NEW PAPER
Part 10
Part 10
Raffi dan Qeandra hanya diam, saling memandang satu sama lain. Sudah lebih dari sepuluh menit Raffi dan Qeandra berada disini namun tak sepatah katapun yang keluar dari mulut Qeandra tentang 'hal penting' yang ingin ia bicarakan hingga rela terbang dari Jakarta kesini.
Raffi terlihat mulai jengah dengan keadaan yang menurutnya begitu membosankan ini, namun dia juga penasaran dengan apa yang akan dikatakan om-nya ini.
Qeandra menghela nafas panjang lalu mencondongkan duduknya agar lebih dekat dengan keponakannya, menumpukan berat badannya pada kedua sikunya yang diletakkan dimeja berbentuk bundar yang memisahkan mereka.
"Kau serius dengan gadis itu? Dia terlihat baik" ucap Qeandera membuat Raffi menyeritkan keningnya bingung siapa yang dimaksud 'gadis itu' oleh om-nya
"Siapa maksud om?"
"Nagita, ya anak itu terlihat baik. Apa kau serius dengannya" Qeandra mengulangi perkataannya.
Raffi menghela nafas dan berusaha untuk tidak memutar bola matanya jengah. Dia sudah menjelaskan kenapa Nagita bisa tinggal bersama mereka lalu kenapa om-nya ini seolah tak percaya dengan apa yang dia katakan tadi. Bahkan Nagita juga tadi sudah mengatakan bahwa mereka tak mempunyai hubungan apa-apa.
"Om kita udah bahas ini tadi, kenapa dibahas lagi?"
"Om hanya memastikan saja, kalau memang kau sudah mempunyai calon om akan mengurungkan niat om untuk menjodohkan mu dengan seorang Pramugari dari maskapai tempat om bekerja"
Raffi merasa seperti disambar petir disiang bolong. Bagaimana bisa om-nya ini memikirkan tentang perjodohan dirinya! Ini bukan cerita Siti Nurbaya ataupun cerita-cerita di novel. Ini kehidupan nyatanya sedetik pun tak pernah terlintas dibenaknya untuk melakukan perjodohan apapun.
"Om, Raffi rasa Raffi masih bisa mencari pendamping hidup Raffi sendiri tanpa adanya perjodoh-jodohan seperti ini" ucap Raffi berusaha terlihat santai.
"Hei kapten, kau selalu mengatakan itu sejak lima tahun lalu tapi nyatanya kau belum juga menikah hingga sekarang"
"Om, umur Raffi masih 31 tidak ada yang perlu diburu-buru"
Qeandra menghela nafas dan menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan jalan fikiran keponakannya ini, bagaimana bisa dia mengatakan diumur ke 31 tak ada yang perlu diburu-buru. Bahkan kedua anak kembarnya yang masih berumur 29 tahun saja sudah menikah dan mempunyai anak-anak yang lucu.
"Raffi umurmu sudah Ti.ga.pu.luh sa.tu bukan masih tiga puluh satu. Kau sudah pantas menjadi seorang suami bahkan soerang ayah"
"Om apapun alasan om menjodohkan Raffi dengan siapapun disana, itu adalah hal yang buruk. Raffi akan mencarinya sendiri" ucap Raffi namun tiba-tiba sosok Nagita melintas difikirannya membuatnya bertanya-tanya ada apa dengannya?
"Raffi kau bisa berkenalan dulu dengannya, dia anak yang baik, pintar, dan juga cantik. Profesinya sama seperti mama mu, apa salahnya kalau kau mencoba dulu?" Qeandra menarik nafas dalam kemudian melepaskannya perlahan seperti ada sesuatu yang begitu ingin disampaikannya saat ini namun seolah-olah sesuatu mengganjalnya untuk mulai berbicara.
"Mamamu, seperti yang om bilang tadi dirumah, hampir tiap hari dia datang kemimpi om, menyuruh om agar mengingatkanmu tentang hal ini. Entah apa yang membuat mamamu terus mendatangi Om padahal kalau difikir-fikir seharusnya dia mengatakan hal ini pada Papa mu. Mamamu satu-satunya saudara perempuan ku, semasa hidup dia sangat jarang meminta apapun dari kami,tapi sekarang disaat disudah tak ada lagi dia memintaku untuk menasehatimu agar segera menikah, dan asal kau tau om tidak sanggup menolak permintaannya" ada guratan kesedian diwajah Qeandra saat mengatakan hal itu tapi dia memang harus mengatakan hal itu pada Raffi.
"Raffi mengerti, tapi apa harus dengan cara dijodohkan seperti ini?"
Kali ini Raffi yang menghela nafas panjang, perkataan om-nya ada benarnya namun entah lah hatinya tak pernah menerima hal ini.
"Besok dia ke Semarang, kalau sempat temui dia"
Raffi membelalakkan matanya tak percaya, bagaimana bisa om-nya ini seperti sudah mengatur semuanya padahal dia bahkan belum menyetujui hal yang menurutnya konyol ini.
