NEW PAPER
Part 6
Part 6
"Raffi
Adrianta Zeran, Firra Adrianti Zeran ditambah Nagita Syafiana Denen perpaduan
yang tepat bukan? Sepertinya Tuhan memberikan kemudahan untuk menghancurkan
mereka" orang itu menghisap cerutunya dalam dan mengeluarkan asapnya
secara perlahan terlihat begitu menikmati apa yang sedang dilakukannya tak
peduli dengan asap dari ceretu itu mengenai 2 orang yang duduk didepannya.
"Kita
sudah sepakat dari awal Firra tidak akan terlibat apapun dalam hal ini!"
Ucap Gerald Salah satu dari dua orang itu
"Kau
masih mengharapkanya? Dia sudah menjadi milik orang lain, Relakan saja"
sela orang yang duduk disampingnya yang tak lain adalah Restian
"Itu
kesepakatan kita dari awal, disini yang menjadi incaranmu hanyalah Raffi bukan
Firra! Jadi jangan coba-coba menyentuhnya seujung kuku pun" ucap Gerald
tenang namun terdapat ancaman disana.
"Lalu
apa yang akan kau lakukan hah? Diam dan hanya memperhatikan Firra dari jauh
berharap kau bisa memilikinya? Menyingkirkan suaminya yang payah itu? Tapi
nyatanya 5 tahun ini kau sama sekali tak bisa melakukan apapun agar membuatnya
dan Abian berpisah. Apa lagi yang kau harapkan?"
"Itu
urusanku! Jika kalian berani menyentuh Firra jangan salahkan aku kalau kalian
akan membusuk dipenjara kemudian mati ditangan para juru tembak"
"Melalui
Firra adalah jalan yang paling mudah untuk menghancurkan Raffi dan kau tahu
itu!"
"Kita
cari cara lain. Yang penting jangan libatkan Firra"
"Kau
fikirkan caramu sendiri hingga besok malam kalau kau tak punya rencana lain,
kita akan tetap libatkan Firra apapun alasannya" orang itu kembali
menghisap cerutunya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya dimeja.
"Sudah
saatnya kau hancur Raffi jauh lebih hancur dari apa yang mereka rasakan"
batin orang itu sambil tersenyum licik.
****
"Selamat
siang, izin kapten, boleh saya duduk disini?" Sesorang Wanita berbadan
tegap untuk ukuran perempuan berdiri didepan Raffi dengan seragam lengkapnya.
"Siang,
silahkan" Raffi hanya bersikap acuh dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Izin
kapten, mulai hari ini saya bergabung didalam tim yang anda pimpin untuk
memcahkan kasus narkoba yang selama ini menjadi misi yang anda jalankan"
"Ya,
anda Arzia Denara? Apa yang sudah anda ketahui tentang kasus ini?"
"Ya
kapten. Saya Arzia Denara. Komplotan itu sudah melakukan aksinya dalam 3tahun
ini namun komplotan mereka mulai tercium baru satu tahun belakangan ini,
sekitar satu bulan lalu Anda dan tim anda berhasil menemukan tiga rumah yang
yang menjadi tempat dibuat, disimpan dan diedarkannya barang-barang itu, anda
juga berhasi menangkap beberapa orang disana namun hingga sekarang siapa dalang
utama dari kasus ini belum terpecahkan karena orang-orang yang ditangkap itu
sama sekali tidak mau memberi tahu siapa bos mereka" ucap Arzia
Raffi
mengangguk-anggukkan kepalanya lalu menarik gagang telfon disudut mejanya dan
memerintahkan anggota timnya yang lain datang untuk berkumpul.
Tak berapa lama mereka semua punberkumpul diruangan Raffi yang tak terlalu besar ini.
Tak berapa lama mereka semua punberkumpul diruangan Raffi yang tak terlalu besar ini.
"Kenalkan
Anggota tim kita yang baru Arzia Denara" ucap Raffi
Arzia
menganggukkan kepalanya sopan seraya berkanalan dengan semua anggota tim.
"Saya
Rasa cukup perkenalannya mari kita bicarakan tentang kasus Narkoba itu, ada
yang punya saran?"
"Izin
kapten, saya sudah memiliki rencana agar kita dapat menangkap mereka" ucap
Arzia
"Silahkan"
ucap Raffi lalu mereka semua mendengarkan rencana yang telah dibuat oleh Arzia
dengan serius mereka memperhatikannya dengan seksama sesekali mengkoreksi
ataupun memberikan tambahan masukkan yang cukup membantu hingga hampir dua jam
mereka membicarakan hal itu hingga menemukan keputusan apa saja yang nantinya
akan mereka lakukan dan mereka akan menjalankan rencananya besok.
"Saya
harap semuanya sudah mengerti. Patokan utama kita adalah Restian dari dia kita
akan berusaha menggali siapa dalang utamanya. Kita akan meminta bantuan saksi
sebelumnya untuk memberikan gambaran tentang Restian"
"Siap
kapten" jawab mereka serempak dan setelah meminta Izin satu persatu mereka
keluar dari ruangan Raffi.
"Selamat
bergabung, disini dibawa santai aja jangan terlalu serius kecuali kalau didepan
kapten dia tidak bisa diajak bercanda" ucap Azka kepada Arzia saat mereka
keluar dari ruangan Raffi.
"Saya
sudah dengar itu dari semua orang"
"Seriusan?"
"Ya
semua orang yang tahu saya dimasukkan kedalam tim ini sudah mewanti-wanti saja
sedari awal agar tak bermain-main dengannya kalau tidak mau didamprat"
"Ternyata
dia cukup terkenal"
"Sayangnya
sangat" mereka berdua pun tertatawa pelan tanpa menyadari Raffi yang
mendengarkan perkataan mereka namun Raffi tak ambil pusing itu adalah hak
setiap orang untuk menilai orang lain.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sore
ini Nagita diminta datang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan perihal
Restian awalnya Nagita sempat malas karna dia sungguh tak ingin membahas ini
lagi. Baginya Restian Abangnya sudah meninggal dan kalau pun benar Restian
masih hidup Nagita tak percaya kalau Restian terlibat dalam hal seperti ini.
Jadi dengan terpaksa Nagita mendatangi kantor polisi yang berada tak jauh dari
TK tempatnya mengajar bahkan karna panggilan itu Nagita sengaja tak pulang
kerumah karna tak ingin mondar mandir. Terkadang Nagita heran kenapa dia terus
diperiksa diluar jam kantor apa para polisi itu tidak pulang kerumahnya? Apa
para polisi itu tidak memiki jam istirahat? Gaji juga ga seberapa tapi kerja ga
kenal waktu batin Nagita.
Begitu
tiba disana Nagita langsung diminta untuk menemui Azka agar dapat langsung
dimintai keterangan kali ini Azka ditemani Arzia untuk memintai keterangan dari
Nagita. Masih ada beberapa anggota polisi yang berada dibalik meja-meja kerja
namun Nagita Tak melihat Raffi disana disudut terkecil ruangan itu sekalipun
Nagita tak melihat keberadaan Raffi.
Mereka
pun mulai menanyai hal-hal yang menyangkut Restian kepada Nagita yang dijawab
Nagita dengan sejujur-jujur nya. Mereka mulai menanyai dari hal-hal remeh
hingga yang bahkan Nagita sendiri tak tahu jawabannya.
Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Nagita sudah merasakan grah yang tidak ketulungan karna seharian tadi dia hanya mandi pagi saja. Nagita mengira paling lama dia berada disini hanya satu atau dua jam namun sayang prediksinya salah BESAR!
Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Nagita sudah merasakan grah yang tidak ketulungan karna seharian tadi dia hanya mandi pagi saja. Nagita mengira paling lama dia berada disini hanya satu atau dua jam namun sayang prediksinya salah BESAR!
Saat
Nagita akan bangkit dari duduknya Raffi masuk kedalam ruangan itu dengan
keringat membanjiri wajahnya.
"Malam
kapten" sapa Azka dan Arzia
"Malam
pak" sapa Nagita yang sedikit canggung.
"Malam,
sudah selesai?"
"Siap,
sudah kapt" jawab Azka
"Besok
hasilnya letakkan dimeja saya, permisi"
"Siap
kapt" jawab Azka dan Arzia serempak.
Nagita
berusaha menahan tawanya melihat ekspresi Azka dan Arzia yang seketika langsung
berubah saat berhadapan dengan Raffi. lihat saja tadi sesaat Raffi belum masuk
wajah mereka terlihat santai dan masih duduk-duduk malas dikursinya dan
setibanya Raffi masuk mereka langsung membenarkan posisi duduk mereka bahkan
saat Raffi berbicara mereka sudah berdiri tegak dengan tampang kelewat tegas
tapi menjadi lucu bagi Nagita.
"Jangan
tertawa, Anda belum liat dia kalau taringnya keluar" ucap Azka begitu
Raffi masuk keruangannya.
"Hmmpp
maaf Pak, bu"
"Ya
sudah Anda boleh pulang" ucap Azka
"Ya
permisi pak bu" ucap Nagita lalu keluar dari ruangan itu
Saat
sudah berada diluar kantor polisi Nagita baru merutuki dirinya karna tak tau
harus pulang menggunakan apa, menggunakan angkutan umum malam-malam begini? Dia
tak yakin sampai rumah dengan selamat, menggunakkan Taxi mungkin jalan terbaik
pikirnya.
Namun sayang Nagita sudah berdiri disana selama setengah jam namun tak ada satu pun Taxi yang lewat membuat Nagita mulai cemas. Namun akhirnya Nagita memilih untuk berjalan mungkin disebalah sana ada taxi yang lewat harapnya. Namun Nagita merasa seperti ada orang yang mengikutinya menggunakan motor mana ada motor yang jalannya lambat banget begitu batin Nagita, Nagita pun mempercepat langkangnya agar menjauh dari orang itu namun sesaat dia merutuki kebodohannya kalau takut kenapa ga masuk lagi aja kekantor polisi rutuknya.
Namun sayang Nagita sudah berdiri disana selama setengah jam namun tak ada satu pun Taxi yang lewat membuat Nagita mulai cemas. Namun akhirnya Nagita memilih untuk berjalan mungkin disebalah sana ada taxi yang lewat harapnya. Namun Nagita merasa seperti ada orang yang mengikutinya menggunakan motor mana ada motor yang jalannya lambat banget begitu batin Nagita, Nagita pun mempercepat langkangnya agar menjauh dari orang itu namun sesaat dia merutuki kebodohannya kalau takut kenapa ga masuk lagi aja kekantor polisi rutuknya.
"Kenapa
masih disini?" tiba-tiba saja motor itu sudah berada disamping Nagita dan
membuat Nagita kaget setengah mati. Dan makin mempercepat jalannya.
"Hey
ini saya" ucap orang itu membuat Nagita menoleh dan mendapati bahwa Raffi
lah orang yang berada diatas motor itu. Nagita pun bisa kembali bernafas lega
sekarang.
"Eh
pak, kirain siapa"
"Kenapa
masih disini?"Raffi kembali mengulang pertqnyaan awalnya.
"Oh
ini pak, ga ada taxi yang lewat dari tadi binging mau pulang naik apa. Boleh
nebeng ga pak, beneran deh ini saya ga tau pulangnya harus gimana"
"Ya
sudah ayo" Raffi menodorkan helm kepada Nagita yang diterima dengan senang
hati oleh Nagita.
"Makasih
pak" ucap Nagita kemudian naik keatas motor Raffi.
Dalam
perjalanan mereka hanya diam tak ada yang memulai percakapan terlebih dahulu.
Karna udara yang cukup dingin dan tak ada yang bisa dibicarakan dengan Raffi,
Nagita mulai mengantuk beberapa kali dia menguap namun dia berusaha agar
matanya tidak terpejam kalau tidak mau jatuh dari motor dan berakhir dirumah
sakit.
"Jangan
tidur" ucap Raffi melihat dari kaca spionnya Nagita yang perlahan
memjamkan matanya.
"Hmm
maaf pak" ucap Nagita sungkan.
"Pegangan,
nanti jatuh!"
Nagita
sedikit ragu untuk berpegangan pada Raffi dia takut disangka gimana-mana
nantinya.
"Pegangan
saja, tidak masalah"
Dengan
ragu Nagita memegang ujung jaket Raffi.
Raffi
menaikkan kecepatan motornya tiba-tiba membuat Nagita refeks memeluk Raffi
dengan erat dan memejamkan matanya karna takut.
"Pelan-pelan
pak" lirihnya
"Biar
Anda gak ngantuk" ya benar saja rasa ngantuk Nagita menguap begitu saja
digantikan dengan rasa takut yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari
biasanya.
Tak
lama mereka pun sampai didepan rumah Nagita namun Nagita masih saja memeluk
Raffi dan memejamkan matanya.
"Apa
anda tidur?" Tanya Raffi dengan sedikit menggoyang-goyangkan badannya.
"Engga
pak, cuma takut"
"Kita
sudah sampai"
Nagita
langsung membuka mata dan memperhatikan sekitarnya dan benar saja motor Raffi
sudah berhenti tepat didepan rumah Nagita.
"Huuh
maaf pak,saya beneran takut"ucap Nagita sembari turun dari motor Raffi
"Kalau
begitu saya permisi"
"Eh
terimakasih pak"
"Ya.
Permisi" Raffi menstater motornya dan berlalu meninggalkan Nagita.
Selepas
kepergian Raffi, Nagita langsung masuk kedalam rumahnya yang begitu gelap.
Jelas saja gelap tak ada satu pun orang disana karna Reinka sedanga berada di
Jakarta mengikuti seminar sekaligus mengurus persiapan pernikannya bersama
Satrya yang memang tinggal di Jakarta.
Namun
saat Nagita menyalakan lampu sesorang duduk disofa ruang tengah dengan
membelakangi Nagita.
"Sudah
selesai urusanmu dikantor polisi itu ?" Tanyanya dengan nada sinis.
"Siapa
itu?" Tanya Nagita takut dan perlahan memundurkan langkahnya.
"Lupa
dengan ku?" Orang itu berdiri membalikkan badannya menghadap Nagita.
Sontak
Nagita membekap mulutnya sendiri tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Masih
berfikiran kalau aku sudah mati adik kecil?"
Nagita
menggelengkan kepalanya dan memudurkan langkahnya saat Restian mulai berjalan
mendekat kearahnya.
"Kenapa?
Takut hmm? Tidak ingin memeluk Abang mu ini? Restian semakin mendekat kearah
Nagita.
"Bang
Tian udah meninggal dan dia ga mungkin hidup lagi, dan kamu bukan Bang
Tian" ucap Nagita.
"Aku
masih hidup, aku ada disini" Restian menyempit jarak dengan Nagita.
Sedangkan Nagita sudah sama sekali tak bisa mundur lagi karena dia sudah
tersudut.
Restian
merengkuh Nagita dalam pelukannya memberikan pelukan yang selama ini selalu
diberikannya pada Nagita, pelukan yang selalu membuat Nagita nyaman bahkan
disaat seperti sekarang ini pun Nagita masih merasa nyaman, Nagita perlahan
membalas pelukkan Restian karna sejujurnya dia sangat merindukan sosok Restian
sepeninggalnya Restian Nagita tak pernah lagi mendapatkan pelukan seperti ini
dari abangnya. Namun baru sebentar Nagita merasakan nyaman dipelukkan Restian,
Restian menjambak rambut Nagita dengan kuat hingga membuat Nagita meringis
kesakitan.
"Aaww
sakit" rintih Nagita namun bukannya melepaskan rambut Nagita, Restian
tambah menguaktan tarikannya pada rambut Nagita.
"Sakit?"
Nagita
menganggukkan kepalanya sambil menangis.
"Aku
merasakan sakit yang lebih dari ini, jauh lebih sakit dan kau tau karna siapa?
Itu gara-gara lo!"
"Apa
salah Gi...."
"Lo
tau gue bukan abang lo!Gue bukan abang kandung lo!"
Nagita
menggelengkan kepalanya. Itu lebih tidak mungkin lagi dia sudah bersama dengan
Restian sejak dia masih kecil Bagaimana bisa Restian bukan abang kandungnya.
Orang yang didepannya pasti bukan Restian pasti orang ini hanya mirip dengan
Restian ya hanya mirip batin Nagita.
Restian
masih belum melepaskan rambut Nagita bahkan dia semakin menariknya dengan kuat.
"Salahkan saja kedua orang tua lo yang ngebuat ge jadi seperti ini" Restian menempelkan keningnya kekening Nagita tersenyum penuh kelicikkan.
"Salahkan saja kedua orang tua lo yang ngebuat ge jadi seperti ini" Restian menempelkan keningnya kekening Nagita tersenyum penuh kelicikkan.
"Gue
bakal buat lo mati seperti kedua orang tua lo! Tapi lo ga akan mati semudah
mereka lo masih harus rasain segimana menderitanya gue selama ini, lo harus
ngerasain sakit yang lebih dari pada yang gue rasain selama ini"
Nagita
menggelengkan kepalanya,mendorong tubuh besar Restian agar menjauh darinya
namun usahanya hanyalah sia-sia jelas saja tenaga Restian jauh lebih besar
darinya. Nagita mencoba membuka pintu yang tepat berada dibelakangnya
bagaimanapun caranya dia harus keluar dari rumah dan melarikan diri dari
Restian. Perlahan Nagita mulai berhasil membuka kunci pintu yang memeang tadi
tak dia cabut.
Sementara
Nagita berusaha membuka pintu Restian terus menjambak rambut Nagita dan satu
tangannya mencengkram wajah Nagita dengan sangat kuat. Yang nantinya pasti akan
meninggalkan bekas memar Perlahan Restian melepaskan tanggannya dari rambut
Nagita dan mengambil sesuatu didalam saku celananya dan disaat itu pula Nagita
berhasil membuka pintu, tanpa membuang-buang waktu Nagita menendang
selangkangan Restian dan memukul wajah Restian dengas tas yang memang sedari
tadi msih dia pegang. Nagita berlari dengan sekencang yang dia bisa. Nagita
menoleh kebelakang berharap Restian tak ada dibelakang dan doanya kali ini
terkabul Testian tidak mengikutinya. Namun Nagita terus berlari ke ujung jalan,
biasanya ada tukang sate yang mangkal diujung jalan itu, Restian tidak mungkin
nekat jika Nagita berada dikeramaian.
Nagita
berhenti didepan gerobak sate dengan nafas tersenggal.
"Aduh
mbak kenapa?" Tanya si penjual sate melihat Nagita seperti itu.
"Enngg
saya ga hmm gapapa kok pak" jawab Nagita.
"Sudah
pak?" Seseorang bertanya pada sipenjual sate.
"Ah
iya mas, ini sudah" ucap si penjual sate sambil memberikan bungkusan sate
kepada orang yang menanyainya tadi.
"Ini
pak, kembaliannya ambil saja" orang itu memberikan uang untuk membayar
pesanannya.
"wah
makasih ya mas Raffi, aduh mbak bener-bener ga papa?" Bapak itu kembali
menoleh kearah Nagita yang belum bisa mengatur deru Nafasnya.
"Nagita?"
Panggil Raffi yang membuat Nagita dengan cepat menoleh ke arahnya.
"Loh
hmmm Pak Raffi? Mmm nga.. ngapain masih disini?" Tanya Nagita masih dengan
Nafas yang satu-satu.
"Mas
Raffi kenal sama mbak ini?"
"Akh
iya pak"
"Mbaknya
duduk saja dulu, keliatan capek banget, abis lari-lari dari mana mbak?"
Tanya bapak itu ditambah dengan tatapan penasaran.
Nagita
menoleh kebelakang dan mendapati Restian berdiri tak jauh dari tempatnya
sekarang sambil menatap tajam ke arah Nagita. Dengan cepat Nagita mendekat
berlari kecil dan berdiri dibelakang tubuh Raffi.
"Ada
apa?" tanya Raffi.
"Res...
Restian disana, di dia belum mati, dia disana, dia.." tanpa sadar Nagita
mencengkram erat lengan Raffi.
Raffi
mengikuti arah pandangan Nagita namun dia tak melihat siapun disana. "Tidak
ada siapapun disana"
"Tadi
dia disitu, dia di rumah, dia ada dirumah" rancau Nagita
"Ikut
saya" ucap Raffi pelan ke Nagita.
"Saya
permisi pak, mari" ucap Raffi kemudian naik kemotornya diikuti Nagita.
"Dokter
Reinka dimana?"
"Mbak
Rei di Jakarta minggu depan baru balik"
"Berani
dirumah sendirian?"
"Engga"
Cicit Nagita
"Jadi
sekarang mau bagaimana?"
"Ga
tau" ucap Nagita bingung, dia benar-benar bingung sekarang. Dia tak berani
jika harus tinggal dirumah sendirian namun dia juga tak tau harus kemana sekarang.
Tak
ada lagi yang berbicara, keduanya hanya diam . Nagita tak tau kemana Raffi akan
membawanya. sebenarnya Nagita ingin bertanya tapi dia begitu sungkan dengan
Raffi, dia sudah terlalu banyak menyusahkan Raffi padahal dia dan Raffi bukan
teman dekat.
Mereka
memasuki komplek perumahan mewah. Rumah-rumah disana terlihat begitu besar dan
mewah namun Nagita sedang tak berniat mengagumi deretan rumah yang dilewatinya.
Dalam hatinya dia hanya bertanya-tanya dalam hati kemana Raffi akan membawanya.
Saat berada didepan rumah dengan pagar yang menjulang Raffi meminta Nagita
untuk turun dari motor dan langsung dilakukan oleh Nagita.
Raffi
juga turun dari motornya, mendekat ke pagar itu sambil merogoh saku celananya
dan tak lama mengeluarkan beberapa kunci yang dijadikan satu. Membuka gembok
dipagar itu dengan mudah seperti orang yang sudah biasa melakukannya.
"Masuk"
perintah Raffi lalu dia mendorong motornya masuk kedalam pagar tersebut
kemudian kembali mengunci pagar itu dan melanjutkan mendorong motornya hingga
tempat yang Nagita yakini sebagai garasi.
"Pak
ini rumah siapa" tanya Nagita saat Raffi akan membuka pintu rumah itu.
"Rumah
orang tua saya" Jawab Raffi acuh sembari mempersilahkan Nagita masuk.
"Eh?"
"Raffiii
itu lo ya?" Terdengar suara orang lain dari arah dalam dengan sedikit
berteriak.
"Ya,
Fir sini bentaran" jawab Raffi juga dengan sedikit berteriak sambil sibuk
membuka kedua sepatunya.
Firra
datang dengan piyama tidurnya sambil membawa segelas air putih
"Eh? Nagita kan?" Ucap Firra begitu melihat Nagita.
"Eh? Nagita kan?" Ucap Firra begitu melihat Nagita.
"Ia
mbak"
"Fir
anterin ke kamar tamu, pinjemin baju lo, dia nginep disini malem ini"
"Eh?"
Firra sedari tadi masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Ini
sate pesenan lo" ucap Raffi memberikan sate yang memang tadi diminta oleh
Firra lalu mengambil gelas yang ada ditangan Fitra meminum airnya hingga habis
dan mengembalikkannya lagi pada Firra "makasih" ucapnya kemudian
berlalu dari hadapan Firra yang masih belum paham dengan apa yang terjadi dan
Nagita yang canggung bukan main.
"Hmm,
maaf maaf Ta, aku jadi bengong gini, ayo aku hantar kekamar" menghilangkan
kecanggungannya Firra langsung menggandeng tangan Nagita dan membawanya kekamar
tamu.
"Ayo
masuk Ta, santai aja anggap dirumah sendiri ya. Dilemari itu ada beberapa
piyama tidur, kamu bisa pakai yang pas buat kamu. Kalau mau bersih-bersih atau
apa dikamar mandi lengkap kok peralatannya"
"Makasih
mbak maaf jadi ngerepotin"
"Ga
papa kok, yaudah aku tinggal dulu ya, kalau ada apa-apa kamar aku ada di atas
kamu bisa panggil aku ya"
"Ia
mbak"
Setelah
Firra keluar, Nagita masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan tubuhmya dia
sudah benar-benar merasa sangat risih sekarang.
Sementara
itu dikamarnya Raffi yang baru selesai mandi dikagetkan oleh keberadaan Firra
yang entah sejak kapan sudah berada dikamarnya.
"lo
hutang penjelasan sama gue!" Ucap Firra langsung.
"Ya
bakal gue jelasin, udah dimakan satenya?"
"kok
jadi sate sih Fi!"
"Makan
dulu satenya, gue udah cape-cape beliinnya"
"Iya-iya
tapi sambil gue makan lo jelasin semuanya sama Gue"
"Emmm"
Raffi hanya bergumam lalu keluar dari kamar diikuti oleh Firra.
Saat
sudah dimeja makan Firra langsung menyantap sate yang ada didepannya dengan
lahap sambil mendengarkan penjelasan Raffi.
"Hmm
kenapa lo baik baik banget sama dia? Biasanya lo juga cuek bebek!"
"Semacam
balas budi karna waktu itu kakaknya udah ngobolehin lo nginep ditempat
mereka"
"Alasan!
Jangan-jangan loo"
"Jangan
ngawur! Cepat abisin satenya gue ngantuk!"
"Dih
ngeles dia!!"
kelinci99
BalasHapusTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino