NEW PAPER
Part 12
Part 12
'Ya atau Tidak' hanya dua kata itu dan Nagita bebas memilih sesukanya. ia boleh mengatakan Ya atau Tidak, semua keputusan ada ditangannya dia hanya menyebutkan salah satunya didepan Raffi nanti dan semua akan selesai. Namun karna dua pilihan kata itu, tiga hari ini Nagita menjadi uring-uringan dan sulit tidur. Bahkan Raffi sama sekali tak membantunya, mungkin jika pria lain akan meyakinkan wanitanya agar menerima lamarannya tentu saja Raffi berbeda bahkan selama tiga hari ini dia tak pernah menghubungi atau memberikan kabar pada Nagita sekalipun. Tidak telfon, tidak ada pesan singkat apalagi menemui Nagita membuat Nagita mempertanyakan keseriusan lamaran Raffi.
Nagita mengingat-ingat lamaran Raffi saat itu. Jauh dari kata romantis, jauh dari bayangan Nagita tentang lamaran selama ini. Jika Nagia selama ini dalam bayangan Nagita lamaran pasti berkaitan erat dengan cincin, bunga, ataupun kata-kata indah. Bayangan itu luntur seketika ketika Raffi melamarnya DIDAPUR dengan KATA PERINTAH tanpa CINCIN tanpa BUNGA apalagi KATA-KATA INDAH.
Mengingat hal itu membuat Nagita menjadi miris sendiri. Sebegitu menyedihkan dirinya sekarang dan itu karna Raffi!
Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari namun Nagita belum juga memejamkan matanya. Nagita menatap kosong kearah langit-langit kamarnya berharap menemukan jawaban yang tepat untuk diberikannya pada Raffi besok itu pun kalau Raffi menanyakannya atau mungkin dia tak akan pernah menanyakannya lagi.
Nagita bener-benar memikirkan jawaban yang tepat yang akan diberikannya pada Raffi tiga hari ini. Namun dia seperti berada dipersimpangan dan tak tau akan melangkah kemana. Logikanya berkata untuk menolak Raffi mengingat dia dan Raffi bukan dua orang yang begitu dekat, mereka hanya dua orang asing yang kebetulan dipertemukan beberapa waktu lalu. Namun hati Nagita seolah menolak semua itu, Nagita sadar dia merasakan sesuatu yang berbeda jika bersama Raffi, dia harus mengakui dia juga mempunyai ketertarikkan tersendiri terhadap Raffi, Raffi yang selalu membuat dirinya merasa tenang dan nyaman, Raffi yang selalu menjadi sosok malaikat pelindung baginya. Namun lagi-lagi logikanya menolak, mungkin itu hanya perasaan kagum dengan Raffi, merasa berhutang budi mungkin?
Tak hanya itu sebenarnya juga Nagita meragukan perasaan Raffi. Apa Raffi benar-benar mencintainya? Apalagi melihat sikap Raffi yang selalu acuh itu. Namun seolah ada gejolak lain dalam diri Nagita yang membantah itu.
Nagita bangkit dari tidurnya kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk berwudhu kemudian melakukan shalat istighoroh mungkin dengan ini dia bisa menemukan jawaban atas kebimbangannya ini. Nagita melaksanakannya dengan khusyuk memohon pada Allah agar kiranya meberikan petunjuk agar dapat memutuskan jawaban apa yang akan dia berikan pada Raffi besok.
Setelah selesai Nagita kembali ketempat tidurnya, mencoba untuk memejamkan matanya dan berharap ketika dia bangun Nanti dia sudah menemukan jawaban yang tepat untuk Raffi besok. Semoga saja.
☆☆☆☆☆
Siang ini Raffi dan Nagita sudah berada di sebuah rumah makan yang letaknya dipinggiran kota. Ya tadi sekitar jam 11 Raffi menjemput Nagita dikediamannya dan mengajaknya ketempat ini. Selama menyantap makanan yang dihidangkan dimeja mereka tak ada satu pun pembicaraan serius yang mereka bicarakan, mereka hanya menikmati makanannya dan larut dalam fikir mereka masing-masing. Hingga seluruh makanan diatas meja itu tandas Raffi baru membuka suaranya.
Siang ini Raffi dan Nagita sudah berada di sebuah rumah makan yang letaknya dipinggiran kota. Ya tadi sekitar jam 11 Raffi menjemput Nagita dikediamannya dan mengajaknya ketempat ini. Selama menyantap makanan yang dihidangkan dimeja mereka tak ada satu pun pembicaraan serius yang mereka bicarakan, mereka hanya menikmati makanannya dan larut dalam fikir mereka masing-masing. Hingga seluruh makanan diatas meja itu tandas Raffi baru membuka suaranya.
"Saya rasa, kamu sudah tahu maksud saya mengajak kamu kesini hari ini" Ucap Raffi sambil menatap Nagita yang duduk didepanya.
Nagita menelan salivanya susah payah, rasanya dia ingin melempar orang berwajah sedatar kertas HVS ini dengan piring sisa makanan mereka karna ucapannya barusan itu. Ya memang Nagita tahu maksud Raffi mengajaknya pergi tapi tidak bisakan orang didepannya ini berbasa-basi sedikit? Tidak usah terlalu to the point seperti itu. Menyebalkan!
"Ya saya tahu pak" Jawab Nagita
"Jadi apa jawaban kamu?"
'Nah tuh kan! Dasar!' Rutuk Nagita dalam hati karna sikap Raffi. Nagita tak menyangka dia bisa menemui spesies seperti Raffi ini di dunia nyata. Bahkan disat menunggu jawaban sesorang yang dilamarnya saja raut wajahnya tetap datar.
Nagita menarik nafas panjang, kemudian menatap mata Raffi dengan berani sambil berdoa dalam hati bahwa pilihannya tidak salah, semoga ini adalah keputusan yang paling tepat dan tak akan tak akan ada yang menyesal karna satu kata yang akan diucapkannya saat ini.
Semoga saja!
"Iya" Ucap Nagita tegas, singkat padat dan jelas. Matatanya masih menatap Raffi menunggu ekspresi apa yang akan diberikan Raffi padanya.
Raffi mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian sedikit tersenyum, ya hanya sedikit. Bahkan jika Nagita berpaling sedikit saja dia tak akan melihat senyum tak kentara itu.
"Terima kasih, namun kamu harus tahu saya bukan orang yang melepaskan apa yang telah menjadi milik saya begitu saja. Dengan satu kata tadi, kamu tidak akan pernah saya lepaskan seumur hidup saya, jadi jangan pernah berfikir untuk mengubah keputusan yang telah kamu buat tadi karna saya tak akan mengizinkannya" ucap Raffi lebih terdengar seperti ancaman ditelinga Nagita
Nagita berdegik ngeri dengan ucapan Raffi barusan dan juga miris edengan reaksi Raffi, tidakkah perlu dia menanyakan alasan Nagita menerimanya? Tapi sudahlah Nagita sepertinya harus belajar memahami sikap calon suminya ini. Eh calon suami? Batinnya seolah mengejek kata 'Calon suami' yang baru saja bercokol diotaknya.
"Tapi saya ingin semua ini kita mulai dengan kejujuran dan saling terbuka. Saya tidak mau menikah dengan orang yang hanya saya kenal sebatas nama" ucap Nagita
"Baik, apapun itu pertanyaan kamu akan saya jawab"
Nagita berusaha agar tak memutar bola matanya jengah. Saling mengenal bukan berarti saling mengitrogasi kan? Apa semua polisi seperti ini? Yang ada difikirannya hanyalah mengintrogasi orang didepannya?
"Tapi sebelumnya bisa ganti panggilan kita? Saya meresa akan menikah dengan om-om jika memanggil Bapak"
"Apapun panggilan itu terserah kamu"
"Mas?" Uuuuhh Nagita meringingis mendengar pilihan panggilan yang keluar dari mulutnya sendiri. Memanggil Raffi dengan sebutan 'Mas Raffi' astaga Nagita merinding seketika.
"Bukan masalah" Dan Raffi menyetujuinya begitu saja!
Kalau bukan karna umur mereka yang terpaut enam tahun Nagita tak membuat panggilan itu. Tapi dia masih mempunyai sopan santun mana mungkin dia memanggil orang didepannya ini tanpa embel-embel didepannya dan langsung memanggil nama. Sungguh tak sopan!
Selanjutnya mereka melakukan sesi tanya jawab yang lebih seperti acara talkshow. Sungguh pasangan yang aneh!
☆☆☆☆☆
"Makasih mas, mau mampir dulu?" Ucap Nagita setelah mobil Raffi berhenti tepat didepan rumah Nagita
"Tidak, ini sudah larut, besok aku jemput jam 10" Ucap Raffi
Nagita menganggukan kepalanya kemudian melepaskan seatbell nya
"Kalau gitu, aku masuk dulu ya mas" Nagita akan membuka pintu mobil saat Raffi menahan pergelangan tangannya.
"Kalau gitu, aku masuk dulu ya mas" Nagita akan membuka pintu mobil saat Raffi menahan pergelangan tangannya.
Nagita menatap Raffi dengan tatapan bingung, namun sedetik kemudian jantungnya menjadi tak karuan saat Raffi mendekatkan tubuhnya. Dia menarik tengkuk Nagita dan memberi kecupan cukup lama di kening Nagita hingga membuat Nagita menahan nafas untuk beberapa saat jantungnya bekerja beberapa kali lipat lebih cepat sekarang dan itu karna Raffi.
Raffi menarik tubuhnya, kembali ketempatnya semula "Masuk dan istirahat" perintah Raffi kemudian.
Nagita hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum kemudian membuka pintu mobil sambil mengatakan "hati-hati mas" kamudian keluar dari mobil Raffi dan masuk kedalam rumah. Begitu menutup pintu rumah, Nagita menangkup kedua pipinya yang terasa memanas dan psti sudah seperti tomat busuk sekarang 4karna perlakuan Raffi tadi.
Raffi memang bukan seseorang yang pintar menampilkan ekspresi dan rasa cintanya, bukan orang yang akan melakukan hal-hal romantis untuk pasangannya, bukan laki-laki yang akan mengeluarkan kata-kata indah yang mampu meluluhkan hati perempuannya, namun dia adalah sosok laki-laki yang akan menjaga pasangannya dari apapun. Itulah yang Nagita dapat dari kebersamaannya bersama Raffi beberapa jam ini.
Nagita meraba keningnya yang dikecup oleh Raffi tadi, entahlah Nagita selalu merasa jika kecupan dikening itu sebagai kecupan yang melambangkan bahwa orang itu benar-benar menyayangi dan mencintanya sepenuh hati.
☆☆☆☆☆
Firra menatap curiga kearah kembarannya, entahlah Firra merasa ada aura yang berbeda dari kembarannya itu yang terlihat lebih bahagia walaupun wajahnya tetap datar namun aura bahagianya begitu memancar hingga kemana-mana.
"Lo kenapa Fi?" Tabya Firra pada akhirnya
"Emang kenapa?" Tanya Raffi balik
"Aura lo beda aja, kaya lebih bahagia gitu. Ya kan Pa?"
"Perasaan lo aja, Papa off sampai kapan?" Ucap Raffi mengalihkan pembicaraan
"Kali ini lumayan lama, Papa off sebulan kenapa?"
"Gapapa, Raffi besok harus ke Jakarta seminggu jadi Firra ada temennya dirumah"
"Ooh yasudah, jangan lupa mampir tempat mama ya" Ucap Andriawan yang dijawab anggukkan oleh Raffi.
"Nanti temenin gue ke RS bentaran ya Fi"
"Gue udah ada janji Fir, lo ngapain ke RS?"
"Janji sama siapa?" Tanya Firra memicingkan matanya curiga
"Orang"
"Lo janjian sama cewek ya? Cewek yang waktu itu dimobil Lo itu?"
"Maksudnya?" Tanya Andriawan yang bingung dengan pembicaraan dua anaknya
"Nih ya Pa, beberapa hari lalu ada kan tuh Raffi yang ga tidur dirumah" Andriawan menganggukkan kepalanya.
"Paginya kan dia ngambil bajunya dari Firra, Firra liat ada cewek dimobilnya pasti Raffi nginep ditempat tu cewek, hayo ngaku lo siapa tu cewek?"
"Lo salah lihat, inget mata lo min"
"Yee gue inget kali mata gue min, tapi gue yakin ada cewek dimobil lo"
"Enggak ada"
"Ada! Raffi lo jangan ngibulin gue ya, gue yakin ada cewek dimobil lo!"
Raffi hanya mengangkat bahunya acuh, dia tak akan memberitahu pada Firra kalau itu adalah Nagita. Dia akan membiarkan kembrannya ini tak tahu apa-apa tentang hubungannya dengan Nagita. Inisebagai hukuman karna mulutnya yang selalu membuat Raffi berada dalam posisi canggung jika bersama Nagita.
Sedangkan Andriawan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kedua anak kembarnya. Selalu saja seperti ini dari dulu, Firra akan bicara panjang kali lebar dan Raffi yang bersikap acuh membuat Firra bersungut-sungut dan berakhir dengan Raffi yang meninggalkannya pergi atau Firra yang dulu tidak akan segan-segan melempar Raffi dengan apa saja didepannya. Andai saja Raffa masih ada mungkin mereka tak akan selesai hingga jam makan siang nanti karna Raffa akan membantu Firra untuk merecoki hidup Raffi.
"Pa, Raffi kekamar dulu" ucap Raffi lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya.
"Tuh kan Pa, pasti ada yang disembunyiin ama Raffi awas aja dia"
"Kamu ini, lagian emang salah kalau dia dekat sama perempuan?"
"Ya enggak sih Pa, tapinya kan Firra lagi ngejodohin Raffi sama Nagita masa dia sama cewek lain kan nyebelin!"
"Ckck yang ngejalanin kan dia, kenapa kamu kok yang ngotot sih?"
"Ya karna dia kembaran aku Pa! Dia tuh cocoknya sama Nagita"
Andriawan mengeleng-gelengkan kepalanya kemudian mengacak-acak rambut Firra gemas
"Kalian berdua sama saja"
"Kalian berdua sama saja"
☆☆☆☆☆
"Besok mas ke Jakarta, kamu nyusul jum'at" Ucap Raffi saat mereka tengah duduk diruang tamu rumah Nagita. Ya mereka tak jadi pergi keluar karena entah mengapa Nagita tiba-tiba malas untuk keluar rumah dan Raffi tak mempermasalahkan itu.
"Aku mau ngapain nyusul Mas?" Tanya Nagita sambil memakan cemilan ditangannya
"Mas mau kenalin kamu sama seseorang, Kamu tidak mau menceritakan tentang keluarga mu?" Ucap Raffi membuat Nagita berhenti memasukkan makanan kemulutnya.
Semalam mereka memang bicara banyak, tapi mereka sama sekali tak membahas keluarga Nagita karna Nagita seperti enggan menyinggungnya dia lebih banyak membicarakan tentang dirinya sendiri, tentang sifat-sifat buruknya dan sedekali menanyai Raffi. Jika soal keuarga Raffi sepertinya Firra sudah hampir menceritakan semua padanya.
"Mas tau kalau aku bukan adiknya Mbak Rei?"
Raffi menganggukkan kepalanya, dia sudah tau sejak Nagita menceritakan tentang Restian sewaktu di kantor polisi waktu itu, dan pada saat itu Nagita yang menceritakannya untuk kepentingan penyidik.
"Orang tua aku udah ga ada mas" Ucap Nagita lirih sambil menundukkan kepalanya
Raffi menarik Nagita agar lebih mendekat dengannya kemudian mengelus punggung tangan Nagita mencoba untuk memberi ketenangan pada calon Istrinya. Dia tahu membahas orang tua yang sudah tidak ada lagi merupakan sesuatu yang sukup sulit apalagi mengingat Orang tua Nagita yang meninggal lantaran kecelakaan.
"Ceritakanlah" Ucap Raffi kemudian
"Mama sama Papa meninggal hampir setahun lalu karna kecelakaan, aku harus kehilangan dua orang yang paling berharga didunia ini dalam selisih waktu beberapa jam. Aku hancur Mas, aku..... saat itu aku ga tahu harus berbuat apa, aku seperti orang gila saat itu kalau saja Mbak Rei tidak berbaik hati menolongku mungkin sekarang aku sudah bergabung bersama mama dan Papa" Ucap Nagita terisak, entah mengapa mengingat saat-saat itu membuat dadanya terasa teriris-iris, sakit sungguh sakit.
"Jangan bicara seperti itu, kalau kamu ga sanggup lagi, sudah jangan dilanjutkan"
Nagita menganggukkan kepalanya lemah, ya dia memang tak sanggup jika harus menceritakan hal itu.
"Tapi kamu masih punya keluarga lainkan? Kita tidak bisa menikah kalau kamu tidak punya wali"
Nagita terdiam sebentar, kemudian menepuk keningnya cukup kuat hingga menimbukan bunyi dan bekas merah, membuat Nagita meringis akibat ulahnya sendiri.
"Kenapa?" Tanya Raffi seolah acuh dengan Nagita yang mengelus-elus keningnya karna sakit, padahal dalam hatinya dia ingin menertawai tingkah Nagita yang menurutnya aneh itu.
"Om Adi dan Tante Dian" Ucap Nagita membuat Radfi menyeritkan keningnya bingung
"Siapa mereka?"
"Om Adi itu abangnya Papa dan Tante Dian adiknya mama"
"Lalu?"
"Aku ga ngasih tau mereka kalau Mama dan Papa udah ga ada"
"Kamu?...." Raffi menghela nafas gusar bagaimana bisa calon istrinya ini tidak memberitahu keluarganya yang lain jika orang tuanya sudah meninggal. Pantas saja waktu itu Reinka bilang bahwa tak ada keluarganya yang datang kerumah sakit.
"Bagaiman ini Mas? Gimana kalau nanti om Adi marah? Om Adi galak, aku takut. Terus tante Dian dia...."
"Sudahlah, kita akan temui mereka nanti"
"Tapi mas, aku takut"
"Tidak ada yang perlu ditakuti" Ucap Raffi menggenggam erat kedua tangan Nagita.
"Mas kalau misalnya Om Adi marah terus ga mau jadi wali aku gimana?"
"Mas akan paksa om mu itu"
"Om Adi galak banget Mas, beneran deh. Kumisnya tebel gitu kaya pak Raden"
"Nanti Mas tumbuhin kumis biar sama, sama om mu itu"
"Jangan" ucap Nagita cepat. Raffi menaikkan sebelah alisnya bingung dengan respon Nagita itu
"Pokoknya jangan, muka mas yang datar kaya HVS itu udah serem, kalau ditambah kumis gitu nanti tambah serem terus kaya om-om. Aku ga mau dibilang mau nikah sama Om om"
Raffi hanya bergumam tak jelas menanggapi perkataan Nagita itu membuat Nagita merasa bersalah karna perkataannya barusan
"Mas marah ya?"
"Marah kenapa?" Bukannya menjawab Raffi malah membalikkan pertanyaan Nagita membuat Nagita mendengus sebal.
Kriiikk kriiikk kriiikk
Hanya keheningan yang menyelimuti mereka, Raffi sibuk dengan fikirannya yang entah apa sementara Nagita memekirkan hubungan mereka kedepannya. Apakah mereka akan selalu berada disituasi cangung seperti ini? Saling diam dan sibuk dengan fikiran masing-masing? Hubungan MACAM APA INI???
♡♡♡♡♡
Hari ini setelah selesai mengajar Nagita segera bergegas menuju bandara, seperti yang dikatakan Raffi dihari terakhir mereka bertemu bahwa hari Jum'at ini Nagita akan menyusul Raffi di Jakarta. Raffi sudah mengirimkannya tiket Online dua hari lalu pada Nagita dan berjanji akan menjemputnya sesampainya dijakarta.
Nagita mengambil ponselnya yang berada ditasnya mengetikkan pesan pada Raffi sebelum pesawatnya lepas landas.
NAGITA. S.D :
Mas aku udah dipesawat. Jangan lupa jemput
Mas aku udah dipesawat. Jangan lupa jemput
Setelah mengirimkan pesan itu pada Raffi, Nagita mematikan ponselnya dan kembali memasukkan ponsel kedalam tasnya. Kemudian dia menutup matanya rapat berharap sesampainya disana nanti semua akan baik-baik saja.
》》》》》
Setelah melalui penerbangan selama lebih dari satu jam akhirnya Nagita tiba di Jakarta. Dari sini Nagita dapat melihat Raffi yang sudah menunggunyadiujung sana. Nagita berjalan cepat kearah Raffi entahlah Nagita merasa begitu merindukan Raffi sekarang. Disana Raffi dengan kemeja hitam pas badan yang lengannya digulung hingga siku dipadukan dengan jeans berwarna biru tua dan snekers coklat tua. Tak ada yang berbeda dari penampilan Raffi dari biasanya namun entahlah Nagita merasa Raffi lebih Ganteng dari biasanya.
"Mas.." panggil Nagita begitu sudah berada dibelakang Raffi
"Emm, Sini" Raffi mengambil tas ransel yang dibawa Nagita kemudian meminta Nagita untuk mengikutinya berjalan.
Kali ini Nagita benar-benar ingin melempar Raffi dengan tas sandangnya sekarang. Setelah lebih dari empat hari tidak bertemu hanya itu yang diucapkannya? Bahkan menanyakan kabar saja tidak!
Mereka berjalan menuju tempat makan yang masih berada disekitaran bandara.
"Kita makan dulu" Ucap Raffi yang hanya dijawab anggukkan kepala oleh Nagita.
Merekapun segera memesan makanan dan setelah makanan datang mereka makan sambil mengobrol kesani-sini.
"Mas kenapa ga pake baju polisi? Katanya ke Jakata kerja" Ucap Nagita teringat kalau Raffi ada pekerjaan di Jakarta.
"Sudah selesai dari pagi tadi, jadi langsung ganti baju" jawab Raffi
"Oow.... Mas..."
"Emm"
"Ga jadi deh" ucap Nagita kemudian kembali fokus menyantap makanannya
^^^^^^^
"Mas ini mau kemana?" Tanya Nagita saat mereka sudah diatas motor yang dikendarai Raffi. Jika biasanya di Semarang Raffi mengendarai motor polisi, kali ini dia mengendarari moge yang entah punya siapa namun Nagita yakin ini bukan moge Raffi mengingat harga moge ini sangat mahal.
Namun Raffi seolah tak mendengarkan perkataan Nagita, dia terus saja menatap lurus kedepan. Hal itu membuat Nagita lagi dan lagi sebal karna tingkah Raffi.
Nagita memajukan kepalanya hingga tepat berada disamping kanan kepala Raffi membuat helm yang mereka gunakan saling beradu.
"Mas ini mau kemana sih?" Tanya Nagita lagi
"Mas ini mau kemana sih?" Tanya Nagita lagi
"Sembentar lagi sampai" Ucap Raffi
Tak lama mereka memasuki sebuah area kosong yang cukup luas yang diisi beberapa tanaman dan pohon-pohon rindang. Raffi memarkirkan motornya di dekat pagar yang membatasi area itu dengan jalanan.
"Mas ini tempat apa?" Tanya Nagita bingung.
"Ayo masuk" Bukannya menjawab pertanyaan Nagita, Raffi malah mengajak Nagita masuk melewati pagar yang hanya setinggi pinggang Raffi itu.
"Ucapin salam dulu" Ucap Raffi lagi sebelum mereka benar-benar masuk
"Salam?" Tanya Nagita bingung. Salam apalagi pula ini? Pikir Nagita
"Assalamu'alikum" Ucap Raffi pelan kemudian diikuti oleh Nagita.
Raffi mengambil beberapa kantung plastik yang menggantung dipagar tadi kemudian Mereka memasuki area itu, pertama kali yang menyambut mereka pohon-pohon rindang yang menyejukkan. Mereka melangkahkan lebih dalam lagi kesana dan barulah Nagita melihat gundukan-gundukkan tanah yang ditubuhi rumput yang rapi terawat dan dipasangi Nisan diatasnya.
Raffi membawa Nagita kesebuah gundukan tanah dengan nisan bertuliskan 'QIANTA HADIANTA' Raffi menusap nisan itu kemudian menciumnya cukup lama sambil memejamkan matanya seolah menyalurkan rasa rindunya yang teramat dalam.
"Assalamu'alaikum ma" Ucap Raffi kemudian
"Assalamu'alaikun Tante" Ucap Nagita yang kini sudah ikut berjongkok disamping Raffi
"Ma kenalin ini Nagita, calon istri Raffi" ucap Raffi
"Hay Tante..." sekarang Nagita bingung akan berbicara apa. Dia tak pernah dalam kondisi seperti ini sebelumnya.
Raffi pun tak banyak membantu dia lebih banyak diam. Raffi membuka salah satu bungkusan yang dibawanya tadi dan mengeluarkan air mineral dan beberapa kembang. Raffi menuangkan setengah air itu dipusaran Mamanya kemudian menaburkan bunga diatasnya. Setelah Raffi selesai Nagita melakukan hal yang sama seperti Raffi. Selanjutnya mereka mengirimkan doa yang tertuju pada Qianta.
Setelah cukup lama berdoa di pusara Qianta mereka beralih ke pusara Raffa, Qeandri kemudian makam nenek dan kakek Raffi baik dari Mama maupun Papanya.
"Ayo" ucap Raffi pada Nagita agar mereka keluar dari area pemakaman keluarga Raffi ini.
"Mas kita mau kemana abis ini?"
"Ketempat orang tua kamu"
Mendengar itu seketika tubuh Nagita menegang. Dia bahkan menghentikan langkah kakinya. Raffi yang menyadarinya menggenggam erat tangan Nagita seakan berkata semuanya akan baik-baik saja.
"Masih ingatkan dimana?" Tanya Raffi
Nagita menganggukkan kepalanya kemudian memberitahu dimana tempat kedua orang tuanya dimakamkan.
Selama perjalan Nagita hanya diam tak ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulutnya dia hanya diam memandangi jalanan sekitarnya.
Sekitar tiga puluh menit kemudian mereka sudah tiba ditempat pemakaman umum tempat orang tua Nagita dimakamkan. Begitu turun dari motor Nagita terus menggenggam erat tangan Raffi seolah dia memiliki ketakutan sendiri untuk mengunjungi makam kedua orang tuanya. Namun dia juga tetap menuntun Raffi ke pusara orang tuanya.
Mereka berdua berhenti ditengah-tengah makam Reta Armelia dan Jonathan Denen. Air mata yang sedari tadi berusaha Nagita tahan luruh begitu saja, dia merasa menjadi anak yang paling durhaka sekarang. Bagaimana tidak sudah berbulan-bulan orang tuanya meninggal namun dia hanyakemari dua kali yang pertama saat menghatarkan mereka kesini tempat peristirahatannya yang terakhir dan setelah itu dia tak pernah lagi datang hingga saat ini. Bahkan dia juga tak memberi tahu keluarganya yang lain bahwa orang tuanya sudah meninggal seolah tak memberikan kesempatan pada keluarganya yang lain untuk memanjatkan doa untuk orang tuanya.
Nagita terduduk ditengah pusara kedua orang tuanya yang terlihat tak terawat, makam keduanya ditumbuhi rerumputan liar, warna kayu nisannya pun mulai memudar lantaran terkena matahari. Nagita mengusap Nisan Reta sambil mengucap kata maaf berkali-kali sementara itu Raffi membersihkan rumput-rumput yang tumbuh dimakam Jonathan. Setelah bersih Raffi mengusap makam itu dan menatapnya lama
'Assalamu'alaikum om, perkenalkan saya Raffi. Beberapa hari lalu saya melamar anak om secara pribadi untuk menjadi istri saya. Kali ini saya mohon izin kepada om untuk menjadikan Nagita sebagai istri saya, saya berjanji menjaga anak om hingga akhir hayat saya dan menjadi imam untuk Nagita dan anak-anak kami kelak' ucap Raffi dalam hatinya. Bagi Raffi, Nagita tak perlu mendengar apa diucapkannya cukup dia saja yang tahu. Raffi menyiram dan menaburkan kembang di makam Jonathan kemudian memanjatkan doa untuk calon ayah iparnya itu.
Kemudian mereka berganti posisi kini Nagita yang menghadap ke makam ayahnya dan Raffi menghadap ke Ibu Nagita. Raffi melakukan hal yang sama dia membersihkan makam ibu Nagita, kemudian menaburkan bunga dan memanjatkan doa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar