Jumat, 15 April 2016

NEW PAPER 
Part 5
Nagita membuka matanya pelan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk kematanya dia bingung mengapa dia berada ditempat ini tapi dia yakin ini bukan dirumahnya. Nagita mencoba mengingat apa yang terjadi padanya dan saat sudah berhasil mengingatnya tubuh Nagita seketika menjadi pucat, dia merasa kedinginan namun perlahan keringat mulai keluar dari tubuhnya tangannya Gemetar dia ketakutan sunguh ketakutan.
Bagaima keadaan Raffi apa dia baik-baik saja? Apa dia terluka parah? Atau dia meninggal? Nagita menggeleng kuat tapi dia tadi mendengar suara tembakan itu suara tembakan yang berada didepannya dan dia sempat mencium bau anyir darah sesaat sebelum dia sadarkan diri Nagita melihat kearah pakainnya yang sebagian berdecak darah jika benar Raffi meninggal berarti Nagita baru saja membuat Seseorang harus merenggang nyawa didepannya karna ingin menolong dirinya.
Isak tangis Nagita terdengar tanpa bisa dia cegah isakan demi isakan terdengar begitu memilukan Nagita menyembunyikan wajahnya dengan telapak tangannya dia sungguh bodoh melibatkan orang lain dalam masalahnya hanya karna menginginkan dirinya selamat tanpa memikirkan apa yang terjadi dengan orang yang menolongnya dan sekarang dia begitu menyesal.
"Permisi anda sudah siuman?" Tanya seseorang yang entah dari mana tiba-tiba saja berdiri disamping Nagita
Nagitq menganggukkan kepalanya namun tak mau membiarkan orang itu melihat wakahnya dia masih terus menutupinya dengan telapak tangannya sendiri dan isakan tangisnya masih juga belum berhenti.
"Anda tidak perlu khawatir anda hanya syok, jadi berhentilah menangis semuanya baik-baik saja"
"Ta ta pi dia... hiks dia ter tem bak. Apa dia masih hidup?" ucap Nagita terbata
"Dia meninggal ditempat tanpa bisa ditolong, Sudah sepatutnya seperti itu"
Spontan Nagita langsung menggeserkan tangannya dan menatap orang itu dengan tatapan tidak percaya. Apa dia bagian dari orang-orang itu? Batin Nagita
"Tenanglah semuanya baik-baik saja anda tak perlu khawatir, sebentar lagi penyidik akan datang memeriksa anda sebagai saksi, kalau begitu saya permisi dulu" ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Nagita.
Perkataan terakhir orang itu membuat Nagita bingung sebenarnya siapa orang itu? Apa dia bagian dari Raffi atau bagian dari orang-orang yang menculiknya? Cukup lama Nagita bergelut dengan fikirannya sendiri hingga seseorang berbadan tegap dan berpakaian polisi datang menghampirinya
"Permisi Saudari Nagita Syafiana Denen?"
Nagita menganggukkan kepalanya.
"Anda diminta untuk segera ke ruang pemeriksaan, anda diperiksa sebagai saksi dalam pekara ini. Mari ikut saya"
Nagita lagi-lagi hanya mengangguk kemudian mengikuti polisi itu hingga kesebuah ruangan yang hanya ada satu orang polisi yang duduk dedepan laptop nya.
Nagita dipersilahkan duduk didepan orang itu dan tanpa bertanya Nagita menurutinya.
Nagita mengenal orang didepannya orang itu sama dengan polisi yang datang beberapa waktu lalu kerumahnya bersama Raffi dan kalau Nagita tak salah ingat namanya Azka
"Bagaimana kondisi anda? Apa sudah baikkan?" Tanya Azka
Nagita hanya menganggukkan kepalanya sungguh dia bingung harus seperti apa sekarang.
"Tidak perlu khawatir anda hanya menjadi saksi, kami hanya ingin menyampaikan apa saya yang anda ketahui tentang komplotan itu dan saya harap anda bisa membantu kami dalam kasus ini agar se....."