"Jangan mikir om memintanya kesini, kebetulan dia tugas kesini mungkin kau bisa menemaninya jalan-jalan sebentar"
"Raffi harus kerja om, ada kasus yang harus Raffi tangani" kilah Raffi cepat
"Om tahu kau hanya berbohong, tak ada salahnya sekedar berkenalan dulu" Qeandra mengeluarkan ponselnya dan menunjukkannya pada Raffi.
"Namanya Cherly, dia anak teman om sesama pilot"
"Namanya Cherly, dia anak teman om sesama pilot"
Raffi melihat dengan malas foto gadis yang berada diponsel Qeandra, namun harus Raffi akui gadis itu memang cantik, dengan tinggi yang Raffi perkira di atas rata-rata perempuan Indonesia, kulitnya putih, dan senyumnya yang cukup menawan namun Raffi tau itu senyuman yang selalu dia berikan pada semua penumpang pesawatnya.
"kalau tante tau om menyimpan foto cewek lain, om bisa di gugat cerai sama tante"
"Hahaha kau ini mau mentakut-takutin om heh? tante mu sudah tau tentang hal ini jadi kau tenang saja om mu ini tak akan menjadi duda di umur 55 ini"
"Terserah"
"Sudahlah, pokoknya besok kau harus menemuinya di bandara"
"Kalau sempat" tambah Raffi
"Terserah mu lah nak"
☆☆☆☆☆
Malam harinya saat semua orang sudah terlelap Firra keluar dari kamarnya untuk mengambil minum namun ternyata Qeandra juga berada disana sepertinya juga melakukan hal yang ingin Firra lakukan.
"Om belum tidur?" Ucap Firra berhasil membuat om-nya itu kaget.
"Firra kau mengagetkan om"
"Hehe maaf om, om ngapain?" Tanya Firra sambil mengambil air untuk dirinya
"Om haus, sama seperti mu"
"Om mau lanjut tidur?"
"Ini sudah jam empat, sepertinya om tidak bisa tidur lagi"
"Mau cerita ga sama Firra? Firra juga ga bisa tidur"
"Cerita apa?" Kali ini Qeandra sudah duduk dimeja makan diikuti ole Firra
"Tadi om ngomong apa aja sama Raffi?"
"Kalau om memberitahu mu buat apa om bicara berdua saja dengan Raffi? Lebih baik om membicarakannya didepan mu agar tidak bercerita dua kali"
"Oooh jadi main rahasia-rahasian nih? Padahal Firra tadinya pengen ngasih tau seauatu sama om tapi karna omnya keburu sok rahasia-rahasian Firra ga jadi ngasih taunya"
"Hey tidak semuanya yang ada didunia ini kau harus mengetahuinya"
"Ck yang tua selalu benar"
"kau mengatain om mu sudah tua? Sungguh tidak sopan!"
"Emang om udah tua! Oh ia om,menurut om Nagita gimana? Cocok ga kalau jadi istrinya Raffi? Mereka cuma beda enam tahun kok"
"Dia kelihatannya baik, tapi mereka tidak punya hubungan apa-apa"
"Emang sih, tapi nih ya om" Firra menegakkan duduknya terlihat sekali bahwa dia begitu bersemangat untuk menceritakan yang satu ini.
"Apa?"
"Kemaren mereka itu hampir ciuman di ruang TV Kalau aja ponsel Raffi ga bunyi"
"Hah? Kamu serius? Gimana bisa?"
"Jadi waktu itu....." Firra pun menceritakan semuanya dari mulai Nagita yang jatuh hingga berlari masuk kekamar.
"Dan om tau? Raffi harus mm....."
"Hey jangan diteruskan om tau itu! Dasar anak satu itu!"
"Hahaha trus nih ya om tadi pagi waktu sarapan Raffi sampe kesedak kopi gara-gara Firra tanya dia ga ngapa-ngapain Nagita. Lucu banget om mukanya ampe merah gitu hahaha"
"Kamu ini kalau kembaranmu mati karna tersedak kopi gimana?"
"Hahaha jangan dong om, setidaknya mati karna ditembak waktu tugas itu jauuuh lebih keren dari pada mati tersedak kopi"
"Kau mendoakan kembaranmu mati tertembak heh?"
"Hahaha enggak kok om becanda"
☆☆☆☆☆
"Uuuhhh om benaran mau pulang sekarang? ga nginep satu malam lagi disini? Biar ketemu sama papa, besok Papa pulang" ucap Firra saat menghantarkan Qeandra hingga depan rumah.
"Lusa om harus tugas, kasian tante mu dirumah sendirian" Qeandra mengacak-acak rambut Firra sambil tersenyum kepada keponakannya yang sudah dianggapnya seperti anak perempuannya sendiri yang tak pernah dia miliki.
"Kan ada Ardan sama Arsen" ucap Firra menyebutkan dua nama anak kembar Qeandra.
"Mereka sedang tugas lagian mereka sudah menikah dan tidak tinggal dirumah lagi"
"hmmm ya sudah" akhirnya Firra menyerah untuk membujuk om-nya agar tak pulang "salam buat tante. Salam juga buat Doeble Ar" Firra menyunggingkan senyumannya mengingat Dua sepupunya yang jarang ditemuinya itu "akh ia salam juga buat semua keponakanku, bilang sama meraka kalau sebentar lagi mereka akan membunyai saudara baru" Firra mengelus-elus perutnya yang mulai membuncit.
"Firra kalau lo terus bicara om Qeandra bakal ketinggalan pesawat" ucap Raffi yang sedari tadi hanya diam.
"Huh pesawatnya ga bakal terbang kalo pilotnya ga ada" bantah Firra
"Om bukan pilotnya sayang" Qeandra tersenyum dan kembali mengacak rambut Firra gemas " yasudah om pulang dulu, kasian Taxi nya udah nungguin, lagian kalian juga harus berangkat kerja"
"Hati-hati om, maaf Raffi ga bisa nganterin kebandara" Ucap Raffi
Qeandra menepuk bahu Raffi "bukan masalah, kapan-kapan pulanglah ke Jakarta"
Raffi hanya menganggukkan kepalannya.
"Ha iya Nagita, kalau keponakan om yang satu ini berbuat yang macam-macam dengan mu laporkan pada om, om ga mau dengar kalian timpa-timpahan lagi duruang TV. Ya sudah om pamit" Qeandra berjalan meninggalkan tiga orang didepan pintu dengan muka tecengang dan pura-pura bodoh.
Nagita dan Raffi saling menatap satu sama lain dengan tatapan saling menuduh siapa yang memberi tahu Qeandra tentang kejadian malam itu. Mereka berdua sama-sama tak memberitahu hal itu pada siapapun dan pada saat itu Qeandra bahkan tidak ada dirumah bagaimana dia bisa tahu. Lalu pandangan mereka mengarah pada Firra yang memasang wajah pura-pura bodoh seakan menyiratkan 'gue ga ngerti sama sekali!' Padahal dalam hati dia mamerutuki Qeandra yang berbicara seperti itu!.
"Udah ayo nanti telat, gue ada operasi" Firra langsung meninggalkan kedua orang yang menatapnya curiga, dia langsung masuk dan duduk manis dikursi penumpang dibelakang kemuadian mengeluarkan ponsel dari tasnya untuk memarahi omnya
FIRRA :
OM QEEEEAAA kenapa bilang gitu? KAN JADI KETAHUAN FIRRA NGINTIPNYA!!"
OM QEEEEAAA kenapa bilang gitu? KAN JADI KETAHUAN FIRRA NGINTIPNYA!!"
OM QEANDRA :
Maaf sayang 😚
Maaf sayang 😚
Firra memanyunkan bibirnya kesal membaca balasan pesan dari Qeadra yang hanya meminta maaf padahal Firra yakin omnya sedang tertawa di Taxi sana. Dasar menyebalkan!
Suasana dimobil menjadi begitu canggung karna ucapan Qeandra tadi, hingga Firra membuka suaranya dia bosan sekarang. "Ta gimana Double Qe mirip kan?" ucap Firra ke Nagita
"Ia mbak mirip banget mukanya tapi badannya beda hehe. Om Qeandra badannya masih bagus engga buncit beda sama Om Qeanu perutnya udah buncit" ucap Nagita
"Hahaha ia om Qeanu makannya suka sembarangan trus males olah raga makanya gitu. Tapi dulu nih dulu banget waktu aku masih kecil aku ga bisa bedain Triple Qee mereka sama ga ada yang buncit" ucap Firra terkikik mengingat bagaimana dulu dia selalu ditegur karna berulang kali salah mengenali ketiga kembaran mamanya"
"Triple mbak Satu lagi kok semalem ga ikut?" Tanya Nagita penasaran dia ingat Firra pernah bercerita kalau mamanya kembar empat.
"Oh om Qeandri dia udah ga meninggal 10 tahun lalu, jadi tinggal dua deh, mama mukanya ga sama, sama triple Qee" ucap Firra
"Hmm maaf mbak aku ga tau" ucap Naguta merasa tak enak
"Ga papa kok Ta, sayang ya aku hamilnya ga kembar coba kalo kembar pasti keren" ucap Firra yang memang sudah mengetahui bahwa janin yang dikandungannya hanya satu.
Firra menjulurka kepalanya kedapan diantara bangku Raffi dan Nagita kemudian berkata "Tapi mungkin kalau kamu nikah sama Raffi anaknya nanti bisa kembar empat Ta" ucap Firra semangat, namun membuat Raffi dan Nagita salah tingkah. Firra kembali keposisi awalnya lalu terkikik melihat tingkah kedua orang didepannya.
"Fir lo berapa kali gue bilangin jangan ngaco!" ucap Raffi
"Lah gue kan bilang KA.LO belum tentu ia kan? Lagian kalo ia juga ga ada yang protes ini Fi"
Raffi hanya mendengus mendengarkan ucapan Firra. Dasar kembaran kuarang ajar!
"Fi kenapa sih kalo gue ngomongin lo sama Nagita lo jadi gondok sendiri. Lo beneran suka ya sama Nagita. Kalo suka juga ga papa kok Fi, Nagitanya jomblo ini juga. Umurnya cuma beda enam tahun. Lo ga bakal dikatain pedofillah. Lagian Nagita juga keliatannya juga sama lo, gue ngerestuin kok kalo kalian jadian trus nikah" ucap Firra santai seolah Nagita tak berada disitu.
"Firra!" Geram Raffi lalu matanya melirik kearah Nagita yang sudah salah tingkah disampingnya.
Firra hanya cekikikan melihat kembarannya itu, lalu melihat Nagita yang terus menundukkan kepalanya.
"Fi, kemaren Nagita tu bilang kalau lo itu ganteng, keren, tapi sayangnya lo itu kaya ga kejangkau gitu, cewek tu malu kalo ngejar duluan. Nagita bilang gitu Fi. Kode keras itu Fi kalau dia tu sebenarnya mau lo kejar" ucap Firra lagi mengucapkan apa yang dikatakan Nagita padanya saat itu.
"Mbaaak" kali ini Nagita yang mulai berusaha menghentikan perkataan Firra yang benar-benar membuatnya malu setengah mati. Seumur hidupnya dia belum pernah mengalami hal gila seperti ini.
"Loh kan aku ngomong jujur Ta. Kemaren kamu bilang Raffi begitukan? Susah dijang...."
"Kita udah sampe rumah sakit, cepat turun katanya lo ada operasi" potong Raffi dengan cepat saat mobil mereka sudah berhenti dipelataran Rumah sakit.
Nagita menghembuskan nafasnya lega, berakhir sudah.
"Ya udah, bye Fi, bye Ta awas loh ya kalian berdua melakukan hal tidak senonoh di dalam mobil"
"Firraaa!!" "Mbaaak!" Ucap Raffi dan Firra bersamaan.
"Cieeeee kompakan ngomongnya, hahaha" Firra Langsung keluar dari mobil dan berjalan dengan cepat masuk ke rumah sakit sambil cekikikan
"kalau nanti udah besar jangan kaya Om kamu ya sayang" Firra mengelus-elus perutnya.
Sementara itu didalam mobil dua anak manusia itu dilingkupi suasana canggung bukan main karna ulah Firra. Bahkan hingga sampai ditempat Nagita mengajar tak ada satu pun yang membuka suara.
☆☆☆☆☆
"Pagi kapten" Sapa Arzia begitu Raffi masuk keruangan mereka.
"Pagi" Jawab Raffi tanpa menoleh membuat Arzia menggerutu sendiri.
"Perasaan setiap Kapten lewat hobby banget nyapa Zia, naksir ya?" Ucap sony begitu Raffi masuk keruangannya sendiri.
"Hah? Apaan sih? Kan kalo nyapa kan wajar-wajar aja" elak Arzia
"Kita-kita ga pernah disapa, keliatan kali Zi kalo situ suka sama kapten"
"Apaan sih Son! Jangan ngawur" ucap Arzia langsung bergegas menuju mejanya meninggalkan Sony yang masih menertawakannya.
"Pada ketawa mulu, kerja sana dilempar sepatu baru tau rasa" Ucap Azka yang tiba-tiba datang entah dari mana
"Ya elah Az, serius amat biasanya juga situ yang bikin berisik ketawa mulu" ucap Sony
"Hahaha mau ngasih laporan mas, kalo salah takut dilempar pistol sama kapten" ucap Azka menunjukkan map yang dipegangnya kemudian berjalan sok dramatis menuju ruangan Raffi
"Dasar gila" Sony menimpuk Azka dengan kertas yang tadinya ingin dia buang ke tong sampah.
"Eh eh buanglah sampah pada tempatnya, ga bagus ngelempar-ngelempar gitu ya nak, ayo kutip!" ucap Sony belagak jadi bapak guru yang memarahi muridnya karna buang sampah sembarangan
"Eh ada pak guru, maaf pak saya ga liat kalau tau tadi bapak disitu saya lempar keranjang sampahnya bukan sampahnya" Sony mengikuti cerita yang dibuat oleh Azka, dia bangkit dari duduknya dan memungut kertas yang berada di kaki Azka.
Saat Sony akan bangkit saat memungut kertas itu, Azka menepuk pundaknya tiga kali "anak pintar, jangan buang sampah sembarangan lagi ya"
"Hahahahaha" sontak seisi ruangan itu menertawakan tingkah konyol dua orang ini. Terkadang mereka memang butuh hiburan tersendiri di tengah kasus-kasus pelik yang mereka hadapi.
"Dasar gila" ucap Arzia menahan tawanya
"Ia kami gila, tergila-gila cinta mu" ucap Azka dan Sony bersamaan membuat seisi ruangan kembali tertawa. Dan Arzia yang berpura-pura ingin muntah.
"Syudah-syudah,budak-budak jangan bising , Bapak nak ketemu cek gu besar dulu, jangan berisik eee" ucap Azka kali ini menggunakan logat Malaysia
"Betul betul betul. Ati-ati ee cek gu" timpal Sony
"Assalamualaikum" ucap Azka lalu hilang dibalik pintu ruangan Raffi
"Pagi kapten, ini ada beberapa berkas tentang ketujuh orang yang kita amankan jum'at malam kemarin. Satu diantara mereka ternyata merupakan pasien rumah sakit jiwa yang kabur sekitar dua tahun lalu." Ucap Azka
"Gerald?" Tebak Raffi
"Ia kapten, Gerald ternyata masih menderita gangguan jiwa hingga sekarang"
Raffi mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, sebenarnya dia sudah mengetahui jika Gerald pernah dirawat di RSJ namun dia mengira Gerald sudah sembuh.
"Sejauh ini hanya Gerald yang mungkin terbebas dari kasus ini dan akan kembali dimasukkan kerumah sakit jiwa" ucap Azka lagi
"Ada lagi?" Tanya Raffi menatap kearah Azka yang duduk didepannya.
"Akh ia kapten sebenarnya ini tidak termasuk dalam kasus yang kita tangani, hanya saja hari ini kita ada kunjungan ke TK. KEMALA BHAYANGKARI untuk memberi beberapa arahan kepada adik-adik disana, tapi itu pun jika kapten tidak keberatan jika harus kesana siang ini. Karna memang sudah ada beberapa Bintara yang diutus kesana"
"Nanti saya akan usahakan kesana"
"Siap kapten, kalau begitu saya izin dulu"
Raffi hanya menganggukkan kepalanya singkat. Selama dia menjabat sebagai polisi dia belum pernah sekalipun mengikuti acara ini, jadi Raffi fikir, tak ada salahnya dia mengikuti acara anak-anak TK itu.
☆☆☆☆☆
Sekitar pukul 10 pagi Raffi dan Azka tiba di TK tersebut yang memang tak berada jauh dari kantor mereka. Disana sudah ada sekitar tujuh orang bintara yang baru saja bergabung dikepolisian, wajah-wajah baru yang selalu muncul tiap tahunnya menggantikan para seniornya yang menua dan memilih untuk pensiun dari kepolisian. Tentu saja dengan wajah-wajah yang segar tak ada keriputan disana, mereka berusia antara 18 sampai 21 tahun1 yang pastinya yang sudah melewati satu persatu tes fisik yang begitu melelahkan hingga bisa sampai disini.
Raffi dan Azka bergabung dengan para bintara tersebut dua diantaranya adalah polwan dengan postur tubuh tegap untuk ukuran perempuan. Tak jauh dari mereka berdiri beberapa Guru menggiring para murid-muridnya keluar dari dalam kelas untuk baris dilapangan TK mereka. Mata Raffi terpaku pada seorang guru yamg cukup dikenalnya, orang yang beberapa hari ini menginap dirumahmya, orang belakangan ini menyita perhatiannya dan orang itu adalah Nagita.
"Akh bukankah dia Nagita kapten? Orang yang menjadi salah satu saksi kasus Narkoba itu?" Tanya Azka sedikit berbisik pada Raffi begitu matanya menangkap sosok Nagita diujung sana.
Akh bagaimana bisa Raffi melupakan bahwa Nagita mengajar di TK ini, dia benar-benar melupakan hal ini saat memutuskan datang kemari.
"Ya itu dia" jawab Raffi pada Azka
"Ais apa jangan-jangan kapten mau ikut kesini karna..."
"Ayo kita kesana"ucap Raffi memotong pembicaraan Azka yang sudah dia ketahui akan berakhir kemana.
Azka menggerutu sendiri dibelakang Raffi karna Kaptennya itu memotong perkataannya begitu saja. Dia bukan tak punya alasan menduga kalau Raffi datang kemari karna Nagita, dia ingat gimana Raffi berusaha menenangkan Nagita saat berada di rumah Reinka watu itu ya walaupun hanya dengan memberi kartu namanya namun tetap saja lalu bagaimana kaptennya itu menolong Nagita saat diculik Restian dan saat itu kaptennya itu nyaris tertembak kalau tak berfikir dengan cepat. Bukan salahnya kalau dia berfikir Raffi mempunyai perasaan lebih pada Nagita melihat tingkahnya itu.
"Azka! Apa yang kau fikirkan?" Ucap Raffi saat menoleh kebelakang dan mendapati Azka yang hanya diam sambil menggerutu tak jelas.
"Hah? Apa kapten? maaf" Ucap Azka gelapan kemudian berjalan mengikuti Raffi.
Raffi menghela nafas pendek, dia sadar dia antara semua orang ditimnya Azka lah yang paling muda tapi tetap saja terkadang sikapnya yang kekanak-kanakkan muncul begitu saja membuat Raffi mengeram kesal.
Raffi dan Azka hanya berdiri dipinggir lapangan sambil melihat anak-anak kecil itu baris berbaris seperti anak TK pada umumnya mereka berbaris tak beraturan. Para anggota polisi itu dengan sabar mengajari mereka baris berbaris dengan benar hingga pandangan Raffi seolah terkunci pada seorang anak laki-laki dengan pipi yang gembil, anak itu terlihat begitu semangat bahkan saat diminta untuk posisi bersiap dia mengepalkan dengan begitu erat tak hanya itu dia juga baris-berbaris layaknya orang yang sudah terlatih sesuai dengan ketentuan baris-berbaris sesungguhnya.
Raffi mengalihkan pandangannya kedepan tepat kearah Nagita dan tepat disaat itu pula Nagita juga menatap Raffi. Mereka berdua saling menatap satu sama lain hingga Nagita memutuskan kontak matanya terlebih dahulu lalu tersenyum canggung.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang dan acara ini diakhiri dengan makan siang bersama. Raffi duduk disalah satu sudut TK itu sambil melihat para anak-anak itu bermain aneka permainan khas TK hingga seorang anak kecil berpipi gembil yang menarik perhatian Raffi saat beris-berbaris tadi, berlari-lari kearah menuju arah Kelasnya yang masih lumayan jauh, Raffi menghentikan anak itu dan bertanya ada apa dengannya.
"Kamu kenapa?" Tanya Raffi sambil menggenggam tangan anak itu agar berhenti berlari. Anak itu terlihat mengatur nafasnya akibat berlari-lari
"Aa uuuh itu... itu temen uuuhh" ucapannya terputus-putus karna nafasnya yang terengah-engah.
"Oke kamu tenang dulu, tarik nafas lalu hembuskan perlahan" ucap Raffi yang langsung diikuti oleh anak itu. Mereka berdua mengulanginya hingga tiga kali
"Sekarang jelaskan kenapa kamu lari-lari gitu?" Tanya Raffi sabar
"Itu pak, temen aku haaa temen aku pingsan di deket toilet, bu Gita ga bisa angkatnya. Temen aku berat. Ayo pak, ayo bantuin bu Gita pak" anak itu menggenggan telunjuk Raffi kuat dan menarik-narik tangan Raffi agar mengikutinya.
Begitu tiba Raffi langsung menatap Nagita yang berusaha membuat anak perempuan yang pingsan itu sadar. Ya guru yang disebut anak tadi Bu Gita adalah Nagita
"Pak tolong" ucap Nagita panik
Raffi mengangguk dan langsung menggendong anak itu menuju UKS pantas saja Nagita tak kuat menganggkatnya badan anak ini lumayan gendut bahkan lebih gendut dari si pipi Gembil.
"Bu.... bu, itu bapak yang waktu itu dikantor polisi kan? Yang kakinya keras itu kan?" Tanya anak itu pada Nagita pada saat mereka berjalan dibelakang Raffi.
"Hah?" Nagita tampak berfikir sejenak lalu menunduk menatap anak itu "ia Rizky, itu Pak Raffi" ucap Nagita setelah mengingat pertemuan pertamanya dengan Raffi akibat Rizky menabrak kaki Raffi.
Raffi mendengar percakapan dua orang dibelakangnya lalu mengangguk-anggukan epalanya sekarang dia ingat dimana dia pernah bertemu dengan anak itu. Satu-satunya anak yang menanyakan 'apakah semua kaki polisi itu keras?'kepadanya.
Raffi membaringkan anak perempuan itu di tempat tidur UKS perlahan lalu menggeser badannya memberi akses agar Nagita merawat anak itu. Dengan perlahan Nagita mengusapkan minyak kayu putih ke hidung anak itu agar cepat sadar. Dan tak lama kemudian anak itu mulai mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.
"Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga" Nagita terlihat begitu lega sekarang
"Ini, dikasih minum dulu" ucap Raffi sambil menyodorkan teh tawar yang dibuatnya tadi.
Nagita membantu anak itu duduk dan memberikan tehnya perlahan. Kemudian menyeka kerigat anak itu dengan sabar, lalu kembali membantu anak itu berbaring.
"Bu, perut aku sakit" adu-nya
Nagita kemudian menuangkan minyak kayu putih ditelapak tanganya lalu mengusapkan keperut anak itu dengan telaten. Raffi yang melihat itu itu merasa senang tidak tau apa yang membuatnya senang entahlah hanya dia sendiri yang bisa menjabarkan perasaannya saat ini.
Raffi merasakan ponselnya bergetar disaku celananya, sepuah pesan masuk dari Qeandra
Raffi merasakan ponselnya bergetar disaku celananya, sepuah pesan masuk dari Qeandra
OM QEANDRA:
Raffi kamu bisa bertemu dengan Cherly? Dia sudah disemarang
Raffi kamu bisa bertemu dengan Cherly? Dia sudah disemarang
Raffi mendengus kesal lalu keluar dari UKS dan membalas pesan singkat om nya
RAFFI A.Z:
Raffi ga bisa om
Raffi ga bisa om
OM QEANDRA:
Oh ya sudah, om juga tidak memaksa sepertinya kau sudah benar suka pada Nagita. Sampaikan salam om padanya
Oh ya sudah, om juga tidak memaksa sepertinya kau sudah benar suka pada Nagita. Sampaikan salam om padanya
Raffi menghela nafas lega, untuk saja om-nya ini bukan type orang yang pemaksa kalau tidak sudah dipastikan dia akan berdebat panjang dengan omnya agar membatalkan perjodohan ini. Raffi terdiam sejenak memikirkan dirinya sendiri, apakah yang dikatakan omnya itu benar? Dia menyukai Nagita? Detik selanjutnya Raffi menggelengkan kepalanya pelan dia tak mungkin menyukai Nagita, dia tak mengenal Nagita terlalu dekat.
"Pak... pak Raffi" seseorang menarik-narik celananya. Raffi menatap kebawah untuk melihat siapa yang menarik-narik celananya dan menemukan Rizky yang mengadahkan kepalanya untuk melihat kearah Raffi.
"Kenapa?" Tanya Raffi
"Temenin Iky makan yuk" Rizky menunjuk kearah teman-temannya yang sedang makan bersama dengan para polisi itu "laper" lanjutnya lagi sambil mengelus-elus perutnya yang sedikit buncit.
"Ya udah ayo" Raffi dan Rizky pun berjalan beriringan ketempat teman-teman Rizky berkumpul.
Raffi dengan sabar mengambilkan makanan untuk Rizky kemudian mengambil untuk dirinya sendiri.
"Kita makan dimana?" Tanya Rizky
"Disana" Raffi menunjuk tempat duduk di dekat Azka yang kebetulan kosong dengan dagunya karna kedua tangannya memegang piring.
"Ayooo" ucap Rizky semangat
"Dari mana aja kapten?" Tanya Azka yang telah menyelesaikan makannya
"UKS" jawab Raffi datar sambil membantu Rizky duduk
"Loh siapa yang sakit? Kapten sakit?" Tanya Azka lagi
"Temannya Rizky"
Azka mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti lalu pandangannya tertuju pada Rizky yang menatapnya dengan rasa ingin tau yang besar.
"Kenapa dek?" Tanya Azka
"Kapten itu apa? Kenapa pak Aaka" Rizky berusaha mengeja nama Azka
"Azka" ucap Azka membenarkan ucapan Rizky
"Ia Aska, kenapa pak Aska manggil pak Raffi kapten? Kenapa ga bapak aja? Emangnya Kapten itu apa? Kapten itu polisi juga?"
Azka mengulum senyum mendengar pertanyaan polos dari anak disampingnya itu.
"Kapten itu pangkat dek, kapten itu panggilan untuk polisi" ucap Azka sebenarnya bingung mau menjelaskan dengan cara seperti apa.
"Kapten itu pangkat dek, kapten itu panggilan untuk polisi" ucap Azka sebenarnya bingung mau menjelaskan dengan cara seperti apa.
"Pangkat itu apa? Apa semua polisi dipanggil kapten?"
Azka membelalakkan matanya bingung, dia harus jawab seperti apa agar anak disampingnya ini tak menanyakan arti dari kata yang disebutkannya lagi dan lagi.
"Rizky makan dulu, nanti baru tanya-tanya lagi" ucap Raffi dibalas anggukan oleh Rizky dan helaan nafas lega oleh Azka setidaknya dia masih mempunyai waktu untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk diberikan pada bocah banyak tanya disebelahnya ini.
Rizky memakan makanannya dengan santai sesekali dia mengerutkan keningnya seperti seorang yanvg sedang berfikir keras membuat Azka terkikik geli melihatnya. Terkadang Raffi juga membersihkan sudut-sudut bibir Rizky karna makanannya yang belepotan.
"Anda sudah cocok jadi Ayah, kapten" celetuk Azka yang dihadiakan tatapan sengit oleh Raffi. "Rizky gitu kan kalo sama ayahnya?" Tanya Azka berniat bersekutu dengan Rizky
Namun bukan anggukkan yang didapat Azka melainkan gelengan kepala yang cukup kuat "Iky ga pernah ketemu sama ayah, kata bunda ayah udah ga ada lagi ga tau kemana" ucap Rizky polos membuat Azka meneguk saliva nya dengan susah payah karna merasa tak enak.
"Rizky sudah selesai?" Tanya Raffi mengalihkan
Rizky menganggukan kepalanya
"Ya udah gih sana main sama temannya lagi"
"Siap kap... apa tadi pak?" Tanyanya menoleh pada Azka
"Kapten"
"Ah ia kapten kapten. Siap kapten byee" Rizky memberi hormat pada Raffi lalu pergi meninggalkan Raffi dan Azka.
"Nemu anak ajaib dimana kapten?"
"Dikantor, waktu mereka kunjungan kekantor waktu itu"
"Kalau sudah besar pasti dia jadi laki-laki yang pintar dan begitu bersemangat, yang menjadi istrinya nanti akan menjadi perempuan yang beruntung" gumam Raffi, matanya terus mengikuti kemana Rizky berjalan.
☆☆☆☆☆
"Pa, kenalin ini Nagita adik temannya Firra" ucap Firra mengenalkan Nagita pada papanya yang baru pulang
"Nagita om" ucap Nagita sopan
"Adriawan, papanya Firra" Balas Adriawan juga sambil tersenyum.
Firra mendekatkan tubuhnya ke Papa nya dan membisikkan sesuatu ditelinga papanya
"Calon istri Raffi" membuat Adriawan membelalakkan matanya kemudian menatap Nagita dari atas hingga bawah untuk sekedar menilai perempuan yang berhasil membuat putranya takluk.
"Calon istri Raffi" membuat Adriawan membelalakkan matanya kemudian menatap Nagita dari atas hingga bawah untuk sekedar menilai perempuan yang berhasil membuat putranya takluk.
"Nagita kerja atau masih kuliah?" Tanya Adriawan ragu melihat wajah Nagita yang diperkirakannya berusia 22 tahun.
"Udah kerja om" jawab Nagita
"Kerja dimana Ta?"
"Di TK. BHAYANGKARI om"
Adriawan mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia tau TK itu tak jauh dari tempat Raffi bekerja.
"Pa udah akh kenapa kaya interview pelamar kerja gini sih, udah yuk masuk Firra sama Nagita mau masakin masakan kesukaan Papa tapi makannya tunggu Raffi pulang dulu. Sekarang papa mandi dulu" Firra mendorong papanya agar segera masuk kekamarnya.
"Papanya mbak kok ga mirip sama Mbak atau Pak Raffi ya?" Ucap Nagita begitu Adriawan hilang dibalik pintu kamarnya
"Oh, kami lebih mirip mama, idung sama matanya aja yang mirip sama Papa selebihnya niru mama" ucap Firra sambil tersenyum.
Beberapa jam kemudian mereka berempat sudah kumpul di meja makan sambil menyantap hidangan yang dibuat oleh Firra dan Nagita sambil mengobrol tentang apa saja yang kadang membuat mereka tertawa. Lalu pandangan Adriawan jatuh pada Raffi yang sedaritadi lebih banyak diam dan sekekali ikut tertawa karna kelakar yang dibuat oleh Firra padahal Adriawan berharap Raffi lah yang harusnya mengeluarkan suara lebih banyak untuk menjelaskan keberadaan perempuan yang duduk disamping Fiira itu, menjelaskan hubungannya dengan Nagita,orang yang menurut Firra sore tadi adalah calon istri anaknya.
"Raffi, kau tak mau menjelaskan sesuatu pada papa? Atau mengenalkan seseorang hem?" Adriawan melirik sekilas kearah Nagita kemudian menatap lekat kearah Raffi
"Maksud Papa?" Tanya Raffi bingung
"Huh kau ini! Kau tidak ingin mengenalkan calon istrimu pada Papa?"
Raffi mengerutkan keningnya bingung, calon istri apa lagi ini? Batinnya
"Raffi belum mempunyai calon istri jadi tak ada yang harus Raffi jelaskan ataupun kenalkan pada Papa. Dari mana Papa dapat berita itu?" Tanya Raffi
"Raffi belum mempunyai calon istri jadi tak ada yang harus Raffi jelaskan ataupun kenalkan pada Papa. Dari mana Papa dapat berita itu?" Tanya Raffi
"Hmm pa, Firra kekamar dulu ya hmm tadi katanya Mas Abian mau nelfon, nanti Firra turun lagi" Firra langsung ngacir kekamarnya diikuti tatapan curiga dari Raffi.
"Kembaranmu yang memberitahu papa, apa dia berbohong?" Ucap Adriawan menatap punggung Firra lalu beralih ke Raffi
"Dia bohong!"
"Lalu Nagita ini?" Tanya Adriawan kali ini menatap kearah Nagita.
Nagita hampir saja tersedak ludahnya sendiri mendengar hal itu, Firra benar-benar menyebarkan berita yang tidak-tidak pada keluarganya tentang hubungannya dengan Raffi. Ini benar-benar gila!
"Dia adik teman Firra di RS, kakaknya sedang berada diluar kota dan dia tidak berani tinggal sendiri itu mengapa dia disini, kalau itu yang papa maksud penjelasan"
"akh papa kira kau benar-benar sudah memiliki calon pendamping, papa sudah keburu senang tadi"
"Jangan dengarkan Firra, dia biang gosip dirumah ini" ucap Raffi kesal
kelinci99
BalasHapusTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino