NEW PAPER
Part 5
Part 5
Nagita
membuka matanya pelan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk kematanya dia
bingung mengapa dia berada ditempat ini tapi dia yakin ini bukan dirumahnya.
Nagita mencoba mengingat apa yang terjadi padanya dan saat sudah berhasil
mengingatnya tubuh Nagita seketika menjadi pucat, dia merasa kedinginan namun
perlahan keringat mulai keluar dari tubuhnya tangannya Gemetar dia ketakutan
sunguh ketakutan.
Bagaima
keadaan Raffi apa dia baik-baik saja? Apa dia terluka parah? Atau dia
meninggal? Nagita menggeleng kuat tapi dia tadi mendengar suara tembakan itu
suara tembakan yang berada didepannya dan dia sempat mencium bau anyir darah
sesaat sebelum dia sadarkan diri Nagita melihat kearah pakainnya yang sebagian
berdecak darah jika benar Raffi meninggal berarti Nagita baru saja membuat
Seseorang harus merenggang nyawa didepannya karna ingin menolong dirinya.
Isak
tangis Nagita terdengar tanpa bisa dia cegah isakan demi isakan terdengar
begitu memilukan Nagita menyembunyikan wajahnya dengan telapak tangannya dia
sungguh bodoh melibatkan orang lain dalam masalahnya hanya karna menginginkan
dirinya selamat tanpa memikirkan apa yang terjadi dengan orang yang menolongnya
dan sekarang dia begitu menyesal.
"Permisi
anda sudah siuman?" Tanya seseorang yang entah dari mana tiba-tiba saja
berdiri disamping Nagita
Nagitq
menganggukkan kepalanya namun tak mau membiarkan orang itu melihat wakahnya dia
masih terus menutupinya dengan telapak tangannya sendiri dan isakan tangisnya
masih juga belum berhenti.
"Anda
tidak perlu khawatir anda hanya syok, jadi berhentilah menangis semuanya
baik-baik saja"
"Ta
ta pi dia... hiks dia ter tem bak. Apa dia masih hidup?" ucap Nagita
terbata
"Dia
meninggal ditempat tanpa bisa ditolong, Sudah sepatutnya seperti itu"
Spontan
Nagita langsung menggeserkan tangannya dan menatap orang itu dengan tatapan
tidak percaya. Apa dia bagian dari orang-orang itu? Batin Nagita
"Tenanglah
semuanya baik-baik saja anda tak perlu khawatir, sebentar lagi penyidik akan
datang memeriksa anda sebagai saksi, kalau begitu saya permisi dulu"
ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Nagita.
Perkataan
terakhir orang itu membuat Nagita bingung sebenarnya siapa orang itu? Apa dia
bagian dari Raffi atau bagian dari orang-orang yang menculiknya? Cukup lama
Nagita bergelut dengan fikirannya sendiri hingga seseorang berbadan tegap dan
berpakaian polisi datang menghampirinya
"Permisi
Saudari Nagita Syafiana Denen?"
Nagita
menganggukkan kepalanya.
"Anda
diminta untuk segera ke ruang pemeriksaan, anda diperiksa sebagai saksi dalam
pekara ini. Mari ikut saya"
Nagita
lagi-lagi hanya mengangguk kemudian mengikuti polisi itu hingga kesebuah
ruangan yang hanya ada satu orang polisi yang duduk dedepan laptop nya.
Nagita dipersilahkan duduk didepan orang itu dan tanpa bertanya Nagita menurutinya.
Nagita dipersilahkan duduk didepan orang itu dan tanpa bertanya Nagita menurutinya.
Nagita
mengenal orang didepannya orang itu sama dengan polisi yang datang beberapa
waktu lalu kerumahnya bersama Raffi dan kalau Nagita tak salah ingat namanya
Azka
"Bagaimana
kondisi anda? Apa sudah baikkan?" Tanya Azka
Nagita
hanya menganggukkan kepalanya sungguh dia bingung harus seperti apa sekarang.
"Tidak
perlu khawatir anda hanya menjadi saksi, kami hanya ingin menyampaikan apa saya
yang anda ketahui tentang komplotan itu dan saya harap anda bisa membantu kami
dalam kasus ini agar se....."
Suara
ketukan pintu mengintrupsi perkataan Azka
"Masuk" ucap Azka
"Masuk" ucap Azka
Kemudian
masuklah seseorang dengan kaos polo hitam dan jaket kulit coklat yang berada di
tangannya dipadukan dengan celana pendek santai selutut dengan wajah yang huft
susah untuk dejelaskan. Melihat orang itu Nagita membelalakkan matanya tak
percaya.
"Sudah
diperiksa?" Tanyanya
"Belum
kapt ini baru mau dimulai"
"Lanjutkan"
ucapnya kemudian duduk di kursi disamping Azka sedikit menundukkan kepalanya
dan memijit pelan pelipisnya
Mata
Nagita terus memperhatikan setiap gerakkan Raffi tanpan mengalihkan pandangan
kemanapun tatapannya hanya berpusat pada satu orang yaitu Raffi
"Khm
saya tau atasan saya terlihat menakutkan tapi saya tidak tahu kalau dia dapat
membuat anda seperti orang yang melihat hantu disiang bolong" ucap Azka
yang mampu membuat perhatian Nagita sedikit teralihkan dengan menatap Azka
sebentar.
Raffi
mengangkat kepalanya menatap Nagita dan Azka bergantian kemudian bersikap acuh
dan kembali menundukkan kepalanya dan kali ini memijit pelan tengkuknya.
"Harusnya
cari istri kapten biar ada yang mijitin" celetuk Azka pelan namun masih
bisa dengar oleh Raffi dan dibalas dengusan kecil olehnyaa
"Ba
pak masih hidup?" Tanya Nagita membuat kedua orang didepannya kontan
menatap Nagita kemudian saling bertukar pandangan.
"Masih!"
Jawab Raffi kemudian kembali bersikap acuh
Manusia
seperti apa ini? Ditanya masih hidup dalam keadaan serius acuh nya bukan main
batin Azka.
"Ternyata
anda benar-benar mengira atasan saya hantu?" Tanya Azka tak percaya pada
Nagita dan dwngan cepat dijawab dengan anggukkan oleh Nagita
"Kenapa
anda bisa berfikir seperti itu?"
"Bukannya
pak Raffi tertembak? Dan orang yang menemui saya diruangan tadi juga mengatakan
jika pak Raffi meninggal"
"Hahahahahaha"
kontan tawa Azka pecah mendengar perkataan Nagita
"Jadi
haha an haha" Azka benar benar tidak bisa menahan tawanya
"Berhentilah
tertawa dan lakukan pekerjaan mu" ucap Raffi datar tanpa menoleh ke Azka.
"Khmm
oke oke" Azka menarik Nafasnya dalam dan mengeluarkannya perlahan dia
melakukan itu beberapa kali hingga dia bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa
"Ok
buang jauh-jauh fikiran anda tentang atasan saya yang tertembak lalu mati karna
dia yang menembak jadi tidak mungkin dia mati"
Nagita
yang mendengarnya hanya tercengang kapan Raffi menembak? Nagita sama sekali
tidak melihat Raffi memegang pistol saat itu.
"Susahlah
jangan terlalu difikirkan bisa kita mulai mendengarkan kesaksian anda?"
Tanya Azka yang dibalas dengan anggukkan oleh Nagita.
Nagita
pun menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan Azka dengan sebaik-baiknya
hingga Raffi mulai ikut bertanya Nagita terlihat sedikit gugup.
"Siapa
Tian?" Tanya Raffi santai namun berefek lain pada Nagita yang hanya diam
tak langsung menjawab seperti tadi.
"Tian?"
Ulang Nagita dia takut dia hanya salah dengar lagian dari mana Raffi tau soal
Tian pikirnya.
"Sambungan
ponsel anda sama sekali berlum terputus saat anda berbicara dengan orang itu,
jadi saya mendengar semua percakapan kalian sekarang anda bisa jelaskan siapa
Tian?" Ucap Raffi
"Tian
abang saya tapi dia sudah meninggal sekitar 7 bulan lalu jadi tidak mungkin
kalau dia Tian, Tian sudah meninggal dan jika Tian masih hidul dia tidak
mungkin terlibat dalam masalah ini"
"Tapi
faktanya dia berbicara dengan Anda"
"Aku
sama sekali ga liat wajahnya bisa saja dia orang lain yang mengaku-ngaku Tian.
Dia pasti bukan Tian, Tian sudah meninggal aku ikut di pemakamannya jadi itu
bukan Tian itu pasti bikan Tian" bantah Nagita yang mulai menangis Tak
mungkin Tian seperti itu, Tiqn adalah laki-laki yang paling baik yang pernah
dikenalnya.
"apa
penyebab meninggalnya Tian?" Kini kembali Azka yang memberikan pertanyaan
"Kebakaran"
ucap Nagita lirih dia sungguh tak mau jika harus mengingat kejadian itu lagi
dia benci karna itu membuat dia kehilangan Abang nya
"Bisa
anda ceritakan?"
Cukup
lama Nagita terdiam kemudian menganggukkan kepalanya pelan.
"Saya
tidak terlalu detail mengetahui kejadiannya. Waktu itu Tian menginap dirumah
temannya dan entah apa yang terjadi hingga rumah temannya itu hingga terbakar
namun yang pasti saat api sudah mulai padam Tian ditemukan di bawah teruntukan
rumah dan sudah tidak bernyawa lagi" jelas Nagita
"Bagaimana
anda bisa yakin kalau itu Tian? Bagaimana kalau yernyata orang itu temannya,
apa wajahnya masih terlihat?"
Nagita
menggeleng "pada saat itu wajah Tian sama sekali tak bisa dikenali namun
saat diidentifikasi semua mengatakan kalau itu adalah Jenazah Tian"
"Ok
baik lah kami yang akan mencari tau siapa orang yang mengaku Tian itu"
ucap Azka
"Apa
anda mengenal orang yang dipanggil Res?" Tanya Raffi
"Restian,
itu namanya selain aku semua orang memanggilnya Res" jawab Nagita
Raffi
dan Azka mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mereka berdua memiliki jalan
fikiran yang sama.
"Baiklah
terima kasih telah membantu kami, anda boleh pulang sekarang" ucap Azka
Nagita
mengangguk kemudian melirik ke arah jam dinding yang berada disebelah Kirinya
yang menunjukkan pukul Tiga pagi. Nagita menelan saliva nya benar saja? Dia tak
mungkin pulang sendirian jam segini sendirian dan lagipula Nagita sama sekali
tak tahu sedang berada dimana dia sekarang ini.
Raffi
memahami pemikiran Nagita langsung menyuruhnya untuk istirahat dulu
"Kembali saja keklinik tadi, jika hari sudah terang anda bisa pulang" ucap Raffi bangkit dari duduknya dan pergi ke toilet.
"Kembali saja keklinik tadi, jika hari sudah terang anda bisa pulang" ucap Raffi bangkit dari duduknya dan pergi ke toilet.
"Turuti
saja apa katanya" ucap Azka yang dijawab anggukkan oleh Nagita kemudian
pergi keklinik tadi.
Sekembalinya
dari toilet Raffi dan Azka langsung membahas tentang masalah ini. Di tiga rumah
yang salah satunya menjadi tempat penyekapan Nagita itu mereka menemukan jika
ketiga rumah itu merupakan tempat pembuatan barang-barang haram. Dirumah yang
paling kanan merupakan tempat mereka beracik barang-barang haram tersebut.
Dirumah yang kedua merupakan tempat mereka menyimpan hasil racikan obat-obatan
itu mereka menyimpannya di ruang bawah tanah dan saat dilakukan pemeriksaan
Raffi dan timnya menemukan berton-ton barang haram itu. Dan rumah disebelah
Kiri mereka jadikan sebagai tempat transaksi dan menyimpan uang hasil penjualan
obat-obatan itu. Raffi dan timnya berhadil meringkus 19 orang dari ketiga rumah
itu salah satu dari mereka tewas tertembak oleh Raffi, enam orang juga mendapat
tembakan dikaki mereka karen berusaha kabur dan melawan dan dua belas lainnya
tak memiliki luka yang berarti, mereka hanya mendapari luka-luka lebab saat
melawan petugas. Tak hanya para komplotan itu saja yang terluka 4 anggota
polisi juga mendapatkan luka-luka yang cukup serius seperti salah satunya yang
terkena tusukan pisau di bagian perutnya.
Dengan
ditemukannya tiga rumah ini membuat Raffi dan timnya semakin bersemangat untuk
mengusut tuntas kasus ini dan membawa dalang utamanya kepengadilan untuk
dijatuhi hukuman yang setimpal.
Jarum
jam menunjukkan pukul enam pagi Nagita masih terlelap di kasur klinik yang
semalam dia tempati saat tak sadarkan diri.
"Permisi"
Raffi mengetuk pintu ruangan itu dan itu membuat Nagita terbangun
"Ya?"
Jawab Nagita berusaha bangkit dari tidurnya.
"Saya
tunggu diluar 3 menit. Kalau anda mau saya antar pulang" ucap Raffi lalu
terdengar langkah kakinya yang mulai menjauh.
Mendengar
itu spontan Nagita turun dari kasur itu dan sedikit merapikan rambutnya
kemudian menyusul Raffi diluar. Saat keluar dari rungangan itu Nagit masih dapt
melihat Raffi berjalan dengan kaki jenjangnya dengan sedikit berlari Nagita
berusaha menyusul Raffi hingga ke parkiran.
"Naik"
perintah Raffi yang langsung dituruti oleh Nagita.
Didalam
mobil tak ada yang memulai untuk berbicara. Raffi fokus dengan jalanan
didepannya yang masih terlihat senggang sedangkan Nagita mulai terkantuk-kantuk
salahkan saja Raffi dan Azka yang menanyainya dijam orang seharusnya tengah
tidur.
Suara
dering ponsel Raffi terdengar memecahkan keheningan didalam mobil itu. Raffi
menepikan mobilnya memasangkan headset di ponselnya kemudian menjawab panggilan
itu dan kembali melajukan mobilnya.
"Halo?"
"......"
"Dijalan, sebentar lagi sampai rumah"
"......"
"Firra ini Bukan masalah besar jadi tenanglah dan gue baik-baik saja"
"......"
"Ya" ucap Raffi diakhir panggilan itu
"......"
"Dijalan, sebentar lagi sampai rumah"
"......"
"Firra ini Bukan masalah besar jadi tenanglah dan gue baik-baik saja"
"......"
"Ya" ucap Raffi diakhir panggilan itu
Bukan
masalah besar kayanya? Dia nyaris mati tertembak bukan masalah besar katanya
dasar gila! Cibir Nagita dalam hatinya
"Itu
dokter Firra ya pak?" Tanya Nagita berusaha memulai percakapan yang
sialnya hanya ditanggapi oleh gumaman oleh Raffi.
Nagita
menjadi tak lagi berminat memulai obrolan karna tanggapan Raffi itu hingga mata
Nagita pada lengan kanan Raffi yang dipenuhi luka seperti terkena kuku
seseorang. Nagita meringis saat menyadari jika luka-luka kecil itu pasti
berasal dari kukunya yang tadi malam begitu kuat memegani tangan Raffi karna
ketakutan.
"Sakit
ga pak?" Tanya Nagita tapi matanya terus menatap luka-luka ditangan Raffi
"Apanya?"
Tanya Raffi tak mengerti lalu mengikuti arah pandangan Nagita
"Bukan masalah" jawab Raffi acuh dan kembali fokus pada jalanan
"Bukan masalah" jawab Raffi acuh dan kembali fokus pada jalanan
"Maaf
ya pak. Karna saya tangan bapak luka-luka gitu" ucap Nagita nyaris
menangis
"Saya
bilang bukan masalah, saya dan tim saya yang hanrusnya berterima kasih karna
anda membantu kami menemukan tempat itu"
"Tapi
luka-luka itu"
"Jangan
dibahas lagi" Ucap Raffi bersamaan dengan mobil yang dia kendarai berhenti
didepan rumah Nagita.
"Hmm
kalau gitu saya masuk dulu permisi pak, trimakasih sudah menghantarkan saya dan
sekali maat soal itu" ucap Nagita kemudian keluar dari mobil
Raffi
menurunkan kac mobilnya "masuk" ucap Raffi
Nagita
mengangguk "trimakasih pak" ucap Nagita lagi yang dibalas anggukan
kecil oleh Raffi.
Raffi
baru menjalankan mobilnya saat Nagita masuk kedalam rumah dan menutup pintunya.
Hal
yang pertama dilakukan Nagita saat berada dirumah yaitu mengisi batre ponselnya
dia harus menghubungi Reinka dia tak mau membuat Reinka khawatir. Dan benar
saja begitu Nagita menyalakan Ponselnya pesan singkan dari Reinka langsug
menyerbunya. Tanpa pikir panjang Nagita langsung menghubungi Reinka.
"Halo
mbak"
"....."
"Maaf mbak hp aku lowbat semalam"
"....."
"Aku ga papa kok. Mbak ga usah khawatir"
"......"
"Oo ya gapapa kok mbak"
"....."
"Walaikumsallam" Nagita mengakhiri panggilannya kemudian pergi mandi karna dia masih harus mengajar.
"....."
"Maaf mbak hp aku lowbat semalam"
"....."
"Aku ga papa kok. Mbak ga usah khawatir"
"......"
"Oo ya gapapa kok mbak"
"....."
"Walaikumsallam" Nagita mengakhiri panggilannya kemudian pergi mandi karna dia masih harus mengajar.
Raffi
baru saja masuk kedalam rumah dan mendapati Firra yang menatapnya dengan tatapan
cemas.
"Akhirnya
lo pulang juga" Firra menghembuskan nafasnya lega entah mengapa dari
semalam begitu dia tau Raffi pergi Firra merasa sesuatu yang buruk terjadi pada
kembarannya ini.
"Kenapa?"
Tanya Raffi
"Lo
baik-baik aja kan? Perasaan gue ga enak dari semalam, lo darimana sih?"
"Gue
baik-baik aja. Itu cuma perasaan lo aja. Gue dari kantor"
"Dengan
pakaian begini?" Firra menatap Raffi dari atas hingga bawah.
"semalam
buru-buru gue ga sempat ganti celana, udah akh lo udah sarapan?"
Firra
mendengus mendengar jawaban Raffi tapi tetap mengangguk menjawab pertanyaan
Raffi.
Namun
tanpa sengaja Firra menatap luka-luka kecil di tangan Raffi, dengan cepat Firra
menarik tangan Raffi dan memperhatikan luka-luka itu dengan seksama
"Ini
kenapa?"
"cuma
luka kecil"
"Raffi
lo berantem ama siapa? Sama ban*i taman lawang? Gue yakin ini pasti bekas
kuku"
"Gue
sama sekali ga ketemu ban*i dimana pun, jadi jangan aneh-aneh"
"Tapi
itu pasti bekas kuku, lo abis dari kantor atau dari mana?"
"Dari
kantor Firra jangan mikir macem-macem"
"BOHONG!
lo kira dikantor lo ada cabe-cabean apa? Apa ini gara-gara..."
"Gue
bilang jangan mikir macem-macem. Ini cuma luka kecil tangan gue ga bakal
diamputasi cuma gara-gara ini"
Firra
memutar bola matanya malas
"udah
akh gue mau mandi" ucap Raffi lalu berlalu meninggalkan Firra namun belum
juga jauh Firra memanggilnya.
"Hmm
Raffi"
"Ya?"
Firra
terdiam sebentar. Tiba-tiba dia mengingat percakapan Raffi dan papanya semalam
"hmm ga jadi" ucap Firra akhirnya membuat Raffi menyeritkan keningnya
bingung.
Setelah
selesai mandi Raffi mengambil sarapannya kemudian membawanya ketaman belakang
rumah mereka dia berniat sarapan disana entah kenapa hanya ingin saja. Namun
ternyata Firra juga berada disana duduk dirumput agar terkena sinar matahari
sembari mengelus-elus perutnya yang sedikit membuncit mengelus-elus. Raffi
duduk dibangku tak jauh dari Firra namun Raffi berani jamin Firra tak akan
mengetahui keberadaannya sekarang karna kembarannya itu pasti sedang melamun.
Raffi makan dalam diam tak ada sedikitpun suara yang dikeluarnya hingga pada
saat akan memasukkan auapan ke empatnya dia mendengar Firra mulai berbicara
pada janinnya
"Kita
ga boleh nyusahin Om Afi ya sayang. Kamu makan mangganya nanti aja ya tunggu Daddy
pulang oke?" Raffi terhenyak mendengar perkataan Firra itu dia sama sekali
tidak pernah merasa disusahkan oleh Firra.
"Nanti
kalau kamu udah lahir kamu juga ga boleh nyusahin Om ya ga boleh minta yang
macem-macem ya sayang jangan kaya Mommy yang selalu nyusahin Om, bikin om Afi
susah terus, bikin om Afi khawatir terus sama Mommy" ucap Firra kemudian
menghapus air matanya yang sudah turun entah sejak kapan.
"Sayang,
Mommy jahat ya sama om Afi? Mommy ga pernah bikin hidup Om Afi tenang, Mommy
selalu ngerecokin hidupnya om Afi dari kecil, Mommy jahat ya?" Ucap Firra
lirih sambil membuat pola-pola tak beratusan diperutnya.
Perlahan
Raffi mendekati Firra dia duduk tepat dibelakang Firra namun tetap menjaga agar
Firra tak menyadari kehadirannya
"Dari
kecil Mommy selalu buat om Afi susah, bikin om Afi ga bisa kemana-mana, Mommy
selalu maksain om Afi biar sama Mommy terus padahal ga bisa kaya gitu kan
sayang? Harusnya Mommy ga boleh egois maksain om supaya tinggal sama Mommy,
selalu ada didekat Mommy, nurutin semua yang Mommy mau tapi Mommy ga pernah
mikirin perasaannya om Afi"
"Mommy
jahat ya sayang sama Om Afi? Tapi mulai sekarang Mommy bakal berusaha untuk ga
ngerepotin om Afi lagi kok, kamu juga ya sayang kalo kamu mau sesuatu nanti aja
kalau Daddy udah pulang" lagi-lagi Firra menghapus air matanya.
"Nanti
kita bilang ama Daddy buat pindah ya sayang"
"Jangan
berfikiran yang enggak-enggak Firra" ucap Raffi membuat Firra menoleh
seketika dan dengan kasar menghapus sisa-sisa air matanya.
"Khmmm
lo se sejak kapan disini?"
"Sejak
lo mulai bicara ngelantur"
Firra
menundukkan kepalanya tak mau melihat kearah Raffi
Raffi
menarik Firra kepelukannya dan mengelus rambut Firra dengan lembut.
"Jangan pernah mikir kaya gitu lagi, Gue Abang lo, gue kembaran lo, gue adalah lo. Gue sama sekali ga pernah ngerasa lo nyusahin gue jadi hilangin anggapan itu dari otak lo"
"Jangan pernah mikir kaya gitu lagi, Gue Abang lo, gue kembaran lo, gue adalah lo. Gue sama sekali ga pernah ngerasa lo nyusahin gue jadi hilangin anggapan itu dari otak lo"
"Maaf
hiks maafin gue Fi. Maafin gue yang selalu nyusain lo, maafin gue yang selalu
bikin Lo khawatir hiks maaf" ucap Firra sambil menangis sesegukan
dipelukkan Raffi
"Syuuut
lo ga perlu minta maaf. Lo ga salah, disini ga ada yang salah"
"Gue
salah Raffi! Gue selalu nyusahin lo, gue selalu bi...."
"Firra
dengarin gue! Gue ga suka lo ngomong gitu, gue itu kembaran lo. Lo bisa minta
apa aja sama gue tanpa terkecuali"
Firra
hanya menangis dipelukan Raffi entahlah semenjak hamil ini Firra gampang sekali
menangis seperti tadi malam saat berada dikamarnya Firra terus saja menangis.
****
"Gunakan
dua orang itu mereka tetak kelemahannya. Hancurkn mereka perlahan jika kau
salah bertindak kau akan hancur. Dia bisa menjadi lebih dari apa yang kau
fikirkan jika menyangkut orang yang disayanginya "
"Dua?
Siapa?"
"orang
yang juga ingin kau hancurkan sedari dulu"
Orang
itu tersenyum licik dia tau siapa yang dimaksud lawan bicara namun sedetik
kemudian senyum liciknya hilang tergantikan dengan raut bingung
"Kenapa
dia juga turut serta"
"Kau
akan tahu nanti"
kelinci99
BalasHapusTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino