Jumat, 15 April 2016

NEW PAPER
Part 6
"Raffi Adrianta Zeran, Firra Adrianti Zeran ditambah Nagita Syafiana Denen perpaduan yang tepat bukan? Sepertinya Tuhan memberikan kemudahan untuk menghancurkan mereka" orang itu menghisap cerutunya dalam dan mengeluarkan asapnya secara perlahan terlihat begitu menikmati apa yang sedang dilakukannya tak peduli dengan asap dari ceretu itu mengenai 2 orang yang duduk didepannya.
"Kita sudah sepakat dari awal Firra tidak akan terlibat apapun dalam hal ini!" Ucap Gerald Salah satu dari dua orang itu
"Kau masih mengharapkanya? Dia sudah menjadi milik orang lain, Relakan saja" sela orang yang duduk disampingnya yang tak lain adalah Restian
"Itu kesepakatan kita dari awal, disini yang menjadi incaranmu hanyalah Raffi bukan Firra! Jadi jangan coba-coba menyentuhnya seujung kuku pun" ucap Gerald tenang namun terdapat ancaman disana.
"Lalu apa yang akan kau lakukan hah? Diam dan hanya memperhatikan Firra dari jauh berharap kau bisa memilikinya? Menyingkirkan suaminya yang payah itu? Tapi nyatanya 5 tahun ini kau sama sekali tak bisa melakukan apapun agar membuatnya dan Abian berpisah. Apa lagi yang kau harapkan?"
"Itu urusanku! Jika kalian berani menyentuh Firra jangan salahkan aku kalau kalian akan membusuk dipenjara kemudian mati ditangan para juru tembak"
"Melalui Firra adalah jalan yang paling mudah untuk menghancurkan Raffi dan kau tahu itu!"
"Kita cari cara lain. Yang penting jangan libatkan Firra"
"Kau fikirkan caramu sendiri hingga besok malam kalau kau tak punya rencana lain, kita akan tetap libatkan Firra apapun alasannya" orang itu kembali menghisap cerutunya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya dimeja.
"Sudah saatnya kau hancur Raffi jauh lebih hancur dari apa yang mereka rasakan" batin orang itu sambil tersenyum licik.
****
"Selamat siang, izin kapten, boleh saya duduk disini?" Sesorang Wanita berbadan tegap untuk ukuran perempuan berdiri didepan Raffi dengan seragam lengkapnya.
"Siang, silahkan" Raffi hanya bersikap acuh dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Izin kapten, mulai hari ini saya bergabung didalam tim yang anda pimpin untuk memcahkan kasus narkoba yang selama ini menjadi misi yang anda jalankan"
"Ya, anda Arzia Denara? Apa yang sudah anda ketahui tentang kasus ini?"
"Ya kapten. Saya Arzia Denara. Komplotan itu sudah melakukan aksinya dalam 3tahun ini namun komplotan mereka mulai tercium baru satu tahun belakangan ini, sekitar satu bulan lalu Anda dan tim anda berhasil menemukan tiga rumah yang yang menjadi tempat dibuat, disimpan dan diedarkannya barang-barang itu, anda juga berhasi menangkap beberapa orang disana namun hingga sekarang siapa dalang utama dari kasus ini belum terpecahkan karena orang-orang yang ditangkap itu sama sekali tidak mau memberi tahu siapa bos mereka" ucap Arzia
Raffi mengangguk-anggukkan kepalanya lalu menarik gagang telfon disudut mejanya dan memerintahkan anggota timnya yang lain datang untuk berkumpul.
Tak berapa lama mereka semua punberkumpul diruangan Raffi yang tak terlalu besar ini.
"Kenalkan Anggota tim kita yang baru Arzia Denara" ucap Raffi
Arzia menganggukkan kepalanya sopan seraya berkanalan dengan semua anggota tim.
"Saya Rasa cukup perkenalannya mari kita bicarakan tentang kasus Narkoba itu, ada yang punya saran?"
