NEW PAPER
Part 2
Part 2
"Siang dok" ucap Firra memasuki ruang dokter kandungan dengan ditemani Raffi yang sedari tadi terus berada disampingnya
"Akh siang dokter Firra silahkan duduk" ucap Reinka mempersilahkan Firra dan Raffi duduk "ada yang bisa saya bantu dok?" Tanya Reinka
"Saya cuma mau memastikan saja, kemarin saya menggunakkan tespect dan ternyata hasilnya positif tapi saya masih ragu karna tespect kan belum 100% akurat jadi saya ingin memastikannya" jelas Firra semangat
"kalau begitu mari ikut saya dok, Bapaknya mau ikut juga?" Tanya Reinka ke Raffi
"Saya tunggu disini saja" jawab Raffi datar sedari tadi dia tidak bisa fokus karna ada urusan lain yang harus segera diurusnya tapi membiarkan Firra memeriksakan kandungannya sendiri hanya akan membuatnya tak tenang nantinya.
"Ya sudah kalau begitu mari dok"
Firra pun mengikuti Reinka untuk memastikan kehamilannya. Setelah selesai memeriksa Firra, Reinka segera memberitahukan hasilnya kepada Raffi dan Firra
"Selamat ya dok, pak sebentar lagi kalian akan menjadi orang tua karna dokter Firra sekarang tengah mengandung, sekarang usia kanduangannya sudah berusia tiga minggu" jelas Reinka
"Akh seriusan dok? Aaaa Raffi gue hamil gue bakal jadi Ibu nanti gue bakal dipanggi mommy" ucap Firra girang lalu memeluk Raffi dengan erat membuat Reinka tersenyum maklum dia sudah biasa menghadapi pasangan yang seperti ini bahkan terkadang lebih menggelikkan
"Fir malu kali diliatin gitu" protes Raffi berusaha melepaskan pelukan Firra
"Gue lagi seneeeeng Raffiiiiii! Lo kali-kali jangan ngerusak sesuasana kenapa sih?"
Tak memperdulikan Firra yang cemberut Raffi mulai menanyakan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh Firra selama kehamilannya.
"Dok apa ada yang tidak dilakukannya selama masa kehamilan ini? Atau makanan apa saj yang tidak boleh dikonsumsinya?" Tanya Raffi
"Dok apa ada yang tidak dilakukannya selama masa kehamilan ini? Atau makanan apa saj yang tidak boleh dikonsumsinya?" Tanya Raffi
"Dokter Firra hanya tidak boleh terlalu lelah apalagi di awal-awal kehamilannya ini karna janin di kandungan Dokter Firra ini masih rentan, untuk makanan sejauh ini tidak ada masalah nanti saya akan berikan resep vitamin untuk dokter Firra konsumsi" jelas Reika
"Kalau begitu terima kasih dok, kami permisi" ucap Raffi sambil berdiri dan menjabat tangan Reinka kemudian keluar dari ruangan Reinka tanpa repot-repot membantu Firra keluar. Begitu keluar ponsel Raffi berdering dengan nyaring dan begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya Raffi langsung menerima panggilan tsb.
"Ya.."
"......"
"Saya kesana sekarang juga!"
"....."
"Malam" Raffi mengakhiri panggilan tersebut dan dan bergegas keluar ingin leluar dari rs namun baru tiga langkah dia berjalan Firra berteriak memanggilnya.
"......"
"Saya kesana sekarang juga!"
"....."
"Malam" Raffi mengakhiri panggilan tersebut dan dan bergegas keluar ingin leluar dari rs namun baru tiga langkah dia berjalan Firra berteriak memanggilnya.
"Raffiiii lo mau ninggalin gue disini sendirian ha?"
Raffi menepuk jidatnya pelan dia benar-benar lupa terhadap Firra dan di situasi seperti sekarang ini dia tidak mungkin mengantarkan Firra pulang lalu balik ke kantor itu mamakan waktu yang sangat lama. Dan Raffi tak mungkin menyia-nyiakan waktu begitu saja.
"Akh lo kenal sama dokter tadi? Dokter kandungan yang didalam tadi! Lo tau rumahnya?" Tanya Raffi
"Lo ini ngomong apaa......."
"Hmm maaf dok" ucap Raffi begitu melihat Reinka keluar dari ruangannya
"iya pak?" Tanya Reinka bingung
"Dokter masih praktek apa sudah mau pulang?"
"Ini mau pulang"
"Shit" maki Raffi pelan tadinya dia berniat menitipkan Firra disini tapi sepertinya itu tidak mungkin
"Hmm Firra gue harus pergi sekarang! Hmm lo ikut gue akh jangan-jangan dok rumah dokter jauh ga?" Reinka menggeleng
"Good saya titip Firra nanti setelah urusan saya selesai saya bakal jempun dia saya mohon" ucap Raffi
Karna bingung Reinka hanya mengangguk saja
"Kalau begitu ayo" Raffi menarik tangan Firra agar berjalan dengan cepat diikuti Reinka yang kebingungan.
"Masuk dok, biar saya hantar" ucap Raffi begitu di parkiran yang langsung dituruti oleh Reinka
Ponsel Raffi kembali berdering Raffi segera memasang handset nya kemudian menjawab panggilan tersebut.
"Ya? Laporkan!"
"........"
"Siapkan semuanya saya akan tiba disana kurang dari 15 menit lagi"
"......"
"Malam" panggilan pun berakhir bersamaan dengan mobil Raffi yang berhenti tepat didepan rumah Reinka
"Ya? Laporkan!"
"........"