Suara ketukan pintu mengintrupsi perkataan Azka
"Masuk" ucap Azka
Kemudian masuklah seseorang dengan kaos polo hitam dan jaket kulit coklat yang berada di tangannya dipadukan dengan celana pendek santai selutut dengan wajah yang huft susah untuk dejelaskan. Melihat orang itu Nagita membelalakkan matanya tak percaya.
"Sudah diperiksa?" Tanyanya
"Belum kapt ini baru mau dimulai"
"Lanjutkan" ucapnya kemudian duduk di kursi disamping Azka sedikit menundukkan kepalanya dan memijit pelan pelipisnya
Mata Nagita terus memperhatikan setiap gerakkan Raffi tanpan mengalihkan pandangan kemanapun tatapannya hanya berpusat pada satu orang yaitu Raffi
"Khm saya tau atasan saya terlihat menakutkan tapi saya tidak tahu kalau dia dapat membuat anda seperti orang yang melihat hantu disiang bolong" ucap Azka yang mampu membuat perhatian Nagita sedikit teralihkan dengan menatap Azka sebentar.
Raffi mengangkat kepalanya menatap Nagita dan Azka bergantian kemudian bersikap acuh dan kembali menundukkan kepalanya dan kali ini memijit pelan tengkuknya.
"Harusnya cari istri kapten biar ada yang mijitin" celetuk Azka pelan namun masih bisa dengar oleh Raffi dan dibalas dengusan kecil olehnyaa
"Ba pak masih hidup?" Tanya Nagita membuat kedua orang didepannya kontan menatap Nagita kemudian saling bertukar pandangan.
"Masih!" Jawab Raffi kemudian kembali bersikap acuh
Manusia seperti apa ini? Ditanya masih hidup dalam keadaan serius acuh nya bukan main batin Azka.
"Ternyata anda benar-benar mengira atasan saya hantu?" Tanya Azka tak percaya pada Nagita dan dwngan cepat dijawab dengan anggukkan oleh Nagita
"Kenapa anda bisa berfikir seperti itu?"
"Bukannya pak Raffi tertembak? Dan orang yang menemui saya diruangan tadi juga mengatakan jika pak Raffi meninggal"
"Hahahahahaha" kontan tawa Azka pecah mendengar perkataan Nagita
"Jadi haha an haha" Azka benar benar tidak bisa menahan tawanya
"Berhentilah tertawa dan lakukan pekerjaan mu" ucap Raffi datar tanpa menoleh ke Azka.
"Khmm oke oke" Azka menarik Nafasnya dalam dan mengeluarkannya perlahan dia melakukan itu beberapa kali hingga dia bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa
"Ok buang jauh-jauh fikiran anda tentang atasan saya yang tertembak lalu mati karna dia yang menembak jadi tidak mungkin dia mati"
Nagita yang mendengarnya hanya tercengang kapan Raffi menembak? Nagita sama sekali tidak melihat Raffi memegang pistol saat itu.
"Susahlah jangan terlalu difikirkan bisa kita mulai mendengarkan kesaksian anda?" Tanya Azka yang dibalas dengan anggukkan oleh Nagita.
Nagita pun menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan Azka dengan sebaik-baiknya hingga Raffi mulai ikut bertanya Nagita terlihat sedikit gugup.
"Siapa Tian?" Tanya Raffi santai namun berefek lain pada Nagita yang hanya diam tak langsung menjawab seperti tadi.
"Tian?" Ulang Nagita dia takut dia hanya salah dengar lagian dari mana Raffi tau soal Tian pikirnya.
"Sambungan ponsel anda sama sekali berlum terputus saat anda berbicara dengan orang itu, jadi saya mendengar semua percakapan kalian sekarang anda bisa jelaskan siapa Tian?" Ucap Raffi
"Tian abang saya tapi dia sudah meninggal sekitar 7 bulan lalu jadi tidak mungkin kalau dia Tian, Tian sudah meninggal dan jika Tian masih hidul dia tidak mungkin terlibat dalam masalah ini"
"Tapi faktanya dia berbicara dengan Anda"
"Aku sama sekali ga liat wajahnya bisa saja dia orang lain yang mengaku-ngaku Tian. Dia pasti bukan Tian, Tian sudah meninggal aku ikut di pemakamannya jadi itu bukan Tian itu pasti bikan Tian" bantah Nagita yang mulai menangis Tak mungkin Tian seperti itu, Tiqn adalah laki-laki yang paling baik yang pernah dikenalnya.
"apa penyebab meninggalnya Tian?" Kini kembali Azka yang memberikan pertanyaan
"Kebakaran" ucap Nagita lirih dia sungguh tak mau jika harus mengingat kejadian itu lagi dia benci karna itu membuat dia kehilangan Abang nya
"Bisa anda ceritakan?"
Cukup lama Nagita terdiam kemudian menganggukkan kepalanya pelan.
"Saya tidak terlalu detail mengetahui kejadiannya. Waktu itu Tian menginap dirumah temannya dan entah apa yang terjadi hingga rumah temannya itu hingga terbakar namun yang pasti saat api sudah mulai padam Tian ditemukan di bawah teruntukan rumah dan sudah tidak bernyawa lagi" jelas Nagita
"Bagaimana anda bisa yakin kalau itu Tian? Bagaimana kalau yernyata orang itu temannya, apa wajahnya masih terlihat?"
Nagita menggeleng "pada saat itu wajah Tian sama sekali tak bisa dikenali namun saat diidentifikasi semua mengatakan kalau itu adalah Jenazah Tian"
"Ok baik lah kami yang akan mencari tau siapa orang yang mengaku Tian itu" ucap Azka
"Apa anda mengenal orang yang dipanggil Res?" Tanya Raffi
"Restian, itu namanya selain aku semua orang memanggilnya Res" jawab Nagita
Raffi dan Azka mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mereka berdua memiliki jalan fikiran yang sama.
"Baiklah terima kasih telah membantu kami, anda boleh pulang sekarang" ucap Azka
Nagita mengangguk kemudian melirik ke arah jam dinding yang berada disebelah Kirinya yang menunjukkan pukul Tiga pagi. Nagita menelan saliva nya benar saja? Dia tak mungkin pulang sendirian jam segini sendirian dan lagipula Nagita sama sekali tak tahu sedang berada dimana dia sekarang ini.
Raffi memahami pemikiran Nagita langsung menyuruhnya untuk istirahat dulu
"Kembali saja keklinik tadi, jika hari sudah terang anda bisa pulang" ucap Raffi bangkit dari duduknya dan pergi ke toilet.
"Turuti saja apa katanya" ucap Azka yang dijawab anggukkan oleh Nagita kemudian pergi keklinik tadi.
Sekembalinya dari toilet Raffi dan Azka langsung membahas tentang masalah ini. Di tiga rumah yang salah satunya menjadi tempat penyekapan Nagita itu mereka menemukan jika ketiga rumah itu merupakan tempat pembuatan barang-barang haram. Dirumah yang paling kanan merupakan tempat mereka beracik barang-barang haram tersebut. Dirumah yang kedua merupakan tempat mereka menyimpan hasil racikan obat-obatan itu mereka menyimpannya di ruang bawah tanah dan saat dilakukan pemeriksaan Raffi dan timnya menemukan berton-ton barang haram itu. Dan rumah disebelah Kiri mereka jadikan sebagai tempat transaksi dan menyimpan uang hasil penjualan obat-obatan itu. Raffi dan timnya berhadil meringkus 19 orang dari ketiga rumah itu salah satu dari mereka tewas tertembak oleh Raffi, enam orang juga mendapat tembakan dikaki mereka karen berusaha kabur dan melawan dan dua belas lainnya tak memiliki luka yang berarti, mereka hanya mendapari luka-luka lebab saat melawan petugas. Tak hanya para komplotan itu saja yang terluka 4 anggota polisi juga mendapatkan luka-luka yang cukup serius seperti salah satunya yang terkena tusukan pisau di bagian perutnya.
Dengan ditemukannya tiga rumah ini membuat Raffi dan timnya semakin bersemangat untuk mengusut tuntas kasus ini dan membawa dalang utamanya kepengadilan untuk dijatuhi hukuman yang setimpal.
Jarum jam menunjukkan pukul enam pagi Nagita masih terlelap di kasur klinik yang semalam dia tempati saat tak sadarkan diri.
"Permisi" Raffi mengetuk pintu ruangan itu dan itu membuat Nagita terbangun
"Ya?" Jawab Nagita berusaha bangkit dari tidurnya.
"Saya tunggu diluar 3 menit. Kalau anda mau saya antar pulang" ucap Raffi lalu terdengar langkah kakinya yang mulai menjauh.
Mendengar itu spontan Nagita turun dari kasur itu dan sedikit merapikan rambutnya kemudian menyusul Raffi diluar. Saat keluar dari rungangan itu Nagit masih dapt melihat Raffi berjalan dengan kaki jenjangnya dengan sedikit berlari Nagita berusaha menyusul Raffi hingga ke parkiran.
"Naik" perintah Raffi yang langsung dituruti oleh Nagita.
Didalam mobil tak ada yang memulai untuk berbicara. Raffi fokus dengan jalanan didepannya yang masih terlihat senggang sedangkan Nagita mulai terkantuk-kantuk salahkan saja Raffi dan Azka yang menanyainya dijam orang seharusnya tengah tidur.
Suara dering ponsel Raffi terdengar memecahkan keheningan didalam mobil itu. Raffi menepikan mobilnya memasangkan headset di ponselnya kemudian menjawab panggilan itu dan kembali melajukan mobilnya.
"Halo?"
"......"
"Dijalan, sebentar lagi sampai rumah"
"......"
"Firra ini Bukan masalah besar jadi tenanglah dan gue baik-baik saja"
"......"
"Ya" ucap Raffi diakhir panggilan itu
Bukan masalah besar kayanya? Dia nyaris mati tertembak bukan masalah besar katanya dasar gila! Cibir Nagita dalam hatinya
"Itu dokter Firra ya pak?" Tanya Nagita berusaha memulai percakapan yang sialnya hanya ditanggapi oleh gumaman oleh Raffi.
Nagita menjadi tak lagi berminat memulai obrolan karna tanggapan Raffi itu hingga mata Nagita pada lengan kanan Raffi yang dipenuhi luka seperti terkena kuku seseorang. Nagita meringis saat menyadari jika luka-luka kecil itu pasti berasal dari kukunya yang tadi malam begitu kuat memegani tangan Raffi karna ketakutan.
"Sakit ga pak?" Tanya Nagita tapi matanya terus menatap luka-luka ditangan Raffi
"Apanya?" Tanya Raffi tak mengerti lalu mengikuti arah pandangan Nagita
"Bukan masalah" jawab Raffi acuh dan kembali fokus pada jalanan
"Maaf ya pak. Karna saya tangan bapak luka-luka gitu" ucap Nagita nyaris menangis
"Saya bilang bukan masalah, saya dan tim saya yang hanrusnya berterima kasih karna anda membantu kami menemukan tempat itu"
"Tapi luka-luka itu"
"Jangan dibahas lagi" Ucap Raffi bersamaan dengan mobil yang dia kendarai berhenti didepan rumah Nagita.
"Hmm kalau gitu saya masuk dulu permisi pak, trimakasih sudah menghantarkan saya dan sekali maat soal itu" ucap Nagita kemudian keluar dari mobil
Raffi menurunkan kac mobilnya "masuk" ucap Raffi
Nagita mengangguk "trimakasih pak" ucap Nagita lagi yang dibalas anggukan kecil oleh Raffi.
Raffi baru menjalankan mobilnya saat Nagita masuk kedalam rumah dan menutup pintunya.
Hal yang pertama dilakukan Nagita saat berada dirumah yaitu mengisi batre ponselnya dia harus menghubungi Reinka dia tak mau membuat Reinka khawatir. Dan benar saja begitu Nagita menyalakan Ponselnya pesan singkan dari Reinka langsug menyerbunya. Tanpa pikir panjang Nagita langsung menghubungi Reinka.
"Halo mbak"
"....." 
"Maaf mbak hp aku lowbat semalam"
"....."
"Aku ga papa kok. Mbak ga usah khawatir"
"......"
"Oo ya gapapa kok mbak"
"....."
"Walaikumsallam" Nagita mengakhiri panggilannya kemudian pergi mandi karna dia masih harus mengajar.
Raffi baru saja masuk kedalam rumah dan mendapati Firra yang menatapnya dengan tatapan cemas.
"Akhirnya lo pulang juga" Firra menghembuskan nafasnya lega entah mengapa dari semalam begitu dia tau Raffi pergi Firra merasa sesuatu yang buruk terjadi pada kembarannya ini.
"Kenapa?" Tanya Raffi
"Lo baik-baik aja kan? Perasaan gue ga enak dari semalam, lo darimana sih?"
"Gue baik-baik aja. Itu cuma perasaan lo aja. Gue dari kantor"
"Dengan pakaian begini?" Firra menatap Raffi dari atas hingga bawah.
"semalam buru-buru gue ga sempat ganti celana, udah akh lo udah sarapan?"
Firra mendengus mendengar jawaban Raffi tapi tetap mengangguk menjawab pertanyaan Raffi.
Namun tanpa sengaja Firra menatap luka-luka kecil di tangan Raffi, dengan cepat Firra menarik tangan Raffi dan memperhatikan luka-luka itu dengan seksama
"Ini kenapa?"
"cuma luka kecil"
"Raffi lo berantem ama siapa? Sama ban*i taman lawang? Gue yakin ini pasti bekas kuku"
"Gue sama sekali ga ketemu ban*i dimana pun, jadi jangan aneh-aneh"
"Tapi itu pasti bekas kuku, lo abis dari kantor atau dari mana?"
"Dari kantor Firra jangan mikir macem-macem"
"BOHONG! lo kira dikantor lo ada cabe-cabean apa? Apa ini gara-gara..."
"Gue bilang jangan mikir macem-macem. Ini cuma luka kecil tangan gue ga bakal diamputasi cuma gara-gara ini"
Firra memutar bola matanya malas
"udah akh gue mau mandi" ucap Raffi lalu berlalu meninggalkan Firra namun belum juga jauh Firra memanggilnya.
"Hmm Raffi"
"Ya?"
Firra terdiam sebentar. Tiba-tiba dia mengingat percakapan Raffi dan papanya semalam "hmm ga jadi" ucap Firra akhirnya membuat Raffi menyeritkan keningnya bingung.
Setelah selesai mandi Raffi mengambil sarapannya kemudian membawanya ketaman belakang rumah mereka dia berniat sarapan disana entah kenapa hanya ingin saja. Namun ternyata Firra juga berada disana duduk dirumput agar terkena sinar matahari sembari mengelus-elus perutnya yang sedikit membuncit mengelus-elus. Raffi duduk dibangku tak jauh dari Firra namun Raffi berani jamin Firra tak akan mengetahui keberadaannya sekarang karna kembarannya itu pasti sedang melamun. Raffi makan dalam diam tak ada sedikitpun suara yang dikeluarnya hingga pada saat akan memasukkan auapan ke empatnya dia mendengar Firra mulai berbicara pada janinnya
"Kita ga boleh nyusahin Om Afi ya sayang. Kamu makan mangganya nanti aja ya tunggu Daddy pulang oke?" Raffi terhenyak mendengar perkataan Firra itu dia sama sekali tidak pernah merasa disusahkan oleh Firra.
"Nanti kalau kamu udah lahir kamu juga ga boleh nyusahin Om ya ga boleh minta yang macem-macem ya sayang jangan kaya Mommy yang selalu nyusahin Om, bikin om Afi susah terus, bikin om Afi khawatir terus sama Mommy" ucap Firra kemudian menghapus air matanya yang sudah turun entah sejak kapan.
"Sayang, Mommy jahat ya sama om Afi? Mommy ga pernah bikin hidup Om Afi tenang, Mommy selalu ngerecokin hidupnya om Afi dari kecil, Mommy jahat ya?" Ucap Firra lirih sambil membuat pola-pola tak beratusan diperutnya.
Perlahan Raffi mendekati Firra dia duduk tepat dibelakang Firra namun tetap menjaga agar Firra tak menyadari kehadirannya
"Dari kecil Mommy selalu buat om Afi susah, bikin om Afi ga bisa kemana-mana, Mommy selalu maksain om Afi biar sama Mommy terus padahal ga bisa kaya gitu kan sayang? Harusnya Mommy ga boleh egois maksain om supaya tinggal sama Mommy, selalu ada didekat Mommy, nurutin semua yang Mommy mau tapi Mommy ga pernah mikirin perasaannya om Afi"
"Mommy jahat ya sayang sama Om Afi? Tapi mulai sekarang Mommy bakal berusaha untuk ga ngerepotin om Afi lagi kok, kamu juga ya sayang kalo kamu mau sesuatu nanti aja kalau Daddy udah pulang" lagi-lagi Firra menghapus air matanya.
"Nanti kita bilang ama Daddy buat pindah ya sayang"
"Jangan berfikiran yang enggak-enggak Firra" ucap Raffi membuat Firra menoleh seketika dan dengan kasar menghapus sisa-sisa air matanya.
"Khmmm lo se sejak kapan disini?"
"Sejak lo mulai bicara ngelantur"
Firra menundukkan kepalanya tak mau melihat kearah Raffi
Raffi menarik Firra kepelukannya dan mengelus rambut Firra dengan lembut.
"Jangan pernah mikir kaya gitu lagi, Gue Abang lo, gue kembaran lo, gue adalah lo. Gue sama sekali ga pernah ngerasa lo nyusahin gue jadi hilangin anggapan itu dari otak lo"
"Maaf hiks maafin gue Fi. Maafin gue yang selalu nyusain lo, maafin gue yang selalu bikin Lo khawatir hiks maaf" ucap Firra sambil menangis sesegukan dipelukkan Raffi
"Syuuut lo ga perlu minta maaf. Lo ga salah, disini ga ada yang salah"
"Gue salah Raffi! Gue selalu nyusahin lo, gue selalu bi...."
"Firra dengarin gue! Gue ga suka lo ngomong gitu, gue itu kembaran lo. Lo bisa minta apa aja sama gue tanpa terkecuali"
Firra hanya menangis dipelukan Raffi entahlah semenjak hamil ini Firra gampang sekali menangis seperti tadi malam saat berada dikamarnya Firra terus saja menangis.
****
"Gunakan dua orang itu mereka tetak kelemahannya. Hancurkn mereka perlahan jika kau salah bertindak kau akan hancur. Dia bisa menjadi lebih dari apa yang kau fikirkan jika menyangkut orang yang disayanginya "
"Dua? Siapa?"
"orang yang juga ingin kau hancurkan sedari dulu"
Orang itu tersenyum licik dia tau siapa yang dimaksud lawan bicara namun sedetik kemudian senyum liciknya hilang tergantikan dengan raut bingung
"Kenapa dia juga turut serta"
"Kau akan tahu nanti"

1 komentar:

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    BalasHapus