"Izin kapten, saya sudah memiliki rencana agar kita dapat menangkap mereka" ucap Arzia
"Silahkan" ucap Raffi lalu mereka semua mendengarkan rencana yang telah dibuat oleh Arzia dengan serius mereka memperhatikannya dengan seksama sesekali mengkoreksi ataupun memberikan tambahan masukkan yang cukup membantu hingga hampir dua jam mereka membicarakan hal itu hingga menemukan keputusan apa saja yang nantinya akan mereka lakukan dan mereka akan menjalankan rencananya besok.
"Saya harap semuanya sudah mengerti. Patokan utama kita adalah Restian dari dia kita akan berusaha menggali siapa dalang utamanya. Kita akan meminta bantuan saksi sebelumnya untuk memberikan gambaran tentang Restian"
"Siap kapten" jawab mereka serempak dan setelah meminta Izin satu persatu mereka keluar dari ruangan Raffi.
"Selamat bergabung, disini dibawa santai aja jangan terlalu serius kecuali kalau didepan kapten dia tidak bisa diajak bercanda" ucap Azka kepada Arzia saat mereka keluar dari ruangan Raffi.
"Saya sudah dengar itu dari semua orang"
"Seriusan?"
"Ya semua orang yang tahu saya dimasukkan kedalam tim ini sudah mewanti-wanti saja sedari awal agar tak bermain-main dengannya kalau tidak mau didamprat"
"Ternyata dia cukup terkenal"
"Sayangnya sangat" mereka berdua pun tertatawa pelan tanpa menyadari Raffi yang mendengarkan perkataan mereka namun Raffi tak ambil pusing itu adalah hak setiap orang untuk menilai orang lain.
.
.
.
.
Sore ini Nagita diminta datang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan perihal Restian awalnya Nagita sempat malas karna dia sungguh tak ingin membahas ini lagi. Baginya Restian Abangnya sudah meninggal dan kalau pun benar Restian masih hidup Nagita tak percaya kalau Restian terlibat dalam hal seperti ini. Jadi dengan terpaksa Nagita mendatangi kantor polisi yang berada tak jauh dari TK tempatnya mengajar bahkan karna panggilan itu Nagita sengaja tak pulang kerumah karna tak ingin mondar mandir. Terkadang Nagita heran kenapa dia terus diperiksa diluar jam kantor apa para polisi itu tidak pulang kerumahnya? Apa para polisi itu tidak memiki jam istirahat? Gaji juga ga seberapa tapi kerja ga kenal waktu batin Nagita.
Begitu tiba disana Nagita langsung diminta untuk menemui Azka agar dapat langsung dimintai keterangan kali ini Azka ditemani Arzia untuk memintai keterangan dari Nagita. Masih ada beberapa anggota polisi yang berada dibalik meja-meja kerja namun Nagita Tak melihat Raffi disana disudut terkecil ruangan itu sekalipun Nagita tak melihat keberadaan Raffi.
Mereka pun mulai menanyai hal-hal yang menyangkut Restian kepada Nagita yang dijawab Nagita dengan sejujur-jujur nya. Mereka mulai menanyai dari hal-hal remeh hingga yang bahkan Nagita sendiri tak tahu jawabannya.
Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Nagita sudah merasakan grah yang tidak ketulungan karna seharian tadi dia hanya mandi pagi saja. Nagita mengira paling lama dia berada disini hanya satu atau dua jam namun sayang prediksinya salah BESAR!
Saat Nagita akan bangkit dari duduknya Raffi masuk kedalam ruangan itu dengan keringat membanjiri wajahnya.
"Malam kapten" sapa Azka dan Arzia
"Malam pak" sapa Nagita yang sedikit canggung.
"Malam, sudah selesai?"
"Siap, sudah kapt" jawab Azka
"Besok hasilnya letakkan dimeja saya, permisi"
"Siap kapt" jawab Azka dan Arzia serempak.
Nagita berusaha menahan tawanya melihat ekspresi Azka dan Arzia yang seketika langsung berubah saat berhadapan dengan Raffi. lihat saja tadi sesaat Raffi belum masuk wajah mereka terlihat santai dan masih duduk-duduk malas dikursinya dan setibanya Raffi masuk mereka langsung membenarkan posisi duduk mereka bahkan saat Raffi berbicara mereka sudah berdiri tegak dengan tampang kelewat tegas tapi menjadi lucu bagi Nagita.
"Jangan tertawa, Anda belum liat dia kalau taringnya keluar" ucap Azka begitu Raffi masuk keruangannya.
"Hmmpp maaf Pak, bu"
"Ya sudah Anda boleh pulang" ucap Azka
"Ya permisi pak bu" ucap Nagita lalu keluar dari ruangan itu
Saat sudah berada diluar kantor polisi Nagita baru merutuki dirinya karna tak tau harus pulang menggunakan apa, menggunakan angkutan umum malam-malam begini? Dia tak yakin sampai rumah dengan selamat, menggunakkan Taxi mungkin jalan terbaik pikirnya. 
Namun sayang Nagita sudah berdiri disana selama setengah jam namun tak ada satu pun Taxi yang lewat membuat Nagita mulai cemas. Namun akhirnya Nagita memilih untuk berjalan mungkin disebalah sana ada taxi yang lewat harapnya. Namun Nagita merasa seperti ada orang yang mengikutinya menggunakan motor mana ada motor yang jalannya lambat banget begitu batin Nagita, Nagita pun mempercepat langkangnya agar menjauh dari orang itu namun sesaat dia merutuki kebodohannya kalau takut kenapa ga masuk lagi aja kekantor polisi rutuknya.
"Kenapa masih disini?" tiba-tiba saja motor itu sudah berada disamping Nagita dan membuat Nagita kaget setengah mati. Dan makin mempercepat jalannya.
"Hey ini saya" ucap orang itu membuat Nagita menoleh dan mendapati bahwa Raffi lah orang yang berada diatas motor itu. Nagita pun bisa kembali bernafas lega sekarang.
"Eh pak, kirain siapa"
"Kenapa masih disini?"Raffi kembali mengulang pertqnyaan awalnya.
"Oh ini pak, ga ada taxi yang lewat dari tadi binging mau pulang naik apa. Boleh nebeng ga pak, beneran deh ini saya ga tau pulangnya harus gimana"
"Ya sudah ayo" Raffi menodorkan helm kepada Nagita yang diterima dengan senang hati oleh Nagita.
"Makasih pak" ucap Nagita kemudian naik keatas motor Raffi.
Dalam perjalanan mereka hanya diam tak ada yang memulai percakapan terlebih dahulu. Karna udara yang cukup dingin dan tak ada yang bisa dibicarakan dengan Raffi, Nagita mulai mengantuk beberapa kali dia menguap namun dia berusaha agar matanya tidak terpejam kalau tidak mau jatuh dari motor dan berakhir dirumah sakit.
"Jangan tidur" ucap Raffi melihat dari kaca spionnya Nagita yang perlahan memjamkan matanya.
"Hmm maaf pak" ucap Nagita sungkan.
"Pegangan, nanti jatuh!"
Nagita sedikit ragu untuk berpegangan pada Raffi dia takut disangka gimana-mana nantinya.
"Pegangan saja, tidak masalah"
Dengan ragu Nagita memegang ujung jaket Raffi.
Raffi menaikkan kecepatan motornya tiba-tiba membuat Nagita refeks memeluk Raffi dengan erat dan memejamkan matanya karna takut.
"Pelan-pelan pak" lirihnya
"Biar Anda gak ngantuk" ya benar saja rasa ngantuk Nagita menguap begitu saja digantikan dengan rasa takut yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Tak lama mereka pun sampai didepan rumah Nagita namun Nagita masih saja memeluk Raffi dan memejamkan matanya.
"Apa anda tidur?" Tanya Raffi dengan sedikit menggoyang-goyangkan badannya.
"Engga pak, cuma takut"
"Kita sudah sampai"
Nagita langsung membuka mata dan memperhatikan sekitarnya dan benar saja motor Raffi sudah berhenti tepat didepan rumah Nagita.
"Huuh maaf pak,saya beneran takut"ucap Nagita sembari turun dari motor Raffi
"Kalau begitu saya permisi"
"Eh terimakasih pak"
"Ya. Permisi" Raffi menstater motornya dan berlalu meninggalkan Nagita.
Selepas kepergian Raffi, Nagita langsung masuk kedalam rumahnya yang begitu gelap. Jelas saja gelap tak ada satu pun orang disana karna Reinka sedanga berada di Jakarta mengikuti seminar sekaligus mengurus persiapan pernikannya bersama Satrya yang memang tinggal di Jakarta.
Namun saat Nagita menyalakan lampu sesorang duduk disofa ruang tengah dengan membelakangi Nagita.
"Sudah selesai urusanmu dikantor polisi itu ?" Tanyanya dengan nada sinis.
"Siapa itu?" Tanya Nagita takut dan perlahan memundurkan langkahnya.
"Lupa dengan ku?" Orang itu berdiri membalikkan badannya menghadap Nagita.
Sontak Nagita membekap mulutnya sendiri tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Masih berfikiran kalau aku sudah mati adik kecil?"
Nagita menggelengkan kepalanya dan memudurkan langkahnya saat Restian mulai berjalan mendekat kearahnya.
"Kenapa? Takut hmm? Tidak ingin memeluk Abang mu ini? Restian semakin mendekat kearah Nagita.
"Bang Tian udah meninggal dan dia ga mungkin hidup lagi, dan kamu bukan Bang Tian" ucap Nagita.
"Aku masih hidup, aku ada disini" Restian menyempit jarak dengan Nagita. Sedangkan Nagita sudah sama sekali tak bisa mundur lagi karena dia sudah tersudut.
Restian merengkuh Nagita dalam pelukannya memberikan pelukan yang selama ini selalu diberikannya pada Nagita, pelukan yang selalu membuat Nagita nyaman bahkan disaat seperti sekarang ini pun Nagita masih merasa nyaman, Nagita perlahan membalas pelukkan Restian karna sejujurnya dia sangat merindukan sosok Restian sepeninggalnya Restian Nagita tak pernah lagi mendapatkan pelukan seperti ini dari abangnya. Namun baru sebentar Nagita merasakan nyaman dipelukkan Restian, Restian menjambak rambut Nagita dengan kuat hingga membuat Nagita meringis kesakitan.
"Aaww sakit" rintih Nagita namun bukannya melepaskan rambut Nagita, Restian tambah menguaktan tarikannya pada rambut Nagita.
"Sakit?"
Nagita menganggukkan kepalanya sambil menangis.
"Aku merasakan sakit yang lebih dari ini, jauh lebih sakit dan kau tau karna siapa? Itu gara-gara lo!"
"Apa salah Gi...."
"Lo tau gue bukan abang lo!Gue bukan abang kandung lo!"
Nagita menggelengkan kepalanya. Itu lebih tidak mungkin lagi dia sudah bersama dengan Restian sejak dia masih kecil Bagaimana bisa Restian bukan abang kandungnya. Orang yang didepannya pasti bukan Restian pasti orang ini hanya mirip dengan Restian ya hanya mirip batin Nagita.
Restian masih belum melepaskan rambut Nagita bahkan dia semakin menariknya dengan kuat.
"Salahkan saja kedua orang tua lo yang ngebuat ge jadi seperti ini" Restian menempelkan keningnya kekening Nagita tersenyum penuh kelicikkan.
"Gue bakal buat lo mati seperti kedua orang tua lo! Tapi lo ga akan mati semudah mereka lo masih harus rasain segimana menderitanya gue selama ini, lo harus ngerasain sakit yang lebih dari pada yang gue rasain selama ini"
Nagita menggelengkan kepalanya,mendorong tubuh besar Restian agar menjauh darinya namun usahanya hanyalah sia-sia jelas saja tenaga Restian jauh lebih besar darinya. Nagita mencoba membuka pintu yang tepat berada dibelakangnya bagaimanapun caranya dia harus keluar dari rumah dan melarikan diri dari Restian. Perlahan Nagita mulai berhasil membuka kunci pintu yang memeang tadi tak dia cabut.
Sementara Nagita berusaha membuka pintu Restian terus menjambak rambut Nagita dan satu tangannya mencengkram wajah Nagita dengan sangat kuat. Yang nantinya pasti akan meninggalkan bekas memar Perlahan Restian melepaskan tanggannya dari rambut Nagita dan mengambil sesuatu didalam saku celananya dan disaat itu pula Nagita berhasil membuka pintu, tanpa membuang-buang waktu Nagita menendang selangkangan Restian dan memukul wajah Restian dengas tas yang memang sedari tadi msih dia pegang. Nagita berlari dengan sekencang yang dia bisa. Nagita menoleh kebelakang berharap Restian tak ada dibelakang dan doanya kali ini terkabul Testian tidak mengikutinya. Namun Nagita terus berlari ke ujung jalan, biasanya ada tukang sate yang mangkal diujung jalan itu, Restian tidak mungkin nekat jika Nagita berada dikeramaian.
Nagita berhenti didepan gerobak sate dengan nafas tersenggal.
"Aduh mbak kenapa?" Tanya si penjual sate melihat Nagita seperti itu.
"Enngg saya ga hmm gapapa kok pak" jawab Nagita.
"Sudah pak?" Seseorang bertanya pada sipenjual sate.
"Ah iya mas, ini sudah" ucap si penjual sate sambil memberikan bungkusan sate kepada orang yang menanyainya tadi.
"Ini pak, kembaliannya ambil saja" orang itu memberikan uang untuk membayar pesanannya.
"wah makasih ya mas Raffi, aduh mbak bener-bener ga papa?" Bapak itu kembali menoleh kearah Nagita yang belum bisa mengatur deru Nafasnya.
"Nagita?" Panggil Raffi yang membuat Nagita dengan cepat menoleh ke arahnya.
"Loh hmmm Pak Raffi? Mmm nga.. ngapain masih disini?" Tanya Nagita masih dengan Nafas yang satu-satu.
"Mas Raffi kenal sama mbak ini?"
"Akh iya pak"
"Mbaknya duduk saja dulu, keliatan capek banget, abis lari-lari dari mana mbak?" Tanya bapak itu ditambah dengan tatapan penasaran.
Nagita menoleh kebelakang dan mendapati Restian berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang sambil menatap tajam ke arah Nagita. Dengan cepat Nagita mendekat berlari kecil dan berdiri dibelakang tubuh Raffi.
"Ada apa?" tanya Raffi.
"Res... Restian disana, di dia belum mati, dia disana, dia.." tanpa sadar Nagita mencengkram erat lengan Raffi.
Raffi mengikuti arah pandangan Nagita namun dia tak melihat siapun disana. "Tidak ada siapapun disana"
"Tadi dia disitu, dia di rumah, dia ada dirumah" rancau Nagita
"Ikut saya" ucap Raffi pelan ke Nagita.
"Saya permisi pak, mari" ucap Raffi kemudian naik kemotornya diikuti Nagita.
"Dokter Reinka dimana?"
"Mbak Rei di Jakarta minggu depan baru balik"
"Berani dirumah sendirian?"
"Engga" Cicit Nagita
"Jadi sekarang mau bagaimana?"
"Ga tau" ucap Nagita bingung, dia benar-benar bingung sekarang. Dia tak berani jika harus tinggal dirumah sendirian namun dia juga tak tau harus kemana sekarang.
Tak ada lagi yang berbicara, keduanya hanya diam . Nagita tak tau kemana Raffi akan membawanya. sebenarnya Nagita ingin bertanya tapi dia begitu sungkan dengan Raffi, dia sudah terlalu banyak menyusahkan Raffi padahal dia dan Raffi bukan teman dekat.
Mereka memasuki komplek perumahan mewah. Rumah-rumah disana terlihat begitu besar dan mewah namun Nagita sedang tak berniat mengagumi deretan rumah yang dilewatinya. Dalam hatinya dia hanya bertanya-tanya dalam hati kemana Raffi akan membawanya. Saat berada didepan rumah dengan pagar yang menjulang Raffi meminta Nagita untuk turun dari motor dan langsung dilakukan oleh Nagita.
Raffi juga turun dari motornya, mendekat ke pagar itu sambil merogoh saku celananya dan tak lama mengeluarkan beberapa kunci yang dijadikan satu. Membuka gembok dipagar itu dengan mudah seperti orang yang sudah biasa melakukannya.
"Masuk" perintah Raffi lalu dia mendorong motornya masuk kedalam pagar tersebut kemudian kembali mengunci pagar itu dan melanjutkan mendorong motornya hingga tempat yang Nagita yakini sebagai garasi.
"Pak ini rumah siapa" tanya Nagita saat Raffi akan membuka pintu rumah itu.
"Rumah orang tua saya" Jawab Raffi acuh sembari mempersilahkan Nagita masuk.
"Eh?"
"Raffiii itu lo ya?" Terdengar suara orang lain dari arah dalam dengan sedikit berteriak.
"Ya, Fir sini bentaran" jawab Raffi juga dengan sedikit berteriak sambil sibuk membuka kedua sepatunya.
Firra datang dengan piyama tidurnya sambil membawa segelas air putih
"Eh? Nagita kan?" Ucap Firra begitu melihat Nagita.
"Ia mbak"
"Fir anterin ke kamar tamu, pinjemin baju lo, dia nginep disini malem ini"
"Eh?" Firra sedari tadi masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Ini sate pesenan lo" ucap Raffi memberikan sate yang memang tadi diminta oleh Firra lalu mengambil gelas yang ada ditangan Fitra meminum airnya hingga habis dan mengembalikkannya lagi pada Firra "makasih" ucapnya kemudian berlalu dari hadapan Firra yang masih belum paham dengan apa yang terjadi dan Nagita yang canggung bukan main.
"Hmm, maaf maaf Ta, aku jadi bengong gini, ayo aku hantar kekamar" menghilangkan kecanggungannya Firra langsung menggandeng tangan Nagita dan membawanya kekamar tamu.
"Ayo masuk Ta, santai aja anggap dirumah sendiri ya. Dilemari itu ada beberapa piyama tidur, kamu bisa pakai yang pas buat kamu. Kalau mau bersih-bersih atau apa dikamar mandi lengkap kok peralatannya"
"Makasih mbak maaf jadi ngerepotin"
"Ga papa kok, yaudah aku tinggal dulu ya, kalau ada apa-apa kamar aku ada di atas kamu bisa panggil aku ya"
"Ia mbak"
Setelah Firra keluar, Nagita masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan tubuhmya dia sudah benar-benar merasa sangat risih sekarang.
Sementara itu dikamarnya Raffi yang baru selesai mandi dikagetkan oleh keberadaan Firra yang entah sejak kapan sudah berada dikamarnya.
"lo hutang penjelasan sama gue!" Ucap Firra langsung.
"Ya bakal gue jelasin, udah dimakan satenya?"
"kok jadi sate sih Fi!"
"Makan dulu satenya, gue udah cape-cape beliinnya"
"Iya-iya tapi sambil gue makan lo jelasin semuanya sama Gue"
"Emmm" Raffi hanya bergumam lalu keluar dari kamar diikuti oleh Firra.
Saat sudah dimeja makan Firra langsung menyantap sate yang ada didepannya dengan lahap sambil mendengarkan penjelasan Raffi.
"Hmm kenapa lo baik baik banget sama dia? Biasanya lo juga cuek bebek!"
"Semacam balas budi karna waktu itu kakaknya udah ngobolehin lo nginep ditempat mereka"
"Alasan! Jangan-jangan loo"
"Jangan ngawur! Cepat abisin satenya gue ngantuk!"

"Dih ngeles dia!!"

1 komentar:

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    BalasHapus