"Siapkan semuanya saya akan tiba disana kurang dari 15 menit lagi"
"......"
"Malam" panggilan pun berakhir bersamaan dengan mobil Raffi yang berhenti tepat didepan rumah Reinka
"Maaf dok merepotkan, tapi saya titip Firra saya tak bisa meninggalkannya sendiri"
"Ya bukan masalah kok pak, mari dok" ajak Reinka ke Firra
"Gue bakal jemput lo kalo semuanya selesai" ucap Raffi ke Firra
"Lo hati-hati geu ga mau lo pulang tinggal nama dan anak didalam kandungan gue ga bisa liat muka lo!" Ucap Firra setengah bercanda
"Terserah, masuk sana! Dok saya titip Firra sebentar permisi" tanpa menunggu jawaban dari Reinka, Raffi langsung masuk ke mobilnya dan melajukan mobilnya ketempat yang sudah disepakatinya bersama timnya yang lain.
Setibanya disana Raffi langsung disambut oleh para bawahannya yang memberikkannya berbagai jenis senjata
"Kita berpencar! Kepung mereka kali ini harus berhasil!" Ucap Raffi memberikan intruksi dengan gerakan tangannya yang bebas sedangkan tangan kanannya mengenggam pistol yang siap melumpuhkan para kawanan ini
Para anggota tim Raffi pun mulai berpencar mengelilingi gedung tua yang diindikasikan sebagai tempat berkumpulnya para komplotan pengedar barang haram yang selama ini diincar oleh tim Raffi. Mereka begitu licin dan susah untuk ditangkap Raffi berani menjamin bahwa orang-orang yang berada didalam gedung ini hanyalah pengedar dan skala kecil.
Raffi dan timnya berhasil mengepung bagunan itu di sebuah sudut ruangan dapat terlihat 4 orang sedang berkumpul membentuk lingkar kecil. Dari tempatnya Raffi juga dapat melihat para anggota timnya juga sudah mendapatkan target mereka. Raffi memberikan intrupsi kepada timnya untuk mengergap mereka sekarang
"Akngkat tangan kalian sudah dikepung" ucap Azka salah seorang dari tim Raffi
Keempat orang itu pun sontak membalikkan badan mereka yang sudah ditodong dengan senjadi milik polisi. Namun dua orang dari mereka ternyata juga memiliki senjata api
"Letakkan senjata kalian!"
Mereka terlihat panik bukannya mengikuti perkataan sang polisi mereka malah mulai menembaki kesegala arah dengan brutal mereka pasti tidak terlatih menggunakkan pistol.
Saat 2 orang itu menembaki pelurunya kesegala arah dua yang lainnya berusaha melarikan diri namun itu tak luput dari mandangan Raffi dia mengarahkan pistolnya ke kaki salah satu orang itu dan Doorr peluru tersebut tepat mengenai betis orang itu hingga membuatnya tak bisa lari lagi.
Saat 2 orang itu menembaki pelurunya kesegala arah dua yang lainnya berusaha melarikan diri namun itu tak luput dari mandangan Raffi dia mengarahkan pistolnya ke kaki salah satu orang itu dan Doorr peluru tersebut tepat mengenai betis orang itu hingga membuatnya tak bisa lari lagi.
Doorr..... Doorr..... door suara tembakan menggema diseisi ruangan itu 3orang berhasil dilumpuhkan sedangkan seorang lagi masih bertahan dengan mengacungkan pistolnya ke arah Raffi yang hanya berjarak satu meter darinya yang juga mengacungkan pistolnya dan diposisi seperti ini sangatlah berbahaya orang itu bisa saja nekat menembak Raffi
"sudah ku bilang letakkan sejata mu bedebah!" Umpat Azka
"Kau sudah dikepung masih saja mencoba melawan" timpal Sony
"Akh kalian takut kapten kalian ini ku bunuh hah?" Tanyanya meremehkan dan disaat itu dia tak menyadari jika Raffi sudah bergerak dwngan cepat menendang tanggannya yang memegang pistol tersebut hingga pistol tersebut terpelanting jauh dari tempat nya berdiri dan dengan cepat Raffi membekuk sipembangkang yang satu ini.
Door.... tiba-tiba sebuah tembakan tepat mengenai kepala orang yang diringkus Raffi tadi jika terpeleset sedikit saja mungkin sekarang kepala Raffi yang berlumuran darah
"Diatas arah jam 4" ucap Sony
Doorr doorr baku tembak kembali terjadi kali ini Raffi sudah berada diposisi terdepan untuk melumpuhkan mereka yang hanya berjumlah dua orang namun sangat terlatih
Doorr saru tembakan hampir saja mengenai jantung Raffi kalau dia tak cepat menghindar jadi peluru itu hanya mengenai lengannya saja.
Orang-orang itu terus menembaki para polisi namun tak hanya poliai yang menjadi saaaran mereka 3orang yang sebelumnya sudah dilumpukkan pun ikut jadi sasaran para penembak itu akh tidak target utama mereka bukan para polisi melainkan 3orang itu mereka menembak mati orang-orang itu agar tak bisa memberi kesaksian apapun setelah keempat pengedar itu mati 2 orang penembak itu segera pergi dan berhasil lolos dari kejaran Raffi dan timnya.
Sementara itu di rumah Reika....
"Saya benar-benar minta maaf karna sudah merepotkan dokter" ucap Firra yang sudah untuk kesekian kalinya.
"Tidak papa dok, saya tidak merasa direpotkan kok, justru saya malah senang dirumah jadi rame seperti ini karna biasanya hanya ada saya dan Gita saja" ucap Reinka
"Ia dok jangan sungkan seperti itu" ucap Nagita
"Hmm iya sepertinya terlalu formal jika saya terus-terusan memanggil anda dokter begitu juga anda, saya kira kita seumuran" ucap Firra
"Ia ini mbak Rei kaya kaku banget gitu jadinya" tipal Gigi
Reinka tersenyum menganggukkan kepalanya "ya sepertinya begitu, dokter bisa memanggil saya Reinka saja"
"Ya dan cukup panggil saya dengan Firra saja" ucap Firra sambil tersenyum menampakkan lesung pipinya
"Akh ia mbak Firra, dirumah sakit mbak dokter spesialis atau dokter umum?" Tanya Nagita
"Saya dokter spesialis ortopedi jadi jika mbaknya mau ganti tulang bisa bisa cari saya" jawab Firra setengah bercanda padahal nya hatinya sangat gelisah memikirkan keadaan Raffi.
Selanjutnya mereka larut dengan obrolan seputar kandungan Firra hingga pukul 10 malam Raffi tak memunculkan tanda-tanda akan menjemputnya dan itu tambah membuat Firra khawatir.
"Sudah mulai larut, sebaiknya kamu istirahat saja dulu Fir mungkin Pak Raffi akan menjemput beaok pagi" ucap Reinka
"Itu terlalu merepotkan, saya pulang naik taxi saya ya"
"Jangan mbak ini udah malem banget, lagian kalo suami mbak tau dia juga pasti bakal marah tadi kan dia nyuruh mbak tetap disini sampai dia jemput" ucap Nagita
"Tapi..."
"Udah jangan ngerasa ga enak gitu, ayo aku hantar kekamar ibu hamil itu butuh istirahat" Rainka menggandwng tangan Firra dan menghanrtakannya kekamar kamu agar Firra bisa beristirahat.
"Maaf ya Rei jadi ngerepotin gini"
"Udah ga papa, sekarang kamu Istirahat ya"
Firra menjawab dengan anggukkan kepalanya lalu masuk kekamar dan membaringkan tubuhnya dia sungguh lelah hari ini ingin rasanya ia langsung memejamkan matanya dan terbang kealam mimpi namun ia tak bisa perasaannya mengatakan ada sesuatu yang tak beres dengan Raffi.Untuk mengalihkan perasaannya Firra mendengarkan lantunan ayat suci Al-qur'an dari ponselnya dan itu sangat berhasil perlahan Firra dapat memejamkan matanya.
***
"Mbak didepan ada mobil parkir, dari sekitar jam tigaan gitu ga tau siapa" ucap Nagita seraya memasak sarapan mereka.
"Yang mana Ta?" Tanya Reinka seraya melihat keluar melalui jendela
"Ohh yang itu? Kayanya itu mobil suaminya Firra kalau ga salah sih ya"
"Ohh yang itu? Kayanya itu mobil suaminya Firra kalau ga salah sih ya"
"Pagi, maaf aku bangunnya kesiangan" ucap Firra yang baru keluar dari kamar
"Gapapa kok mbak kita aja yang bangunnya kepagian jadi berisik " ucap Nagita
"Fir itu yang diluar mobilnya pak Raffi?" Tanya Reinka
"Ia, itu Raffi, dia udah dari jam 3 disitu"
"kok ga disuruh masuk aja mbak kan kasian nungguin dimobil gitu"
"Dianya ga mau, ga enak katanya takut ngeganggu katanya" jelas Firra
Tok tok tok suara ketukan pintu terdengar dari luar
"Aku buka pintu dulu ya" ucap Reinka
"Aku ikut, mungkin itu Raffi" Firra pun mengikuti langkah Reinka
Dan benar saat pintu dibuka menampilkan Raffi yang tinggi menjulang menggunakan v-kneck hitam yang pas hingga menampakkan otot-ototnya yang kekar dipadukan dengan jeans yang dipakainya semalam dan yang paling menonjol ada lebab disudut bibirnya dan tangan disebelah kirinya yang dililit perban putih.
"Mmm pak Raffi mari masuk dulu" ucap Reinka
"Eng.. kayanya kami sudah terlalu merepotkan dokter, saya dan Firra pamit pulang dulu"
"Gue ambil baju dulu Fi, Rei aku ngambil baju dulu ya" pamit Firra
"Pak Raffi silahkan duduk dulu selagi nunggu dokter Firra biar saya bikinkan teh"
"Eh ga usah repot-repot dok, maaf saya sudah merepotkan anda dengan menitipkan Firra disini. saya juga berterima kasih banyak"
"Gak perlu sungkan seperti itu pak, lagian Dokter Firra juga sama sekali merepotkan"
"Tetap saja saya harus berterimakasih kepada dokter"
"Fi gue uda siap" ucap Firra mengintrupsi pembicaraan Raffi dan Reinka
"Makasih ya Rei udah ngijinin aku nginep disini, jadi ngerepotin kamu banget jadinya"
"ga ngerepotin kok, kalau bisa sering-sering aja biar dirumah jadi rame " ucap Reinka sambil tersenyum
"Sekali lagi makasih ya Rei, aku pamit dulu" pamit Firra
"Hati-hati ya"
Raffi dan Firra menggukkan kepala lalu berjalan menuju mobil Raffi dengan saling merangkul
"Kali ini berhasih ga?" Tanya Firra begitu mereka berada didalam mobil
"Gagal lagi" jawab Raffi tak bersemangat
"Lo payah! Kalo nanti anak gue cowok gue pastiin dia lebih keren dari pada lo"
"Itu harus"
****
"Ta tadi sempat liat suaminya Firra ga? Beuh ganteng banget Ta coba belom jadi laki orang mbak gebet tu" cerocos Reinka sambil menikmati sarapan pagi mereka
"Yee mbak mah semua dibilang ganteng, tu bang Satrya mau dikemanain hm?"
"Ya kalo dibandingin suaminya Firra mah si Satrya ga ada apa-apanya" Reinka kembali menyuapkan makanannya sedangkan Nagita terus mencibir Reinka
"Eh tapi aku bingung, itu suaminya Firra kerjaannya apaan sih? Kok tadi mukanya lebam gitu terus tangannya juga diperban gitu"
"Eh tapi aku bingung, itu suaminya Firra kerjaannya apaan sih? Kok tadi mukanya lebam gitu terus tangannya juga diperban gitu"
"Lah kan mbak yang kerja satu Rumah sakit bareng mbak Firra masa tanya ke aku"
"Ia juga ya. Yaudah deh buruan abisin sarapannya nanti kamu telat lagi"
Nagita hanya membalas dengan menganggukkan kepalanya lalu dengan cepat menghabiskan sarapannya kemudian menyiapkan bekal untuk makan siangnya nanti.
"mbak kalau mbak udah nikah sama bang Satrya mbak bakal ninggalin Gita sendiri disini ya?" Tanya Nagita pelan namun masih bisa didengar oleh Reinka.
Reinka memang sudah merencanakan pernikahannya jauh-jauh hari bahkan sebelum dia mengengenal Nagita dan pernikahan itu akan dilangsungkan sekitar 5 bulan lagi . Sebenarnya pertanyaan yang diberikan oleh Nagita itu sudah ditanyakannya pada dirinya sendiri sejak Nagita mulai merubah sikapnya namun hingga sekang Reinka sendiri belum menemukan keputusan yang tepat. Membawa ikut serta Nagita untuk nantinya tinggal bersamanya dan Satrya adalah pilihan yang buruk karna Satrya tak menyukai Nagita dan itu selalu Satrya tunjukan secara gamblang Reinka tak mau membuat Nagita menjadi tidak nyaman nantinya tapi meninggalkan Nagita sendiri itu jauh lebih tidak lebih baik Nagita baru saja bisa membuka dirinya kepada Reinka dan jika Reinka meninggalkannya itu sama saya menghantarkan Nagita kembali kemasa lalunya kembali merasa ditinggalkan dan dicampakkan Reinka tidak mau itu terjadi.
"Ta mbak berangkat duluan ya, Ada pasien yang sudah membuat janji pagi ini" ucap Reinka seolah sama sekali tak mendengarkan perkataan Nagita.
"Ia hati-hati mbak, aku juga udah mau nerangkat kok" jawab Nagita tersenyum
NEW PAPER
Part 3
Part 3
Semenjak tau Firra sedang mengandung Raffi berusaha agar dapat menjemput Firra di rumah sakit. Raffi tak mengizinkan Firra mengendari mobil sendiri ataupun menggunakkan angkutan umum terlalu over memang tapi itu semua demi kebaikan Firra dan janin yang ada dikandungannya. Seperti sekarang ini Raffi menunggu Firra keluar dari rumah sakit sambil menyantap martabak jagung kesukaannya di sebuah warung martabak yang berada didekat Rumah sakit Raffi memang lebih memilih menunggu Firra disini dari pada di loby rs ataupun diruangan Firra. Raffi menyantap martabaknya sambil mengutak-atik ponsel yang berada ditangan kirinya entah apa yang dilakukannya dengan ponsel itu sehingga tak memperhatikan bahwa sedari tadi ada 2 orang yang memperhatikannya dengan seksama namun dengan maksud yang berbeda.
Satu diantara dua orang itu adalah Nagita, Nagita yang awalnya memang ingin membeli martabak disitu sekalian agar pulang bersama Reinka tak sengaja melihat Raffi, merasa pernah mengenal orang yang duduk disudut ruangan dengan mata terfokus pada layar ponselnya sedangkan mulutnya tak berhenti mengunyah Nagita memperhatikannya sambil terus mengingat dimana dia pernah mengenal ataupun melihat Raffi. Hingga Firra datang dan mengagetkannya.
"Hei" Reinka menepuk pundak Nagita pelan tapi sukses membuat Nagita kaget setengah mati
"Liatin apaan sih?" Tanya Reinka lalu mengikuti arah pandangan Gigi.
"Liatin apaan sih?" Tanya Reinka lalu mengikuti arah pandangan Gigi.
"Jangan bilang kamu naksir sama orang itu ya, Ganteng banget memang tapi dia udah hak paten bentar lagu juga jadi ayah" ucap Reinka begitu mengetahui siapa orang yang sedari tadi diperhatikan oleh Gigi.
"Hah? Siapa yang naksir cuma kayak pernah kenal orang itu tapi lupa dimana. Eh tapi mbak kenal sama orang itu?"
"Kenal lah dia kan pak Raffi suaminya dokter Firra"
Hening
"Akh ia baru inget..." pekik Nagita lumayan keras hingga membuat Raffi menoleh kearah mereka berdua "mampus!" Batin Nagita
"Dokter Reinka" sapa Raffi sambil mengangguk sopan
"Hmm sore pak" balas Reika yang juga mengangguk
"Nunggu dokter Firra ya pak? Kenapa ga tunggu didalam saja?"
"Nunggu dokter Firra ya pak? Kenapa ga tunggu didalam saja?"
"Ia nungguin Firra. Lebih suka disini saja" jawab Raffi lalu melirik kearah Nagita
"Akh ia kenalin pak ini Nagita adik saya maaf suaranya tadi membuat anda terganggu"
Nagita hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya begitu juga dengan Raffi. Jenis anggukan untuk sekedar sopan santun
"Neng ini martabaknya" suara bapak si penjual Martabak mengintrupsi mereka
"Oh ia, makasih pak, ini uangnya" Nagita mengambil martabak yang tadi dipesannya.
"Kami duluan pak, Permisi" ucap Reinka
"ya" jawab Raffi singkat mengiringi kepergian Nagita dan Reinka.
Masih tak ada yang sadar sedari tadi satu lagi orang yang memperhatikan Raffi menyimak semua pembicaraan mereka dengan seksama.
***
"Benerkan Ta mbak bilang? kalau suaminya Firra itu ganteng! Kamu aja ampe ngiler gitu tadi liatnya" Ucap Reika saat mereka tengah bersantai diruang tv
"Ihk mana ada aku yang sampe ngiler gitu mbak!"
"Hahaha ia ia. Tapi beruntung banget ya jadi Firra dapet suami Ganteng banget gitu trus Pilot kurang apa coba kalo dibandingin sama Satrya, Satrya mah cuma remahan biskut doang hahaha"
"Halah tetep aja mbak cinta mati sama bang Satrya. Eh eh tadi mbak bilang apa? Suaminya mbak Firra Pilot?"
"Haa ia, kemarin karna penasaran aku tanya sama salah satu dokter disitu katanya sih Pilot. Kamu kenapa kaya kaget gitu?"
"Bukannya polisi ya mbak?"
"Lah kok jadi polisi sih Ta?"
"Ia soalnya aku pernah ketemu dia waktu kemaren ada kunjungan kekantor polisi. Mbak inget ga sih yang waktu aku cerita kalau salah satu murid aku yang nabrak polisi yang namanya Raffi itu?
"Ia ia ingat"
"Nah Raffi Raffi yang ditabrak murid aku itu ya Raffi suaminya mbak Firra"
"Kamu yakin? Nanti Raffi nya beda namanya aja kali yang sama"
"Yakin lah mbak aku ga mungkin salah itu makanya kenapa tadi ngeliatin dia Gitu"
"Masa sih Gi? Tapi kata orang-orang rs yang sudah lama kerja disana dan kenal sama Firra bilang kalau suaminya itu Pilot"
"Tapi beneran deh mbak Raffi Raffi itu polisi"
"Auk dah Ta, pusing pala barbie mikirin hidup orang"
"Hahaha ia juga ya ngapain difikin banget coba? Eh tapi mbak atau mungkin Raffi Raffi itu hmm...."
"Hush jangan ngaco!"
"Ia ia. Tapi mbak kalo orang yang selingkuh mah biasanya nyari yang lebih bagus kan ya? Ngapain selingkuh ama polisi kalo suaminya pilot gaji polisi kebanting kalo dibandingin ama gaji pilot"
"Wah ini anak bener-bener ya! Dibilang jangan ngaco juga"
"Tapi emang gaji polisi kebanting ama Pilot beneran deh" Nagita nyengir sambil mengacungkan dua jarinya membentuk 'V'
"mbok ya Cepat tobat kamu toh dek" ucap Reinka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian yang terdengar hanya suara gelak tawa dari kedua orang itu.
***
"Fi hari ini gue ga ke RS" ucap Firra sambil menyendokkan nasi goreng kepiring lalu memberikannya ke Raffi
Raffi menerima piring berisi nasi goreng buatan Firra lalu menaikkan sebelah alisnya "trus masalahnya?"
"Hmm lo bisa libur ga? Temenin gue belanja ya" ucap Firra sambil mengedip-ngedipkan matanya
"Enggak" jawab Raffi acuh lalu menyantap sarapannya
"Lo parah banget sih fi! Temenin gue kenapa sih"
"Gue harus KER.JA Firraaa!"
"Kan bisa izin sehariiiii aja, lo kan jarang banget ga masuk kerja mau ya Fi ya ya ya?"
"Eng...."
Tok tok tok
"Buka pintu sanah" suruh Raffi ke Firra
"Dih kok Gue?"
"Jadi siapa Lagi Firra gue lagi makan!"
"Gue ju..."
Tok tok tok
"Lo baru mau makan belum makan, udah sanah cepat" Raffi mengusir Firra dengan gerakan tangannya yang sukses membuat Firra cemberut
Tok tok tok
"Iaaaa sebentaaar!" Teriak Firra kemudian berjalan dengan cepat untuk membukakan pintu.
Melihat tingkah Firra Raffi hanya tersenyum kecil. Raffi tak sanggup Membayangkan Firra yang manja dan terkadang rada-rada sebentar lagi akan menjadi ibu semoga saja setelah melahirkan nanti sikap manjanya itu berkurang.
Cukup lama Firra tak kembali selepas membukakan pintu membuat Raffi mulai khawatir, saat Raffi akan bangkit dari duduknya Firra datang bersama seorang Pria yang santai-santai saja tangannya dipeluk oleh Firra. Melihat itu Raffi menghembuskan nafas lega lalu kembali duduk dan meminum kopinya.
"Raffi liat siapa yang pulang" ucap Firra Girang senyum tak pernah lepas dari bibirnya yang mungil
"Suami gue pulaaang" Firra nyengir selebar-lebarnya membuat Raffi mendadak ingin muntah. Bukannya apa setiap kali siaminya pulang Firra selalu bersikap seperti itu.
"Suami gue pulaaang" Firra nyengir selebar-lebarnya membuat Raffi mendadak ingin muntah. Bukannya apa setiap kali siaminya pulang Firra selalu bersikap seperti itu.
"Pagi kapten" Sapa Abian suami Firra
"Pagi kapten, kata Firra lo pulang baru lusa kok udah nongol aja?" Ucap Raffi
"Sengaja Fi"
"Firra punya kejutan tuh buat lo" ucap Raffi seraya bangkit dan mengenakan jaketnya
"Kejutan apa?" Tanya Abian penasaran
"Emang gue nyediain kejutan apa Fi?" Tanya Firra yang juga ikut bingung dia sama sekali tak mempunyai kejutan apapun untuk suaminya ini.
"Dasar bego! Pikir sana sendiri heran Gue bisa punya kembaran yang super lemot kaya lo! Udah akh gue mau kerja dan tadi lo bilang mau balanja kan? Noh sana minta temenin ama suami lo"
"Dih lo kira gue mau punya kembaran kaya lo! Udah tua masih aja ngebujang cara istri sonoh"
"Eh inget ya kalo gue nanti punya istri lo juga yang bakal susah ga ada lagi yang ngurusin lo kalo suami lo lagi di udara"
"Astaga kalian ini! kalian lebih cocok jadi tom & jerry dari pada saudara kembar"
"Emang!" Jawab Firra dan Raffi bersamaan
"Ck sudah jangan diteruskan"
"Gue cabut udah mau telat ini! Oia Fir malam ini gue tidur di barak ga usah ditungguin. By..." ucap Raffi lalu menyambar kunci motornya dan langsung bergegas pergi.
"lagian siapa juga yang mau nungguin dia coba" gerutu Firra pelan tapi masih dapat di dengar oleh Abian
"sekarang ngomong gitu Kalau aku lagi tugas pasti kamu nungguin dia kan?"
"Haha ya iya lah Mas mana berani aku ditinggal sendirian"
"Kamu ini" Abian mengacak-acak rambut Firra gemas "yaudah mas mandi dulu, tadi langsung dari mandara belum sempat mandi"
Firra menganggukkan kepalanya kemudian mengikuti langkah suaminya. Begitu Abian masuk kekamar mandi Firra buru-buru mengambil ponselnya dan segera menghubungi Raffi dia benar-benar penasaran dwngan kejutan apa yang dimaksud Raffi tadi.
Tepat dideringan ke Lima Raffi mengangkan panggilannya
"Ada apa?" Ucap Raffi tanp basa basi
Tepat dideringan ke Lima Raffi mengangkan panggilannya
"Ada apa?" Ucap Raffi tanp basa basi
"Hmm itu Fi yang tadi, maksud lo kejutan apaan sih? Gue penasaran nih"
"Astaga gue masih dijalan dan lo nelfon gue cuma gara-gara itu?"
"Ia makanya kasih tau apaan"
"Ck soal kehamilan lo! Abian kan belom tau! Udah akh jangan telfon lagi" Raffi langsung mematikan ponselnya
Sedangkan Firra terdiam beberapa saat hingga menyadari kebodohannya kalau dia sama sekali belum memberitahukan kabar kehamilannya pada sang suami
"Akh Firra bego! Kok bisa ga inget coba? Maafin mommy yang baby" Firra mengelus-elus perutnya yang masih datar.
"Akh Firra bego! Kok bisa ga inget coba? Maafin mommy yang baby" Firra mengelus-elus perutnya yang masih datar.
***
"Bagikan! Lakukan seperti biasa jangan sampai ketahuan! Para polisi itu sekarang mempunyai mata dimana-mana setelah nanti malam kita kumpul di gedung A"
Nagita melihat tiga orang pria berbadan tegap sedang berkumpul membentuk lingkaran, salah satu dari mereka membawa dua bungkusan berwana hitam dan memberikannya pada dua orang lainnya saat satu dari kedua orang itu membuka bungkusan itu barulah Nagita tau bahwa bungkusan itu berisi barang-barang terlarang dengan cepat Nagita mengambil foto mereka menggukan ponselnya yang sedari tadi berada di genggamannya kemudian dia membekap mulutnya dia tau dia tak boleh mengeluarkan suara apapun sekarang kalau tidak bisa saja dia akan dibunuh saat ini juga! namun sial entah siapa yang pertama melihatnya namun kini mereka berjalan kearah Nagita
"Hei siapa lo!" Tanya salah satu dari mereka
Dan tanpa ada minat untuk menjawab Nagita berlari keluar dari tempat itu dia berlari sekuat yang dia bisa dia harus berada di tengah keramaian kalau dia mau selamat yang Nagita tahu orang-orang seperti itu tak segan-segan membunuh siapun yang beresiko membocorkan sidikat penjual obat-obat terlarang itu.
Brugh karna tak terlalu memperhatikan jalan Nagita menabrak seseorang hingga dia terjatuh "maaf maaf saya buru-buru maaf maaf" ucap Nagita sambil berusaha berdiri sedangkan orang yang ditabraknya sama sekali tidak menolong sedikitpun.
"Maaf sekali lagi sayaminta maaf Permisi" begitu bangkit Nagita kembali berjalan dengan cepat perasaannya tak karu-karuan sekarang dia takut, takut kalau orang-orang itu terus mengejarnya Nagita tak mau menoleh kebelakang karna itu akan membuatnya tambah takut.
Nagita baru bisa sedikit bernafas lega setelah berada dikeramaian dengan cepat dia mendial nomor Reinka namun sayang hingga tiga kali mencoba Reika tak menjawab panggilannya membuat Nagita panik dia tak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Nagita?" Panggilan seseorang membuatnya terlonjak kaget. Nagita menoleh keasal suara dan mendapatkan Firra berdiri tak jauh darinya dengan ekspresi bersalah dan disampingnya seorang Pria berpostur tinggi menjulang
"Eh maaf-maaf membuat mu kaget"
"Mbak Firra"
"Hei kamu kenapa? Kok pucet banget, kamu sakit?"
Nagita menggeleng dan membuat Firra semakin tambah bingung
"Kamu kenapa sih ta kaya orang bingung gitu? Mau mbak anter pulang?"
Nagita menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Firra
"Mas kita antar dia kerumahnya dulu ya? Dia adiknya teman aku" ucap Firra pada Abian yang berada disebelahnya.
"Ya sudah, ayo mari" ucap Abian ke Nagita
Didalam mobil Nagita hanya diam dan itu membuat Firra tambah penasaran
"Ta kamu sebenernya kenapa?" Tanya Firra
"Ta kamu sebenernya kenapa?" Tanya Firra
Nagita mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk menatap Firta yang terlihat khawatir. Tak ada salahnya menceritakan ini pada Firra toh nantinya Firra dapat memberitahu suaminya yang polisi itu pikir Nagita.
"Mbak tadi aku ga sengaja liat orang-orang yang bagiin paket ini" ucap Ngita seraya menunjukkan foto yang dia ambil tadi dari ponselnya "mereka ngeliat aku mbak, aku takut" lirih Nagita
Firra membekap mulutnya kaget dia tau ini berbahaya untuk Nagita terlebih jika tadi adalah sindikat besar.
"Udah kamu tenang aja, sekarang kamu aman kok" ucap Firra berusaha menenangkan Nagita padahal dalam dirinya sendiri ketar-ketir Abian yang dapat merasa ketakutan istrinya hanya mengggenggam telapan tangan Firra berharap itu bisa sedikit menenangkan Firra.
Sesampainya di rumah Nagita juga masih hanya diam
"Ta kamu mau laporin ini kepolisi atu diem aja?" Tanya Firra
"Aku takut ke kantor polisi mbak, aku takut mereka ngikutin aku, aku takut..."
"Syut udah ga papa kalo kamu ga mau kekantor polisi"
"Tapi mbak aku ga mau nyembunyiin ini aku...."
"Ia ia mbak ngerti, kalau mbak panggil polisi kemari kamu keberatan? Mbak jamin mereka akan ngelindungi kamu"
Nagita menganggukkan kepalanya usulan Firra jauh lebih baik fikirnya.
"Kalau begitu mbak permisi sebentar" Firra bangkit dari duduknya dan mengambil tempat aga jauh sedikit.
Dengan cepat Firra mendial nomer Raffi namun yang ujung sata tak juga menerima panggilannya membuat Firra kesal setengah mati.
Karna hingga panggilan ke empat Raffi tak juga menjawab panggilannya Firra menghubungi ponsel Azka salah satu anggota tim Raffi yang biasanya selalu bersama Raffi dan tepat pada deringan kedua Azka menerima panggilan Firra
Karna hingga panggilan ke empat Raffi tak juga menjawab panggilannya Firra menghubungi ponsel Azka salah satu anggota tim Raffi yang biasanya selalu bersama Raffi dan tepat pada deringan kedua Azka menerima panggilan Firra
"Halo Azka mana Raffi?"
"Set dah nyantai bu"
"Udah jangan banyak omong kasiin hp lo ke si Raffi"
"Ya ampun, kapten lagi latihan nembak"
"Gue ga mau tau cepat kasiin hp lo ke Raffi"
"Ia ia bentaar!"
Terdengar suara gerutuan dari Azka disebrang sana
"Apa?" Nah kali ini suara Raffi
"Cepat kemari, bawa satu anggota lo penting!"
"Kemari mana? Jangan becanda!"
"Gue ga becanda! Cepat kerumah dokter Reinka sekarang Raffi!"
"Lo gapapa kan?" Dari nada suaranya Raffi terdengar begitu khawatir pasalnya Firra jarang bertingkah seperti sekarang ini kalau bukan sesuatu yang mendesak.
"Udah cepat kesini! Jangan banyak tanya!" Firra mematikan sambungan telfonnya secara sepihak lalau kembali mendekat ke Nagita.
"Set dah nyantai bu"
"Udah jangan banyak omong kasiin hp lo ke si Raffi"
"Ya ampun, kapten lagi latihan nembak"
"Gue ga mau tau cepat kasiin hp lo ke Raffi"
"Ia ia bentaar!"
Terdengar suara gerutuan dari Azka disebrang sana
"Apa?" Nah kali ini suara Raffi
"Cepat kemari, bawa satu anggota lo penting!"
"Kemari mana? Jangan becanda!"
"Gue ga becanda! Cepat kerumah dokter Reinka sekarang Raffi!"
"Lo gapapa kan?" Dari nada suaranya Raffi terdengar begitu khawatir pasalnya Firra jarang bertingkah seperti sekarang ini kalau bukan sesuatu yang mendesak.
"Udah cepat kesini! Jangan banyak tanya!" Firra mematikan sambungan telfonnya secara sepihak lalau kembali mendekat ke Nagita.
Sementara Raffi langsung keluar dari lapangan tembak dan memberikan ponsel Azka
"Ikut saya sekarang!" Raffi berjalan dengan cepat meninggalkan Azka yang masih kebingungan
"Ikut saya sekarang!" Raffi berjalan dengan cepat meninggalkan Azka yang masih kebingungan
"Izin kapten, kita mau kemana?" Tanya Azka begitu mereka berada didalam mobil
"Jalankan saja mobilnya ke arah rumah sakit tempat Firra bekerja"
"Siap" tanpa banyak bertanya lagi Azka menjalankan mobilnya
Sementara Raffi berusaha menghubungi Abian dia sungguh khawtir sekarang.
"Abian lo dimana?" Tanya Raffi begitu Abian menerima panggilannya
"......."
"Firra kenapa?"
"......"
"Lo didekatnya?"
"....."
"Kenapa lo ngendep dimobil heh? Istri lo itu panikkan! Dua orang yang panik itu ga seharusnya ditinggalin bedua doang Abiaaan!"
"....."
"Cih gue lebih tau dia. Dari masih didalam perut gue selalu sama dia! Temani dia sekarang sebentar lagi gue kesana"
"Abian lo dimana?" Tanya Raffi begitu Abian menerima panggilannya
"......."
"Firra kenapa?"
"......"
"Lo didekatnya?"
"....."
"Kenapa lo ngendep dimobil heh? Istri lo itu panikkan! Dua orang yang panik itu ga seharusnya ditinggalin bedua doang Abiaaan!"
"....."
"Cih gue lebih tau dia. Dari masih didalam perut gue selalu sama dia! Temani dia sekarang sebentar lagi gue kesana"
Azka melirik atasannya bukan hal tabu lagi bagi Azka jika Raffi bersikap seperti itu kepada Firra bahkan Raffi yang biasanya bisa mengontrol emosinya dengan baik bisa kehilangan kendali atas dirinya sendiri jika itu sudah berhubungan dengan Firra dan Azka sudah menyaksikan itu sendiri.
Begitu mobil berhenti tepat didepan rumah Firra, tanpa basa basi Raffi langsung turun dari mobil dan berjalan dengan dengan cepat bersamaan dengan Raffi Reinka juga datang dengan Raut wajah begitu khawatir.
"Firra" "Nagita" panggil Raffi dan Reika bersamaan membuat ketiga orang yang berada di ruangan itu menoleh kearah Raffi dan Rainka.
"Ta kamu ga kenapa-kenapa kan? Tadi aku lagi ada persalinan" ucap Reinka mendekat ke Nagita sedangkan Raffi hanya bisa bernafas lega melihat Firra baik-baik saja.
"Huh sebenarnya ini ada apaan sih kapten?" Tanya Azka yang baru datang
Raffi melirik kearah Azka sekilas lalu tersadar selain mengkhawatirkan keadaan Firra ada hal lain juga yang penting untuk dia kerjakan sekarang.
"Bisa tinggalkan kami dengan Saudari Nagita?" Ucap Raffi kesemua orang disana ya Raffi sudah mengetahui inti dari masalah ini Abian sudah memberitahunya lewat telfon tadi. Dan sekarang dia akan mendengarkan kesaksian dari Nagita.
Reinka memberikan tatapan bingung kepada semua orang disana yang hanya dijawab oleh Firra "nanti aku jelaskan biarkan Raffi bicara dengan Nagita dulu"
Reinka pun mengangguk mengiyakan ucapan Firra.
Reinka pun mengangguk mengiyakan ucapan Firra.
Setelah semuanya keluar meninggalkan Raffi, Nagita dan juga Azka, Raffi mulai menanyai Nagita
"Jangan terlalu tegang seperti itu atasan saya ini ga makan orang kok" canda Azka dia tak tega melihat Nagita yang begitu ketakutan
"Jangan terlalu tegang seperti itu atasan saya ini ga makan orang kok" canda Azka dia tak tega melihat Nagita yang begitu ketakutan
"Ya santai saja, jadi dimana kamu bertemu dengan mereka?"
Dan Nagita pun mulai menceritakan mulai dari dia yang tidak sengaja mel3ati tumah tua yang sudah tak terpakai lagi karna penasaran Nagita mendekati rumah itu dan menemukan 3 orang itu. Nagita menceritan semuanya secara detail dan ditanggapi dengan baik oleh Raffi dan Azka.
Dan Nagita pun mulai menceritakan mulai dari dia yang tidak sengaja mel3ati tumah tua yang sudah tak terpakai lagi karna penasaran Nagita mendekati rumah itu dan menemukan 3 orang itu. Nagita menceritan semuanya secara detail dan ditanggapi dengan baik oleh Raffi dan Azka.
"Terimakasih atas informasi yang telah anda berikan, anda tak perlu khawatir saya yang akan menjamin anda tidak akan diganggu oleh orang-orang itu. Ini kartu nama saya, kalau ada sesuatu anda bisa menghubungi saya 24 jam" ycap Raffi yang dibalas anggukan kepala oleh Nagita.
Sementara itu jauh ditempat lain seseorang mengetuk-ngetukkan jarinya kemeja yang ada didepannya. Dibibirnya tercetak senyum kelicikkan yang mampu membuat orang yang melihatnya berdegik ngeri
"Sepertinya kita memang ditakdirkan bersama. Aku akan membuat mu menderita hingga kau lebih memilih untuk mati dari pada tetap hidup. Bersabarlah aku akan segera datang" desisnya kemudian menghubungi seseorang untuk menjalankan rencananya.
"Sepertinya kita memang ditakdirkan bersama. Aku akan membuat mu menderita hingga kau lebih memilih untuk mati dari pada tetap hidup. Bersabarlah aku akan segera datang" desisnya kemudian menghubungi seseorang untuk menjalankan rencananya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar