nagita, dia merasa ada yang aneh dengan Nagita sejak pagi tadi
lihat saja sedari tadi Nagita terus saja menunduk.
"Ta kamu kenapa? Sakit?" tanya Firra akhirnya.
"Ta kamu kenapa? Sakit?" tanya Firra akhirnya.
"Hah?
Ngg engga kok mbak aku ga papa" Jawab Nagita.
Raffi
hanya meliriknya sekilas lalu kembali berpura-pura acuh. Dasar!
"kok
kamu nunduk terus sih Ta? Takut sama siapa? Raffi?"
"ngg
enggak kok mbak"
"Kamu
diapa-apain ya sama Raffi waktu aku tinggal semalam?"
"Hmmpp
ukhuuuk ukhuuuk" jika semalam Nagita yang tersedak kini Raffi yang
tersedak kopinya akibat ucapan Firra.
"Aduuuuh
Fiii. Minumnya pelan-pelan"
"Ukhuuuk
ukhuuk" Raffi terus terbatuk sambil memukul-mukul pelan dadanya.
"Minum
dulu pak"Nagita menyodorkan gelas disampingnya kepada Raffi, yang langsung
diterima Raffi dengan cepat.
Melihat
itu Nagita sedikit meringis, pasti sakit fikirnya.
"Ekkhhmmm
hhmmm" Raffi mulai bisa mengatur Nafasnya dan langsung memberikan tatapan
sadisnya pada Firra.
"Apa?
Mau nyalahin gue? Lo sendiri yang kesedek kopi, kenapa melototin gue?"
Ucap Firra yang hapal benar dengan tatapan yang diperikan Raffi itu.
"Atau
jangan-jangaaan? Lo bener-bener ngapa-ngapain Nagita ya Fi!" Ucap Firra
sedikit emosi padahal dalam hati dia tertawa puas. Jangan kalian fikir dia tak
tau kejadian semalam bahkan dia sempat mem-videokannya.
"Aduh
enggak kok mbak beneran, pak Raffi ga ngapa-ngapain saya" ucap Nagita
membela Raffi.
"Ya
sudahlah. Akh ya Fi om Qeanu sama om Qeandra nanti mau kesini. Ada yang mau dia
omongin sama lo katanya mumpung lagi di Semarang"
"Ya"
jawab Raffi acuh dia masih kesal karna tuduhan Firra. Dia sama sekali tak
melakukannya hanya memikirkannya. Akh Raffi benar-benar merasa sudah gila
sekarang!
"Ya
sudah gue mau kekamar jangan diganggu. Ta kalau polisi satu itu macem-macem
teriakin aja"
Nagita
hanya mengangguk mengiyakan perkataan Firra sedangkan Raffi mendengus kesal
mendengarnya.
"Awas
lo ya Fi! Inget nanti om kembar mau dateng" ucap Firra lalu berlalu pergi
menuju kamarnya.
Raffi
menggelengkan kepalanya tak percaya akan sifat aneh kembarannya. 'Mau apa dia
pagi-pagi mengurung diri dikamar?' Batin Raffi lalu bangkit dari duduknya
menuju taman belakang. Dia butuh ketenangan saat ini.
Melihat
Raffi yang ikut pergi Nagita menjadi bingung sendiri mau apa dia sekarang.
Akhirnya Nagita memutuskan untuk membersihkan meja makan lalu kembali
kekamarnya mungkin membuat origami lagi fikirnya.
Sudah
hampir setengah jam dia berkutat dengan kertas origaminya namun tak ada satupun
yang berhasil dia buat karna merasa sangat bosan dengan kertas-kertas
didepannya. Akhirnya Nagita memilih untuk keluar kamar dan menuju taman
belakang mungkin memberaihkan tanaman tidak akan membosankan, fikirnya.
Namun
baru selangkah Nagita memasuki halaman belakang, Nagita dapat melihat Raffi
yang sedang mengurus beberapa tanaman disana. Hal itu membuat Nagita
mengurungkan langkahnya dan abergegas membalikkan badannya,namun belum lagi
melangkah suara Raffi mengintrupsinnya.
"Ada
apa?" Tanya Raffi.
'Tuh
kan matanya dimana-mana!' Batin Nagita
"Hmm ga ada apa-apa kok pak, cuma tadi bosen aja ga tau mau ngapain. Boleh bantuin ga pak?" Ucap Nagita takut-takut. Mau bagaimana lagi dia sudah kepalang dilihat Raffi tidak mungkin dia bilang nyari kucing kan?
"Hmm ga ada apa-apa kok pak, cuma tadi bosen aja ga tau mau ngapain. Boleh bantuin ga pak?" Ucap Nagita takut-takut. Mau bagaimana lagi dia sudah kepalang dilihat Raffi tidak mungkin dia bilang nyari kucing kan?
"Ya
sudah sini"
Akhirnya
dengan canggung Nagita mendekat kearah Raffi dan membantu Raffi yang terlihat
begitu cekatan mengurus tanaman-tanaman itu seperti orang yang sudah terbiasa
mengurusinya.
"Bapak
sering gini ya?" Tanya Nagita disela-sela aktifitas mereka.
"Maksudnya?"
"Ya
ngurusin taman gini? Biasanya kan cowok jarang ada yang mau ngurusin taman
gini"
"Coba
anda perhatikan, hampir semua tukang kebun itu laki-laki"
"Enngg
ia juga ya pak, tapi bapak kan polisi bukan tukang kebun"
Menanggapi
itu Raffi hanya melirik sekilas kearah Nagita lalu kembali merapihkan bunga
yang ada didepannya. Membuat Nagita mendengus kesal karnanya. 'Emang salah
ngomongnya?' Batin Nagita.
"Jangan
panggil saya bapak, saya bukan bapak Anda"
"Hah?
Apa pak?" Sebenarnya Nagita mendengarnya dengan jelas, hanya saja dia
ingin memastikan sekali lagi. Ada apa orang disampingnya itu meminta hal itu,
dari pertama bertemu hingga beberapa menit yang lalu Raffi tak mempermasalahkan
dirinya yang memanggil Raffi dengan sebutan 'Bapak' nah kenapa sejarang Raffi jadi
mempermasalahkannya?
"Lupakan
saja" ucap Raffi
"Hah?"
Nagita benar-benar tak percaya dengan jalan fikiran Raffi bagaimana bisa tadi
bilang A kemudian menyuruh melupakannya. Dasar!
Detik
berikutnya Nagita terperangah karna tiba-tiba Raffi membalikkan badannya
menghadap ke Nagita.
"Sekali
lagi kamu bilang Hah saya cium kamu!"
"Hah?"
Kali ini diikuti dengan matanya yang membulat sempurna seakan ingin lompat dari
tempatnya
"Kamu
nantang saya?"
"Hah?
Buk..."
Cup
Raffi
mengecup bibir Nagita sekilas membuat Nagita tambah membesarkan matanya. Dan
sialnya pipinya tidak dapat berkompromi langsung memanas Nagita yakin pipinya
sudah memerah sekarang
"Saya
sudah peringati kamu sebelumnya" ucap Raffi tak merasa bersalah dan
kembali pada bunga yang tadi ditinggalkannya.
Sementara
Nagita masih terdiam ditempatnya dengan mata mengerejap beberapa kali, pipi
memerah dan mulut yang sedikit terbuka. Sungguh Nagita tidak bisa berfikir
sekarang.
☆☆☆☆☆
"Om
hanya mengingatkan saja, Mamamu mendatangi om hampir setiap hari belakangan
ini. Semua sepupu yang seusiamu sudah menikah dan memiliki anak" Om Qeanu
menepuk pundak keponakannya yang duduk disampingnya.
"Kalau
memang Raffi belum memikirkannya, fikirkanlah dari sekarang nak. Umur Raffi
terus bertambah, apa Raffi akan melajang selamanya hem?" Kini om Qiandra
yang berbicara.
"Ya
Raffi sudah memikirkannya" ucap Raffi.
"Jadi
sudah ada calonnya? Kapan mau dikenalkan ke kami semua?" Tanya Qeanu
sambil menaik-naikkan alisnya menggoda keponakannya itu
"Raffi
bilang memikirkan untuk menikah om bukan bilang sudah memiliki calonnya"
"Ck
lihatlah kau selalu menanggapinya dengan serius, apa semua polisi selalu
seperti mu hem?" Kali ini Qiandra yang menggoda keponakannya.
"Om
jauh-jauh dari Jakarta hanya ingin menyampaikan itu? Om bisa menelfon Raffi tak
perlu jauh-jauh ke Semarang"
"Hey
om mu ini kangen denganmu dan Firra. Akh mana anak itu?" Ucap Qeanu
"Ia
mana kembaran manjamu itu, harusnya di berlari dari kamarnya untuk memeluk
om-nya ini" ucap Qeandra
"Firra
ada dikamar dan Raffi tak akan mengizinkannya berlari"
"Kenapa?"
Tanya Qeanu dan Qeandra serempak.
"Firra
hamil"
"Alhamdulillah,
akhirnya dia kembali mengandung, sudah berapa usia kandungannya?" Tanya
Qeanu terlihat bersemangat
"Jalan
empat bulan om" jawab Raffi lalu melirik ke arah Qeandra yang entah
mengapa ekspresinya langsung berbeda saat membicarakan kehamilan Firra.
"Ayo
cepat panggil dia, om sudah tak sabar melihatnya" ucap Qeanu
"Sebentar
Raffi panggilkan" Raffi pun langsung bergegas memanggil Firra kekamarnya.
Dia tak mungkin meneriaki Firra dari ruang tamu, yang ada begitu melihat kedua
om-nya Firra akan berlari seperti yang diucapkan Qeanu tadi dan Raffi tak akan
membiarkan itu terjadi.
"Fir...
Firra keluar dulu" Raffi mengetu-ngetuk pintu kamar Firra.
"Ya
bentar" ucap Firra dari dalam kamarnya.
Dua
menit kemuadian Firra keluar dari kamarnya dengan mata sembab yang ditutupinya
dengan make-up membuat Raffi menyerit bingung.
"Kenapa
Fi?" Tanyanya tanpa berani menatap Raffi.
"Ada
yang mau ketemu dibawah, jalannya pelan-pelan jangan lari"
"Ya"
jawab Firra lalu berjalan menuju ruang tamu diikuti Raffi yang jalan
dibelakangnya.
Sesampainya
diruang tamu dan melihat kedua om-nya Firra langsung berlari kecil dan memeluk
kedua om-nya girang.
"Doubel
Qeeeee kangeeeeenn" ucap Firra
"Huh
sudah gue bilang jangan lari" ucap Raffi yang langsung duduk disofa.
"Hehe
sory Fi, kangen banget muach muach" Firra mencium pipi kedua omnya
bergantian
"Masih
manja heh?" Om Qeanu mengacak-acak rambut Firra gemas.
"Bagaimana
kondisi kandungan mu hem? Kenapa tidak memberitahu om kau sudah mengandung, mau
menyembunyikannya hem?" Tanya Qeandra
"Bukan
gitu om, Firra cuma ga pengen kaya kemaren-kemaren udah kasih tau sana-sini
ternyata keguguran. Firra cuma ga mau gitu lagi"
"Huuss
kau ini bicara apa? Sini duduk jangan mikir aneh-aneh. om kangen banget sama
kamu" Qeanu merangkul keponakannya lalu ikut duduk bersama Raffi.
"Akh
Firra kira double Qee sorean gitu datengnya, tau-tau udah disini aja"
"Ia.
Ada hal yang om Qeandra ingin bicarakan pada Raffi, dia juga akan menginap
nanti"
"Serius
om?" Tanya Firra ke Qeandra yang dijawab anggukan kepala.
"Wah
seru dong, om Qeanu ga nginep juga?"
"Om
harus balik ke Jakarta, besok om harus terbang lagi"
"Yaaa,
ga seru nih. Eh kita makan yuk om, tapi makan diluar Firra sama Nagita ga masak
soalnya" ucap Firra
"Nagita?
Siapa itu?" Tanya Qeandra
"Oh
Nagita, calon istri Raffi om"
Qeandra
dan Qeanu langsung menatap Raffi dengan tatapan minta penjelasan. Raffi yang di
dilihati kedua om-nya mendelikkan matanya kearah Firra sementara Firra dia
tersenyum senang.
"Dimana
anak itu?" Tanya Qeanu ke Firra
"Dikamar
tamu, sebentar aku panggilin" Firra langsung ngacir ke kamar Nagita
menghindari tatapan kembarannya.
"Tadi
kau bilang belum punya calon, tapi sekarang bahkan calonnya sudah tinggal
dirumah ini, ck ck apa-apaan kau ini" Ucap Qeandra
"Bukan
om, Firra hanya mengada-ada jangan di fikirkan"
☆☆☆☆
Sekarang
mereka berlima sudah berada di sebuah restoran tak jauh dari rumah orang tua
Raffi, mereka makan sambil selingi dengan aksi mengintrogasi Nagita yang
membuat Nagita menahan malu selama disana sementara Raffi tetap dengan wajah
datar yang membuat Nagita ingin mengubur dirinya hidup-hidup.
"Oh
jadi nak Gita ini bukan calon istrinya Raffi, padahal om sudah senang
tadinya" ucap Qeanu melirik kearah Firra yang cekikikan sendiri
"Firra
lain kali jangan seperti itu, kau membuat pipi Nagita menjadi merah seperti
itu" ucap Qeandra lalu tersenyum ramah pada Nagita.
Oh
Nagita sedari tadi terus mengumpat dirinya sendiri karna sedari tadi pipinya
yang terus saja memerah. Oh apa semua keluarga Raffi seperti ini? Bertingkah
seperti Firra yang selalu berhasil membuat pipinya memerah karna ledekannya.
Jadi berasal dari mana sifat Raffi yang dingin itu? Huh Nagita bingung
memikirkannya.
"Setelah
ini Firra dan Nagita pulang bersama Om Qeanu ya" ucap Qeandra
"Loh
om sama Raffi?" Tanya Firra
"Om
mau pergi dulu sama Raffi ada beberapa hal penting yang harus om bicarakan pada
kembaran mu ini" ucap Qeandra dengan nada serius.
Firra
melenan ludahnya sendiri, dia sadar ada sesuatu yang tak beres sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar